Kita tidak memungkiri ada banyak lulusan IPDN yang berkulitas rendah dan bergaya priyayi tetapi tidaklah boleh disama ratakan dengan banyaknya lulusan IPDN berkualitas baik dan merakyat, tapi sungguh disayangkan justru mereka inilah yang kemudian banyak tenggelam ditelan gaya kepemimpinan kepala daerah tingkat II yang lebih mementingkan kelompok dan keluarganya.
Apakah IPDN perlu dipertahankan atau dibubarkan, bukan kapasitas saya untuk memberikan penilaian, dari contoh kasus diatas, kita masing-masing bisa menilai, bagaimana dan apa yang sebaiknya dilakukan terhadap IPDN.
Penting! Agar tidak terjadi generalisasi penilaian terhadap lulusan IPDN, perlu diingatkan bahwa setiap daerah memiliki masalah dan problem sendiri, sehingga tidaklah pantas jika dari contoh kasus ini dianggap mewakili secara keseluruhan. Tidaklah elok, hanya karena contoh kecil ini kita langsung memvonis. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H