[caption caption="A shehnai (quadruple reed woodwind instrument of North India). Photo taken in Kent, Ohio with a Panasonic Lumix digital camera (model DMC-LS75). Shehnai purchased from ISKCON members in Tallahassee, Florida | wikipedia.org"][/caption]Sederhana
Tak lebih dari sepotong bambu,
Tak lebih dari batang padi bahkan tak lebih hebat dari sekerat kayu
Sungguh sesederhana itu dirinya
Â
Jangan tanyakan ayunan nada suaranya,
Mengalun, mengalir menganak sungai,
Mengangkasa membelah awan hitam yang angkuh mengandung hujan
Memecah kesunyian, membelah keramaian
Rancak bergurau bersahutan dalam irama tetabuhan
Â
Tinggi alunan iramanya, mengalahkan suara sangkakala,
Rendah tarian suaranya, selami relung samudra terdalam,
Laksana patahan bumi perkasa tebarkan gempa
Syahdu suaranya, seakan menyamai kesyahduan dari seuntai do’a
Mencacah jiwa, uraikan kusut dalam kisah usang yang tak pernah sempurna,
Â
Disini, diatas peraduan ini…
Â
Terpekur jiwa layu didera kerasnya balutan dosa,
Bersujud dalam diam, hanya diam
Â
Tapi suaramu…
Lamat dalam diam ingat diri
Tiada sempurna dalam raga yang ringkih ini
Ada kuasa sempurna dari zat mahadaya yang engkau namai Illahi
Suaramu, bening penuh nuasa, bertaut bersama nyanyian, beriring, naik-turun-meliuk
Â
Suaramu merdu,  merdu maafnya Illahi, mendayu, menderu, didihkan rasa...
Dirinya yang tak bernyawa, membawa lantunan merdu menggema mampu hidupkan raga,
Â
Saatnya kelak berhenti, ditengah desau angin kering bawa luruh dedaunan,
Saat engkau bersemayam, suaramu tak lagi merayu, kini sumbang dan kuyu termakan rayap jaman. Lihatlah..masa yang tersisa, kala dentang waktu mendekati purna, aku masih disini....setia menunggu gema suaramu.
Â
Muller-Schwaner 16-02-21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H