Masalah timbul disebabkan ketidaksesuaian antara ekspektasi dan kenyataan. Nah, strategi untuk menghadapi masalah inilah yang penting. Rerata anak mengerti kok mana yang baik dan mana yang buruk. Tidak terkecuali mereka juga mengerti kok
kebaikan yang kita tunjukkan. Tidak sekadar kebaikan di depan mata, tetapi juga kebaikan di belakang mata ketika kita tidak sedang bersama mereka.Â
Selalu ajak mereka untuk berdialog agar mereka tidak hanya menerima setiap hal secara mentah tetapi juga diiringi dengan pemahaman.
Anda sempat mengalami kerisauan?
Ya. Tentang sekolah, jika mau profesional, profesional sekalian. Jika mau amal, amal sekalian. Jangan setengah-setengah karena jika dikaitkan dengan keteladanan akan berpengaruh.
Bahayanya ketika lahir generasi yang terjebak dalam paradigma antara business as usual dan social business. Mereka lebih suka aksi sosialnya meski sebenarnya ujung-ujungnya bisnis.Â
Dalam ungkapan kami, menjual kesedihan untuk menghasilkan profit. Ingat kita sedang membangun nalar atau logika. Jadi jika kita tahu ada yang tidak sesuai dengan nalar, maka luruskan atau jika perlu tanggalkan.
Rencana berikutnya untuk menyeimbangkan?
Namun alhamdulillah, sekarang ini kondisi pendidikan tidak terkecuali di Indonesia bagian Timur semakin membaik. Ada banyak fakultas pendidikan. Guru dan tenaga pengajar juga semakin banyak.Â
Nah, hal esensial yang perlu diupayakan saat ini adalah semacam insititusi praktik. Kuliah S1 sesungguhnya selain untuk membangun nalar, juga untuk medium beradaptasi dengan dunia kerja.Â
Sebagai akibat minimnya institusi praktik ini maka kemudian yang kita hadapi sekarang adalah ketakutan. Banyak guru, terutama guru negeri di daerah yang ketakutan. Mereka takut untuk mengembangkan tema.Â