Mohon tunggu...
Agus Sujarwo
Agus Sujarwo Mohon Tunggu... Guru - Founder Imani Foundation

Founder Imani Foundation

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ronggeng Dukuh Paruk

22 April 2024   09:21 Diperbarui: 22 April 2024   09:25 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Begitu berkesannya Indonesia dalam kenangan orang nomor satu se-Amerika tersebut, sehingga ketika bicara Indonesia, maka salah satu yang teringat adalah sate dan bakso. Ini artinya, andaikan selama Obama menjadi presiden telah mengunjungi puluhan negara yang ada di dunia, maka ketika ia bicara tentang sate atau bakso, maka seakan keduanya hanya milik atau hanya ada di Indonesia. Pun demikian halnya andaikan ada ratusan atau bahkan ribuan novel yang pernah ada di dunia, ketika bicara tema ronggeng, maka tema ini dapat untuk dikatakan sangat khas atau hanya ada dalam karya sastra Ahmad Tohari.

Sekarang saya baru paham, mengapa dosen saya saat itu, Heru Setya, tak henti-hentinya melafalkan judul novel ini hampir di setiap sesi perkuliahan. O ya, saya setidaknya kuliah selama tiga tahun. Dan, ada kakak tingkat yang juga pernah mengikuti kuliah beliau. Dan satu lagi, setelah saya lulus, masih terus ada adik-adik tingkat saya yang juga mengikuti perkuliahan beliau juga!

Sebagai penutup bahasan kali ini, mari kita akhiri dengan sebuah pelajaran berharga yang kita peroleh dari seorang Ahmad Tohari, yakni pentingnya perhatian pada detail atas objek yang kita tuliskan. Ketimbang menggunakan kata penari, Ahmad Tohari justru memilih kata ronggeng. Dan ketimbang menggunakan nama-nama orang populer dan menjadi "hak milik semua bangsa", Ahmad Tohari memilih menggunakan nama Srintil yang seakan upaya legitimasi atas eksistensi budaya Jawa.

Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang hebat, persis seperti yang oleh Ahmad Tohari lakukan adalah dengan memerhatikan pada setiap sisi detail subjek ataupun objek yang sedang kita tuliskan. Ada dua hal yang bisa kita lakukan untuk memahami setiap sisi detail ini. Pertama yaitu dengan membaca (a part of reading). Katakanlah Anda hendak menulis tentang psikoanalisis, maka yang perlu Anda lakukan salah satunya adalah dengan membaca buku berjudul Dream Psychology: Psychoanalysis for Beginners yang ditulis oleh Sigmund Freud.

Setelah hal ini kita lakukan, baik Anda sekadar membacanya atau malah Anda juga membuat ringkasan atau ulasan isi bukunya, maka hal kedua yang perlu kita lakukan adalah dengan mengalami (a part of being). Jika di bagian yang pertama, kita memosisikan diri sebagai objek di luar subjek yang kita tuliskan atau katakanlah sebagai pengamat, maka di tahap kedua ini kita memosisikan diri seolah adalah subjek itu sendiri. Kita tidak hanya sekadar mengamati, tetapi juga mengalami tentang hal-hal yang kita tuliskan.

Lebih mudahnya seperti ini. Ketika Anda mengetahui resep cara memasak nasi goreng, entah Anda mengetahui resepnya dari buku kumpulan resep, atau dari cerita orang lain, atau dari internet sekalipun, maka Anda berada pada bagian yang pertama, yakni sebagai pengamat, pembaca, atau pendengar. Namun, ketika Anda kemudian pergi ke dapur dan mencoba memasak nasi gorengnya, maka Anda kini berada di bagian yang kedua, yakni sebagai pelaku yang memasak nasi goreng.

Kembali ke topik psikoanalisis sebagaimana di pembahasan sebelumnya, untuk masuk ke dalam bagian mengalami (part of being) ini, maka bisa jadi ketika suatu saat Anda sedang berlibur ke Jepang misalnya, Anda perlu mengunjungi hutan Aokigahara. Hanya dua jam perjalanan dari Tokyo, hutan ini banyak dikenal sebagai lokasi bunuh diri para warga Jepang. Di dalam hutan yang sering disebut sebagai tempat sempurna untuk mati ini, banyak ditemukan mayat tergantung atau overdosis bersama dengan barang kenangan mereka.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun