Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Momen Idulfitri, Merengkuh Makna Maaf yang Sebesar-besarnya

15 Juli 2015   22:17 Diperbarui: 15 Juli 2015   22:31 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perasaan bersalah yang terkandung dalam hati, bisa menjadi senjata pembunuh yang tak terlihat, kebencian yang tak terhingga tidak akan memberikan manfaat apa-apa selain rasa sakit yang tidak terperikan.   Cobalah kita membalikan keadaan, bagaimana rasanya memiliki perasaan bersalah yang tidak dimaafkan.  Dengan cara merefleksikan rasa bersalah, kita akan tahu atau setidaknya kita akan coba merasakan sakitnya menanggung kesalahan yang tak termaafkan.  Saya percaya, refleksi seperti akan meruntuhkan rasa ego, gensi dan tinggi hati yang bersemayam dihati, kecuali jika kita menderita kelainan senang melihat orang lain menderita.

Manfaat memaafkan bagi kesehatan jiwa.

GM Susetyo, Psikolog dari GMS HRD Consultant menengarai memafaatkan memberikan manfaat yang sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang, bahkan memaafkan dapat berdampak terhadap perkembangan kepribadian seseorang.

Secara spesifik, GM Susetyo menjelaskan bahwa memaafkan adalah perkara pribadi yang sangat menekan, untuk menguranginya memaafkan secara tulus merupakan langkah yang baik, karena memaafkan bersifat therapeutic (menyembuhkan).

Jika memaafkan memberikan manfaat yang sedemikian besar, mengapa kita harus mempertahankan gensi, tinggi hati dan rasa sakit hati yang berkepanjangan yang pada akhirnya merugikan diri sendiri?  Sekali kita mampu memaafkan, maka proses selanjutnya akan semakin mudah dan kita berubah menjadi insan pemaaf yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain.

Momen Idulfitri 1436H, menjadi tonggak, menjadi titik balik yang paling pas untuk memulai tanpa kita perlu merasa direndahkan atau turun derajat karenanya, sebaliknya kita rengkuh manfaat maaf yang sebesar-besarnya, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang yang ada disekitar kita.  Semoga.

Notes : 
Tulisan ini tiada pun bermaksud menggurui sesiapapun yang membaca, hanyalah sebagai catatan pribadi, jika pun bermanfaat bagi sesama, sejatinya hanyalah efek samping dari sebuah tulisan ringkas memaknai kata maaf di momen hari Raya Idul Fitri. Souce Tambahan : kompasprint.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun