Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[100PUISI] – Serunai

21 Februari 2016   20:09 Diperbarui: 21 Februari 2016   21:20 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="A shehnai (quadruple reed woodwind instrument of North India). Photo taken in Kent, Ohio with a Panasonic Lumix digital camera (model DMC-LS75). Shehnai purchased from ISKCON members in Tallahassee, Florida | wikipedia.org"][/caption]Sederhana

Tak lebih dari sepotong bambu,

Tak lebih dari batang padi bahkan tak lebih hebat dari sekerat kayu

Sungguh sesederhana itu dirinya

 

Jangan tanyakan ayunan nada suaranya,

Mengalun, mengalir menganak sungai,

Mengangkasa membelah awan hitam yang angkuh mengandung hujan

Memecah kesunyian, membelah keramaian

Rancak bergurau bersahutan dalam irama tetabuhan

 

Tinggi alunan iramanya, mengalahkan suara sangkakala,

Rendah tarian suaranya, selami relung samudra terdalam,

Laksana patahan bumi perkasa tebarkan gempa

Syahdu suaranya, seakan menyamai kesyahduan dari seuntai do’a

Mencacah jiwa, uraikan kusut dalam kisah usang yang tak pernah sempurna,

 

Disini, diatas peraduan ini…

 

Terpekur jiwa layu didera kerasnya balutan dosa,

Bersujud dalam diam, hanya diam

 

Tapi suaramu…

Lamat dalam diam ingat diri

Tiada sempurna dalam raga yang ringkih ini

Ada kuasa sempurna dari zat mahadaya yang engkau namai Illahi

Suaramu, bening penuh nuasa, bertaut bersama nyanyian, beriring, naik-turun-meliuk

 

Suaramu merdu,  merdu maafnya Illahi, mendayu, menderu, didihkan rasa...

Dirinya yang tak bernyawa, membawa lantunan merdu menggema mampu hidupkan raga,

 

Saatnya kelak berhenti, ditengah desau angin kering bawa luruh dedaunan,

Saat engkau bersemayam, suaramu tak lagi merayu, kini sumbang dan kuyu termakan rayap jaman. Lihatlah..masa yang tersisa, kala dentang waktu mendekati purna, aku masih disini....setia menunggu gema suaramu.

 

Muller-Schwaner 16-02-21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun