Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Idul Fitri, Pergeseran Cara Merayakan dan Memaknainya

14 Juli 2015   23:41 Diperbarui: 14 Juli 2015   23:41 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi ucapan hari raya idulfitri | kompasiana.com"][/caption]Beberapa hari lagi, Bulan ramadhan akan berlalu dengan ditandai berakhirnya puasa ramadhan dan digantikan Bulan Shawal yang ditandai dengan Hari Raya Idul Fitri sejak hari pertama bulan Syawal sampai beberapa hari kedepan.  Disambut dengan penuh suka cita dan bahagia, karena bagi yang “lulus” puasa ramadhan akan kembali suci dan bersih.

Namun dibalik suka cita itu, secara perlahan namun pasti tradisi lebaran telah mengalami penambahan makna/pergeseran makna, dari ajang silaturahmi sepanjang hari menjadi silaturahmi singkat dan disertai piknik ke tempat-tempat wisata atau hanya cukup melalui saluran komunikasi audio-visual.  Sehingga mengesankan, nilai-nilai silaturahmi tidak terlalu penting,  sudah berkumpul seadanya dalam waktu yang singkat dilanjutkan dengan acara piknik masing-masing keluarga adakalanya juga bersama-sama keluarga yang lain.

Bertahun-tahun yang lalu, setiap hari raya lebaran rumah selalu dipenuhi oleh sanak family, tetangga dan kenalan yang datang bersilaturahmi, setiap keluarga saling mengunjungi, bahkan ada kalanya harus menempuh waktu bilangan jam, jika sudah dikunjungi ada perasaan wajib untuk balas mengunjungi.  Suasana kekerabatan terasa begitu dekat dan lebaran menjadi penuh makna.  Saling mengunjungi tidak hanya terbatas pada keluarga yang merayakan lebaran, termasuk juga handai taulan non muslim dan tetangga non muslim, semuanya berbaur menjadi satu.

Wilayah perkotaan yang sudah lama mengalami kemajuan, penambahan makna ini sudah lama terjadi dan saat ini sudah menjadi kebiasaan, ini bisa ditandai dengan membludaknya pengunjung ditempat-tempat pariwisata selepas sholat Id atau sehari setelah puasa.  Hal yang sama ternyata secara perlahan merambat ke kota-kota lain yang sedang mengalami perkembangan dengan pesat.  Beberapa tahun belakangan ini, terlihat sangat jelas penambahan makna itu.  Jika dulunya waktu lebaran benar-benar dihabiskan untuk berkumpul dengan keluarga dan saling berkunjung, tidak demikian yang terjadi tahun-tahun belakangan ini.

Banyak keluarga, yang berkumpul hanya pada malam Takbiran sampai dengan berakhir hari pertama lebaran, hari kedua dan seterusnya, umumnya dilanjutkan dengan berpiknik kedaerah tujuan wisata dengan satu keluarga atau lebih.  Mengapa ini bisa terjadi?

Ada banyak faktor penyebab dan tidak selamanya penambahan makna ini bernilai buruk walaupun secara sepintas terlihat seakan-akan nilai silaturahmi menjadi terabaikan, penyebab berikut, bisa menjadi gambaran mengapa hal ini bisa terjadi.

Waktu

Keterbatasan waktu ditengah kesibukan mencari nafkah, singkatnya waktu libur dan alasan waktu lainnya menjadikan keluarga harus pintar membagi waktu, dengan waktu yang singkat diharapkan antara silaturahmi dengan keluarga dan kebutuhan piknik keluarga bisa terpenuhi dan cara yang paling afdol dengan berkumpul pada malam takbiran sampai selesai sholat hari raya atau datang tepat dihari raya dan dilanjutkan dengan piknik bersama atau masing-masing keluarga setelahnya. 

Refreshing Tambahan.

Bagi sebagian keluarga, refreshing dengan mengunjungi keluarga pada hari raya dirasa belum cukup, sehingga dibutuhkan refreshing yang bersifat pribadi atau khusus untuk satu keluarga saja.  Ini bisa jadi jika keluarga tersebut sudah merencanakan refreshing kesuatu tempat setelah berkunjung ke rumah keluarga dan jarak tujuan refreshing cukup jauh.

Jarak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun