Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Membedah Opini Pepih Nugraha, Terkait Akun Pakde Kartono

15 Oktober 2015   09:26 Diperbarui: 15 Oktober 2015   09:26 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi | kabarinnews.com"][/caption]Tulisan Pengelola Kompasiana sekaligus senior kompasianer, Pepih Nugraha (selanjutnya disebut PN), yang berjudul Apakah pnatas akun pakde Kartono diberangus, menuai pro dan kontra dari kompasianer.  Tanggapan yang wajar, karena sudah bukan rahasia lagi bahwa tulisan “klarifikasi” dari seorang PN selaku petinggi Kompasiana sangat ditunggu, terkait kasus GT yang diduga berfotoria dan makan bersama dengan dua kompasianer wanita, apalagi kemudian ditenggarai GT pengelola akun Pakde Kartono (PK).

PEPIH NUGRAHA MURNI SEBAGAI PENGELOLA KOMPASIANA

Saya membaca tulisan PN lebih menitik beratkan dirinya sebagai pengelola kompasiana, ini terlihat PN lebih menekankan pada pelanggaran (jika ada) yang dilakukan oleh akun Pakde Kartono, artinya selama akun tersebut tidak melanggar TC kompasiana, tidak ada alasan administrator kompasiana untuk membekukan/men-suspend/membanned/memberangus akun PK.

Dari sisi ini, sikap PN tidak bisa disalahkan, karena untuk membekukan sebuah akun dikompasiana harus memiliki dasar-dasar yang jelas (bertentangan dengan TC kompasiana).  Aturan dasar ini tentunya sudah dipahami oleh kompasianer.  Dikhawatirkan, sebagaimana di tulis oleh PN, jika hanya berdasarkan anggapan dan opini, kelak dikemudian hari akan menjadi preseden buruk bagi kompasianer itu sendiri, karena bukan tidak mungkin ada pihak-pihak tertentu yang tidak senang dengan akun tertentu akan meminta admin kompasiana untuk membanned akun dimaksud.

Andai sinyalir bahwa akun PK milik GT, harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya, cara yang sulit walaupun bukan tidak mungkin.  Ini dikarenakan system verifikasi akun hijau dan biru yang mensyaratkan salinan tanda pengenal (KTP) tidak sepenuhnya dan valid, karena masih sangat dimungkinkan pemilik akun menggunakan tanda pengenal orang lain sebagai mana disinyalit digunakan oleh GT.

Dengan model verifikasi ini, admin kompasiana tidak memiliki data pembanding dan salinan tanda pengenal yang diunggah dianggap benar, kejujuran dan kebenaran data sepenuhnya menjadi rahasia kompasianer.

Sebagai pengelola kompasiana, tidak mungkin PN bisa mengambil tindakan terhadap akun tersebut jika hanya berdasarkan asumsi dan opini belaka.

PEPIH NUGRAHA SEBAGAI WARTAWAN DAN KOMPASIANER

Dalam kasus akun PK, PN idealnya, selain menempatkan dirinya sebagai pengelola kompasiana, juga harus meletakan dirinya sebagai wartawan dan kompasianer.  Dengan cara seperti ini, PN bisa mengambil peran melakukan investigasi terhadap Akun PK dan hal ini dimungkinkan karena tidak melanggar TC kompasiana yang mengharuskan PN sebagai kompasianer taat pada TC.

Diposisi ini, PN tentu lebih leluasa untuk melakukan investigasinya, baik terhadap akun PK yang diduga milik GT atau melakukan investigasi mengapa GT bisa leluasa melakukan pertemuan dengan dua wanita yang diduga kompasianer.

Upaya ini, sekaligus sebagai upaya untuk memperbaiki citra kompasiana yang seakan sedang carut marut karena keberhasilan GT menyusup ke Kompasiana yang diduga menggunakan akun PK.  Menjadi kewajiban bersama untuk tidak memberikan kesempatan kepada para pelaku kriminal yang hak-haknya sudah dicabut oleh Negara melakukan aktifitas di kompasiana.

Dengan mengambil contoh dari media lain sebagai pembanding pembenaran yang dilakukan oleh PK di kompasiana, menurut saya bukan sebuah langkah yang tepat, karena sungguh tidak baik mengambil standar dari pihak lain sementara standar yang digunakan dibawah standar yang digunakan oleh kompasiana.

Namun demikian, saya tetap menjunjung asas praduga tidak bersalah terhadap akun PK (tidak terhadap GT), dan mendorong PN untuk terus melakukan investigasi dalam kasus ini, karena saya percaya bahwa PN memiliki kemampuan investigasi terbaik dari seluruh kompasianer (maaf, tidak bermaksud merendahkan kompasianer lain, saya melihatnya dari kemampuan PN mengakses data).

Saya tidak menyimpulkan langkah apa yang harus diambil oleh PN, karena saya (sekali lagi) percaya PN mampu meletakkan dirinya diposisi terbaik, yang bisa saya lakukan saat ini hanyalah menduga, PN sedang berperang dengan dirinya sendiri, antara idealisme sebagai wartawan dan kompasianer dengan tekanan dan pressing “tangan-tangan kuasa” yang tidak mampu dilawannya.

Berkaca dari kasus ini, tim IT kompasianer seharusnya tidak lagi hanya berpangku tangan (sekarang juga nggak ya, kan masih banyak fitur kompasiana yang belum aktif), perlu kiranya difikirkan cara verifikasi yang efektif tetapi tidak memberatkan kompasianer.  Memang tidak banyak yang culas, tapi karena satu akun bermasalah, kompasiana dan kompasianerlah yang menanggung akibatnya.

Sintang Kota, 15/10/215.

Notes : Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memojokkan atau membela salah satu pihak, saya hanya mencoba mengupasnya berdasarkan tulisan Pepih Nugraha dan mencoba melihatnya dari dua sisian yang berbeda tapi sangat bisa disatukan.

Tulisan Kompasianer Lain yang terkait :

Ini Kompasiana, Bukan Pengadilan! Rejoinder untuk Pepih Nugraha, oleh Nararya.

Soal Akun PK: Sentilan Buat Kang Pepih, Elde

Pepih Nugraha Hampir Indentik Dengan Hanna Candra, Reza aka Fadli Zontor

Tanggapan Atas Tulisan Pepih Nugraha Tentang Pakde Kartono, Mustafa Kamal

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun