Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[SuDuK] Kompasiana, Kompasianer dan Takdirnya

21 Januari 2016   18:59 Diperbarui: 19 November 2017   14:43 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian dari anggota obrolan "Genk ...", terdiri dari berbagai kalangan dan sebagian besar diantaranya pernah mengkritik Kompasiana (baca: Admin Kompasiana) dengan caranya masing-masing. Perkara kritik itu ditanggapi atau tidak, mereka tidak memikirnya, paling-paling hanya selesai menjadi obrolan bawah tanah.

Kalau bicara Kompasiana, tak mungkin lepas dari kompasianer.  Karena salah satu nadi kehidupan kompasiana dipompa secara konsisten oleh kompasianer.  Hari boleh berganti, admin boleh bertukar, tapi kompasiana kan tetap ada selama ada kompasianer dan kompasianer akan tetap eksis dengan adanya kompasiana.  Semacam hubungan timbal balik diantara keduanya.

Tapi, sebagaimana layaknya hubungan lainnya, hubungan antara kompasiana dan kompasianer mengalami pasang surut, rapat renggang, turun naik.  Sekali waktu, kompasiana (baca: Admin Kompasiana) menjadi bulan-bulanan kompasianer bahkan sampai seorang COO kompasiana pun tak luput dari kritikan tajam kompasianer dengan gaya bahasanya masing-masing.

Dan tak kalah serunya, kompasianer kadang uring-uringan, tertungging bahkan sampai kabur/melarikan diri dari kompasiana karena perlakuan kompasiana (baca : Admin Kompasiana) yang dirasa tidak adil, berat sebelah, pilih kasih dan lain-lainya.

Tapi tak lama kemudian, hubungan itu menghangat kembali, saling peluk, saling asuh, cipika-cipiki namun kadang berakhir dengan adu argumen, adu jotos bahkan adu mulut melalui postingan-pontingan yang dibuat kompasianer.  Terus berulang seperti itu, karena memang sudah takdirnya kompasiana dan kompasianer tak pernah akur seratus persen, paling banter seratus perak.

Namun, yang pasti, kritikan dari kompasiner kepada kompasiana bukan karena benci tapi karena cinta.  Dan mohon dimaklumi, karena kami para kompasiner terdiri dari berbagai macam kelas/kasta/type.  Dari kelas kucing kurap (penulis) sampai kelas kucing modis, maka gaya penyampaian kritikan itupun beragam.  Dari kritikan halus sampai kritikan kasar, dari bergaya cacian sampai bergaya pujian, dari yang bikin admin tersipu malu sampai membuat admin mengundurkan diri (ada ya? – Cuma bertanya…)

Menjalin hubungan itu sulit, karena dibutuhkan kedewasaan cara berfikir dan celakanya, karena kami menganggap bahwa kompasiana (baca : Admin Kompasiana), terdiri dari orang-orang pintar, orang-orang yang cerdas, memiliki kedewasaan berfikir, bertindak dan perfect, maka kompasianer merasa sah-sah saja melakukan kritik tajam karena jika benar kriteria yang kami fikir itu benar, maka bukanlah pada tempatnya admin tersindir, tersinggung dan terjungkal karena kritikan.

Tapi…admin juga manusia mas…

Hey Dul, emang pernah saya bilang admin bukan manusia? Trus apa selanjutnya?

Pikirkan saja sendiri, kok malah balik nanya…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun