Mohon tunggu...
Agus Sujarwo
Agus Sujarwo Mohon Tunggu... Guru - Founder Imani Foundation

Founder Imani Foundation

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Taman Surga Botswana

27 Februari 2022   20:00 Diperbarui: 27 Februari 2022   20:07 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saat itu musim semi di belahan bumi selatan. Zebra Afrika menikmati perairan di taman surgawi Botswana, Delta Okavango. Di sini banjir tahunan menciptakan delta pedalaman terbesar di dunia. Bersama nyanyian air memberikan salah satu panorama kehidupan satwa terkaya di bumi. Zebra dataran yang sangat indah harus mengisi persediaan air mereka sekarang. Mereka akan melakukan salah satu migrasi paling aneh di dunia: keluar dari tanah surgawi yang banjir ini menuju neraka yang mengerikan.

Dengan mata tertuju pada cakrawala, mereka menunggu turunnya hujan di selatan. Mengairi jalan mereka menuju tempat penyucian yang kering yang memegang kunci untuk kelangsungan hidup mereka. Keluarga demi keluarga, zebra jantan memimpin betinanya keluar dari taman surgawi. Meninggalkan Delta Botswana yangg kaya, mereka bergerak sejauh 270 kilometer menuju titik yang aneh, padang gurun debu dan garam yang datar dan mematikan yang dikenal sebagai Padang Garam Makgadigadi.

Dalam beberapa saat, zebra-zebra telah memasuki padang rumput kering di luar delta, dan mendapati air semakin langka. Lusinan, ratusan, hingga kemudian ribuan, saat grup keluarga Okavango juga bergabung dengan yang lain dalam perjalanan aneh ke padang garam. Kawanan zebra ini menghadirkan garis-garis yang membingungkan bagi para pemangsa. Namun untuk zebra, garis-garis ini adalah segalanya. Setiap binatang memiliki pola yang unik, berbeda dan mudah dikenal seperti halnya wajah bagi kita. Rupanya itulah cara bagi seekor bayi zebra agar dapat menemukan kembali ibunya di antara kerumitan begitu banyak pola.

Untuk menghasilkan tulisan, Anda perlu memiliki pola. Pola yang permanen yang akan menjadi jiwa bagi seluruh tulisan-tulisan Anda. Setiap penulis memiliki pola tulisan yang berbeda yang sejauh ini belum ada rumusan baku perihal model pola-pola yang dimaksud. Meskipun begitu, ada cara sederhana bagi kita untuk memulai membuat pola seperti halnya yang dilakukan oleh zebra-zebra taman surgawi Botswana.

Kendali Tindakan

Saat sebelum pandemi, akhir pekan menjadi masa yang sangat dinantikan: berlari menyibak kabut pagi dengan dingin menusuk sejauh 3 kilometer dan kembali ke rumah menenteng satu eksemplar harian KOMPAS edisi akhir pekan. Di edisi ini, ada satu kolom yang dari sisi tata letak nyaris tenggelam di antara teks iklan yang ada. Dari sisi jumlah paragraf yang ditulis, bahkan tidak “selevel” kolom yang tampil di halaman opini harian ini. Meskipun begitu, saya selalu menyempatkan untuk membaca kolom yang ditulis oleh career coach Rene Suhardono ini.

Ada satu keunikan atau ciri khas dari setiap tulisan yang ia tulis. Hampir di setiap bagian akhir tulisan, Rene selalu mengutip ungkapan dan pepatah Latin sebagai penegas gagasan yang ia tuliskan. Nah, sekarang Anda bayangkan. Andaikan untuk setiap edisi akhir pekan harian KOMPAS yang terbit terdiri 24 halaman, lalu di setiap halaman memuat 5 tulisan, baik berita maupun opini, itu berarti akan ada sebanyak 120 tulisan (baca: 120 penulis) tampil di edisi tersebut. Tidak hanya Anda, saya pun juga akan kesulitan jika diminta untuk menyebutkan ke-120 nama penulis tersebut.

Namun, jika kemudian saya menyodorkan kepada Anda satu dari 120 tulisan tersebut (saya menghilangkan bagian judul dan juga bagian penulisnya), memberi kesempatan Anda untuk membacanya, dan meminta Anda menerka siapa penulis artikel atau beritanya, maka kemungkinannya Anda akan berteriak ‘Rene Suhardono’ (begitu Anda mendapati di bagian akhir tulisan ini terdapat ungkapan atau pepatah bahasa latinnya).

Inilah yang mari kita namakan pola, atau pembeda, atau penciri dari model tulisan seseorang yang dalam beberapa hal sekaligus membedakan dari tulisan orang lain. Tentu bagi seorang Rene, pemuatan bahasa latin ini memberi kesan berbobot. Seorang Rene bisa saja menerjemahkan arti dari setiap ungkapan latin yang ia tuliskan ke dalam bahasa Indonesia. Namun, khususnya atas nama ketepatan makna, ia lebih memilih mengungkapkan melalui bahasa latin, yang secara tidak langsung juga mencerminkan karakter seorang Rene yang haus akan ilmu pengetahuan. Seperti kita tahu, bahasa latin, bahasa sansekerta, bahasa arab identik dengan induk dari pusat peradaban.

Lantas, haruskah kita menggunakan bahasa latin (atau bahasa asing lainnya) di setiap tulisan kita? Tentu saja tidak, dan malah akan menjadi bumerang terlebih jika tidak disertai dengan pertimbangan yang matang tentang alasan penggunaan bahasa tersebut. Hal paling mendasar yang perlu kita pahami adalah pentingnya memiliki kekhasan, penciri, keunikan, dalam setiap tulisan kita.

Salah satu latihan sederhana yang dapat Anda lakukan untuk mengantarkan Anda pada model tulisan yang berkarakter adalah menyusun daftar hasrat hidup Anda. Andaikan Anda meyakini bahwa Anda adalah sosok yang terus tumbuh lebih baik dari hari ke hari, mulailah dengan menulis petuah-petuah bijak dari orang-orang yang Anda kagumi. Atau andaikan Anda meyakini bahwa diri Anda adalah petualang sejati, mulailah dengan melihat foto-foto maupun video ketika Anda sedang berkunjung ke berbagai tempat baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Atau ketika Anda adalah sosok yang ingin kelak menjadi seorang ibu yang baik bagi buah hati Anda, mulailah dengan mengingat kenangan-kenangan indah di masa kecil saat bersama orang tua Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun