[caption caption="Ilustrasi | kontan.co.id"][/caption]
Ilustrasi | kontan.co.id
Ternyata, hasil riset Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran dan perhitungan Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia dari tiga juta ekor sapi yang dipotong setiap tahunnya, sebanyak 1 juta ekor merupakan sapi bibit. Pemotongan sapi bibit sudah berlangsung bertahun-tahun, jika tidak segera ditanggulangi, suatu saat nanti populasi sapi akan menyusut dan dampaknya pemenuhan kebutuhan daging secara nasional akan terganggu.
Pada tahun 2013, pemerintah mencanangkan kebijakan swasembada daging sapi dengan memangkas impor bibit dan daging sapi secara besar-besaran, akibatnya populasi sapi turun ke angka 12,69 juta ekor dari target 16,82 juta ekor. Padahal pada tahun 2010, populasi sapi 13,59 juta ekor, tahun 2011 naik ke angka 14,82 juta ekor, tahun 2012 naik menjadi 15,98 juta ekor. Dari sini tergambarkan, setelah pencanangan swasembada daging tahun 2013 populasi sapi justru turun,  turunya populasi sapi pada akhirnya akan memaksa dilakukannya pemotongan sapi bibit untuk memenuhi target swasembada daging sapi. (print.kompas.com)
Berbagai program dilakukan oleh Kementrian Pertanian, seperti mendatangkan sapi bibit sebanyak 30.000 ekor dan mendorong peningkatan kelahiran sapi melalui program inseminasi buatan agar dapat mencapai swasembada pangan termasuk daging sapi.
Jika pemotongan sapi bibit terus-menerus dilakukan, program-program yang dibuat oleh Kementrian Pertanian tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah mengurangi jumlah sapi bibit yang dipotong pertahunnya secara signifikan. Membiarkan pertubuhan sapi bibit disertai dengan berbagai program swasembada yang dilaksakan secara konsisten, akan mempercepat pencapaian target yang sudah dicanangkan dan tidak mengurangi populasi sapi secara nasional.
Selain itu pemotongan sapi bibit justru sangat merugikan, dari simulasi yang dilakukan oleh Gabungan Perusahaan Pembibitan Sapi Potong Indonesia, menunjukan, dalam rentang usia produktif sapi betina kurang lebih Sembilan tahun akan menghasilkan keturunan dengan berbagai rentang usia sebanyak 18 ekor, jika rata-rata perekor seharga 8 juta, maka selama usia produktifnya sapi betina mampu memberikan penghasilan kotor sebesar Rp. 144 juta, dengan begitu potensi kerugian sebesar Rp. 144 triliun (kompasprint.com)
Pencanangan swasembada pangan yang termasuk didalamnya swasembada daging sapi, tidak cukup hanya dengan melakukan pemotongan, pembuatan program baru, inseminasi dan lain sebagainya, tetapi harus disertai secara selaras menjaga ketersediaan sapi bibit, jangan sampai program swasembada justru menjadi mahluk kanibal sumber ketersediaan bibit. Jika ini yang terjadi, bukanya swasembada yang dihasilkan, tetapi pemusnahan masal bibit sapi dengan pembenaran sebagai pemenuhan program swasembada. Pertanyaannya, apakah mungkin swasembada sapi dengan memotong bibit sapi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H