Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tips Sehat Saat Melayat

8 Agustus 2015   11:56 Diperbarui: 8 Agustus 2015   11:56 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="karangan-bunga"][/caption]

Hidup ini penuh warna, tapi pagi kita masih tertawa tak lama kemudian bisa jadi kita terdiam seribu bahasa, karena ada berita duka. Jika berita duka itu berasal dari sahabat atau teman, sudah sepatutnya sebagai sahabat, kita menunjukan empati dan turut berbela sungkawa, datang kerumah duka bahkan ikut serta mengantarkan almarhum ke peristirahatan terakhir.

Sekalipun yang berduka orang yang sangat kita kenal, dalam suasana duka seperti ini sebaiknya kita sedikit menahan diri dari kebiasaan konyol dan gurauan dan tunjukan bahwa kita adalah sahabat, orang yang selalu hadir saat suka dan duka. Agar susana tidak menjadi rusak karena kekonyolan kita, ada beberapa hal yang patut diperhatikan.

Jangan sampai kedatangan kita ke rumah duka dan pemakaman malah melahirkan bisik-bisik tetangga atau hanya karena ucapan bodoh atau tindakan konyol suasana duka menjadi ajang tawa yang tidak pada tempatnya.  Untuk menghindarinya, beberapa tips sederhana dan bermanfaat (sehat) berikut ini bisa dijadikan pedoman.

Jangan Sok Bijaksana.
Hindari memberikan nasehat-nasehat bodoh dalam kondisi duka seperti ini.   Misalnya dengan mengatakan “sudahlah, jangan terlalu difikirkan” atau “sudahlah, jangan kelamaan sedihnya hidup harus terus berjalan”,  maksud baik itu bisa berubah menjadi bencana, karena dibalik kalimat-kalimant itu, tanpa sadar, kita sudah meminta sang sahabat agar segera melupakan almarhum, padahal almarhum adalah orang yang paling dia sayangi dan sangat dekat dengan sahabat kita.
Ucapan singkat “saya turut berduka”, disertai dengan pelukan dan genggaman tangan yang erat merupakan ungkapan turut berbela sungkawa yang lebih dari cukup.

Jangan bertanya “kenapa ?”
Jangan pernah mengeluarkan pertanyaan yang berhubungan dengan penyebab berpulangnya almarhum.  Pertanyaan itu memaksa dia untuk mengingat kembali kejadian yang mungkin tidak ingin diingatnya. Jabat tangannya dengan erat, jika kita adalah teman dekat tidak salahnya memberikan pelukan, atau jika terasa dia mencodongkan badannya kearah kita, peluklah dia. Sekali lagi, jangan bertanya dalam bentuk apapun, pilihan terbaik adalah diam, ada banyak cara lain untuk menunjukan kepedulian tanpa perlu mengeluarkan pertanyaan.
Ada pengalaman menarik mengenai hal ini, teman saya pernah terjungkal kena bogem temannya sendiri karena menanyakan “kenapa”, padahal teman yang bertanya tersebut sudah megetahui penyebab berpulangnya orang yang cintai pemberi bogem.

Jangan bersikap diam masa bodoh.
Saya pernah menulis pada sebuah blog bahwa tak selamanya diam itu emas, tetapi dalam kondisi ini diam adalah emas. Berikan dukungan moral kepada teman anda dengan berdiri disampingnya pada saat jasad diturunkan keliang lahat. Cukup diam disampingnya, hal ini secara psikologis menyadarkan teman bahwa dia tidak sendirian dalam suasana duka.

Tunjukan Empati dan simpati,
Jika teman menitikkan air mata pada saat jasad diturunkan keliang lahat, biarkan…, jangan menghalangi atau mencegahnya untuk menangis. Biarkan dia berkabung, karena ini adalah saat yang paling tepat baginya untuk menitikkan air mata.  Mencegah sahabat kita menangisi kepergian orang yang disayanginya, boleh jadi membuatkan menjadi tidak senang dan menambah dalam kelukaan hatinya.

Matikan/Silent Telepon,
Buang sejenak kecintaan kita pada gadget, sekalipun gadget yang dipakai merupakan merk ternama dan keluaran terbaru, sungguh tidak lucu ditengah keheningan pilu, tiba-tiba telepon kita berbunyi dan ringtone-nya lagu selimut tetangga.  Sahabat yang berduka, lebih berharga dari telepon genggam.  Saya kira mematikan/silent telepon selama satu sampai dua jam tidak akan membuat mati gaya.

Saya kira point-point diatas cukup menjadi modal dasar, menambah sendiri kriteria larangan dan yang dbolehkan akan semakin baik.  Dan saatnya nanti bisa berbangga hati (walau ini bukan tujuannya), bahwa empati yang kita tunjukan akan berbuah manis saat kita mengalami hal sama dengan sahabat.  Semoga bermanfaat. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun