Meski rasa sakit dapat menyaran pada sakit secara fisik, rasa sakit yang saya maksudkan juga bisa menyaran pada ketahanan mental dalam melalui proses pematangan gagasan. Dalam beberapa situasi, praktik jurnalistik menjadi contoh nyata dalam hal ini. Tidak sedikit para kuli tinta mengharuskan diri untuk terjun langsung ke medan perang yang melibatkan beberapa negara dan menjadi saksi mata atas tragedi yang terjadi. Hingga akhirnya para kuli tinta ini pun mampu menghasilkan tulisan yang bernas dan berkualitas. Dan bahkan ada pula orang-orang yang berkelimpahan harta dan kekuasaan, justru memilih untuk menepi menjauh dari gemerlapnya kehidupan materi. Hingga akhirnya mereka mendapatkan kedamaian hidup dan menuliskannya menjadi sebuah buku.
Ada praktik sederhana yang dapat Anda lakukan dalam tahapan ini. Begitu Anda memiliki sebuah gagasan, bahkan meski gagasan itu tidak harus Anda jadikan tulisan nantinya, temukan satu saja sel sperma gagasan lain yang dapat Anda kaitkan dengan gagasan yang telah Anda miliki. Sebagai contoh, Anda sebenarnya sangat prihatin dengan situasi yang terjadi di dua negara saat ini, yakni Rusia dan Ukraina, tetapi Anda masih belum tahu bagaimana Anda akan mengawali tulisan Anda.
Jalan keluarnya sederhana, temukan sel gagasan lain yang dapat Anda lekatkan pada salah satu dari dua negara tersebut. Jika Anda penyuka olahraga sepak bola, apakah Anda pernah mendengar nama Andriy "Sheva" Shevchenko? Nah, mulailah paragraf pertama dengan menuliskan sepenggal kisah sang mantan striker Il Rossoneeri asal Ukraina ini.
Sahabat, gagasan yang kita tuliskan, adalah janin yang kita lahirkan. Proses kreatif penciptaannya begitu rumit, panjang, melelahkan, sekaligus menggairahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H