Sebaiknya test semacam ini ditiadakan, karena akan menimbulkan polemik, diskriminasi dan pelecehan terhadap seorang perempuan. Jika benar lembaga TNI memiliki kemampuan membina prajurit yang mumpuni, bukankah “kesalahan” mereka dimasa lalu bisa diperbaiki dengan melakukan pembinaan? TNI bisa menerima laki-laki menjadi prajurit tanpa perlu test keperjakaan, nyatanya setelah ditempa dengan latihan dan pembinaan, mayoritas prajurit TNI bertransformasi menjadi manusia yang tangguh, berintegritas dan siap mati demi negara.
Tidak bisakah TNI melakukan hal yang sama terhadap kaum perempuan? Secara bergurau seorang teman mengatakan (asumsinya, ditest sama dengan dicoba...), apapun alasannya test keperawanan jangan pernah dilakukan. Walaupun si perempuan masih perawan saat menjelang menjalani test, setelah keperawanannya di test, tidakkah perawannya menjadi rusak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H