Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Calon Sarjana: Perhatikan 5 Hal Berikut, Jika Berniat Langsung Terjun ke Dunia Kerja

7 Juni 2015   02:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:18 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_421361" align="aligncenter" width="540" caption="Ilustrasi Sarjana (Sumber: www.tribunnews.com)"][/caption]

Saya termasuk orang yang dipercaya manajemen untuk melakukan bimbingan terhadap mahasiswa yang sedang magang, mereka berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, sebut saja UGM (Universitas Gajah Mada), IPB (Institut Pertanian Bogor), Untan (Universitas Tanjungpura), Unpar (Universitas Palangkaraya) , Unkas (Universitas Kapuas) dan beberapa perguruan tinggi lainnya. Dari yang saya amati selama ini, mahasiswa yang berasal dari UGM dan IPB lebih unggul dibandingkan dengan dari Universitas lain. Ini bisa dimaklumi, karena kedua perguruan tinggi tersebut termasuk perguruan tinggi papan atas di Indonesia.

Namun, saya juga menemukan hal krusial yang harus mereka perbaiki, apalagi jika mereka berniat langsung memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan pendidikan. Bagaimanapun status mereka sebagai lulusan strata satu dipandang lebih mampu dari tenaga kerja yang hanya lulusan akademi misalnya, apalagi jika di bandingkan dengan tenaga kerja yang lulusan SLTA.

[caption id="" align="aligncenter" width="572" caption="Ilustrasi | sapulidinews.com"]

Ilustrasi | sapulidinews.com
Ilustrasi | sapulidinews.com
[/caption]

Pertemuan dengan para mahasiswa magang biasanya saya lakukan sebelum dan sesudah mereka terjun langsung kelapangan, dunia mereka yang masih idealis, tentunya memiliki berbedaan yang cukup mencolok dengan kondisi lapangan, kondisi ini seharusnya membuat mereka menjadi kritis, kumunikatif, membutuhkan daya nalar yang baik, kreatif dan melahirkan solusi. Tapi kenyataannya, tidaklah seperti itu bahkan kadang seperti tidak ada masalah sama sekali. Ini tidak baik dan harus diperbaiki.

1. Bersikap Kritis.

Dari sekian banyak mahasiswa yang pernah saya temui ketika mereka magang, sikap kritis dalam mengkaji sebuah masalah sering menjadi persoalan serius. Mereka sering menyamakan antara cerewet dan kritis, dan sering saya perhatikan ada kekhawatiran pada diri mereka dinilai kritis dengan alasan yang tidak bisa saya pahami dan tidak rasional. Sebagai penyaji bahan magang, saya acapkali memberikan materi yang sebenarnya harus diperdebatkan dan dikritisi, tetapi pada kenyataannya hanya sebagian kecil yang melakukannya. Lebih sedikit lagi yang benar-benar mampu mengkritisi dan mempertahankan pendapatnya.

2. Komunikatif.

Kebanyakan dari mereka juga lemah dalam berkomunikasi, artinya mengkomunikasikan pekerjaan yang harus mereka lakukan ketika magang, mereka cenderung menerima apa adanya, padahal kita tahu mereka tidak sepenuhnya mengerti tugas yang harus dikerjakan.

Begitu juga ketika masalah muncul dilapangan, kebanyakan diantaranya pasif, untungnya magang biasanya dilakukan berkelompok, sehingga ada diantaranya dalam satu kelompok tersebut yang menjadi seperti jurubicara. Seharusnya hal tersebut tidak terjadi, karena setiap peserta magang memiliki permasalahan yang berbeda dengan rekannya. Walaupun dalam kelompok komunikasi mereka cukup baik, tetapi komunikasi dengan “atasan” dan para senior harus diselaraskan dan diharmonisasi sedemikian rupa, agar permasalahan bisa diselesaikan secepatnya.

3. Daya Nalar.

Ini merupakan salah satu bagian yang harus mendapat perhatian serius, sebuah permasalahan dilapangan akan semakin mudah menyelesaikannya jika mahasiswa memiliki kemampuan nalar yang baik. Tidak selamanya permasalahan bisa diselesaikan hanya dengan teori yang didapat dibangku kuliah. Teori-teori tersebut harus diaplikasikan dilapangan, dengan memperhatikan berbagai aspek pendukung dan aspek penghalang. Disaat seperti inilah, kemampuan menalari sebuah masalah menjadi sangat penting. Melatih diri dengan berbagai macam simulasi, bisa membantu mengembangkan kemampuan nalar seseorang.

4. Solusi Alternatif.

Biasakan memberikan solusi alternatif disamping solusi utama yang ditawarkan. Kebanyakan, hanya menyiapkan satu buah solusi, ketika solusi yang ditawarkan dianggap tidak memadai, mereka jadi gelagapan karena ketiadaan solusi lain. Bila perlu siapkan solusi utama dan dua buah solusi alternatif. Walaupun kelak (dengan alasan tertentu) semua solusi tersebut tidak diterima, setidaknya pimpinan sudah melihat dan menilai, bahwa jika diminta untuk menyelesaikan sebuah masalah, tidak hanya satu solusi yang disiapkan. Ini jelas memberikan nilai tambah tersendiri, ketika suatu saat diterima menjadi karyawan maupun ketika membuka usaha sendiri.

5. Mengembangkan Kreatifitas.

Berfikir sesuai teksbook bukanlah sebuah kesalahan, tetapi akan mempersempit ruang pemecahan masalah. Banyak masalah dilapangan yang tidak mungkin diselesaikan secara teksbook. Cobalah berkreasi, sepanjang tidak melenceng terlalu jauh dari aturan yang sudah ditetapkan, selain akan mempermudah menangani sebuah masalah bukan tidak mungkin melahirkan terobosan baru. Jangan takut dengan kesalahan karena kreatifitas, karena dengan cara seperti inilah, upaya-upaya perbaikan dan solusi alternatif bisa ditemukan.

Kelima masalah ini paling sering saya jumpai dilapangan dan kelimanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Orang yang kritis umumnya memiliki daya nalar yang baik, jika memiliki daya nalar yang baik bisa dipastikan orang tersebut kreatif, jika dia kreatif, maka biasanya solusi yang ditawarkan tidak hanya satu, tapi selalu disertai dengan solusi alternative, selanjutnya tinggal bagaimana mengkomunikasikannya dengan baik. Kesemuanya itu bisa dilatih dengan banyak melakukan simulasi dengan beberapa teman dan memperbanyak referansi bacaan. Diera internet saat ini, banyak buku-buku referansi yang bisa didapat secara cuma-cuma.

Ingat, sebuah perusahaan menerima mahasiswa magang bukannya tanpa maksud, mereka akan melihat dan menilai aktifitas yang dilakukan. Jika kegiatan dan solusi masalah yang ditawarkan sesuai dengan yang diinginkan oleh manajemen, bukan tidak mungkin akhirnya para calon sarjana magang tersebut diminta untuk menjadi karyawan pada perusahaan yang menerima mereka magang. Jika happy ending seperti ini, toh mahasiswa/i itu sendiri yang diuntungkan.

Pendapat ini disimpulkan dari realitas yang saya temukan dilapangan, tidak menutup kemungkinan , ditempat yang berbeda dan kondisi yang berbeda dibutuhkan tambahan pengetahuan lain sebagai penunjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun