Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100PUISI] – Sepenggal Harap Kaum Papa

19 Februari 2016   04:08 Diperbarui: 19 Februari 2016   04:18 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi | s-media-cache-ak0.pinimg.com"][/caption]Hidup ini hanya sekerat

Tak lebih panjang dari sealiran urat

Tak lebih mulia dari sepenggal do’a

Tak lebih nista dari seonggok sisa dipagi buta

Tak lebih hebat dari setetes mani jadikan raga

 

Kita sama, begitu katamu saat hendak menjabat

Kita senasib, begitu teriakmu dipanggung sandiwara,

Kita saudara, begitu igaumu tak kala langit mengencingi kepala,

Kita seiya sekata, begitu mimpimu takkala harap tak berhasil kau gapai

 

Benarkah?

Bukankah ceritamu hanya sisa nasi basi yang kau bagikan?

Bukankah teriakmu hanya sepenggal sadiwara bisu yang engkau perankan?

Bukankah igaumu hanya mimpi sore hari ketika ajal telah mencekik lehermu?

Bukankah mimpimu hanya ilusi saat mentari menyinari dustamu?

 

Hey bung!!!

 

Ingatlah, kemeja putihmu penuh dengan janji yang belum engkau tepati,

Ingatlah, senyum munafikmu masih engkau simpan disaku maksiatmu,

Ingatlah, sandaran empuk kursimu terbuat dari belulang ringkih masih menjerit kelaparan,

Ingatlah, mungkin dalam do’amu engkalu lupa memohon kebenaran atas nestapa mereka yang menjadikanmu manusia

 

Andai engkau lupa, biarlah….

Andai engkau tak lagi ingat, tak mengapa…

 

Tapi cobalah renungkan sejenak…

 

Mungkin masih ada sisa relung hatimu yang belum menghitam

Mungkin masih ada cahaya redup yang belum padam

Mungkin masih ada remah kebenaran yang belum tercabik

 

Tapi jika tak ada lagi yang tersisa...

 

Biarlah, aku bisikan padamu

Do’a orang-orang teraniyaya itu, lebih didengar Tuhannya dari permohonan maafmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun