Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

5 Masalah yang Berpotensi Merusak Rumah Tangga

16 Mei 2015   05:33 Diperbarui: 11 Oktober 2015   00:16 3048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_416031" align="aligncenter" width="466" caption="Ilustrasi | Howtosavemymarriage101.com"][/caption]

Sepasang suami istri, dalam mengayuh biduk rumah tangga, pastilah terdapat riak-riak perselisihan dan cipratan ombak kesalahpahaman, semuanya normal dan wajar-wajar saja, menyatukan dua orang yang berbeda pasti terjadi penolakan-penolakan kecil sebagai bentuk upaya manunggal keduanya.  Rumah tangga yang tidak pernah mengalami sedikit shock dipastikan tidak ada, jika ada pasangan yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah berselisih, sejatinya mereka sedang menyembunyikan perselisihan. 

Dari hasil ngobrol santai dengan beberapa rekan kerja (rata-rata sudah berkeluarga lebih dari lima belas tahun), saya mendapati beberapa hal, terutama bagi para istri, apa yang mereka lakukan dianggap sebagai tanda sayang, ternyata dianggap oleh suami sebagai sesuatu yang sangat mengganggu dan kadang membuat mereka marah, begitu juga sebaliknya.

 

CURIGA

Apakah istri tidak boleh curiga terhadap suami? Boleh.  Istri harus curiga, terutama kepada para suami yang sering meninggalkan rumah karena pekerjaan dan kadang bepergian dalam jangka waktu yang cukup lama.  Tetapi cobalah curiga yang cerdas.  Sesekali tunjukan rasa curiga dengan cara bercanda misalnya.  Janganlah setiap suami berangkat kerja ketempat tugas disertai dengan curiga yang berlebihan, dengan memberikan nasehat seakan-akan sang suami penjahat ulung hanya karena anda curiga.  Para suami yang tidak melakukan kecurigaan yang anda tuduhkan, jika secara terus-menerus dicurigai, karena kesal, tidak menutup kemungkinan sang suami justru merealisasikan kecurigaan istri.

Salah seorang teman, akhirnya bercerai dengan istrinya karena tidak tahan setiap hendak bepergian selalu dicurigai, bukannya dido’akan selamat tetapi selalu diceramahi.  Padahal, sebelum menikah si istri sudah tahu, jika suaminya bukanlah mahluk bandel yang suka mencari sensasi, tetapi setelah menikah belasan tahun, sikap istri berubah seperti orang paranoid dengan sikapnya yang mencurigai suaminya dengan sangat berlebihan, hanya karena ada sms iklan yang menawarkan kenikmatan sesaat.  Si teman, sempat menangis dihadapan saya, walaupun sudah dinasehati dari a sampai z, teman tetap pada keputusannya, cerai.  Saya tahu dia sangat terpukul dengan keputusanya, tetapi dia juga merasa seperti narapidana dalam rumah tangganya.

 

CEMBURU

Cemburu tanda sayang? Tidak selamanya, cemburu tanpa alasan yang jelas, sama dengan kebodohan yang dipelihara.  Perempuan atau laki, pasti memiliki dan pernah cemburu, tapi cobalah bersikap dewasa dalam mengelola cemburu.  Menunjukan rasa cemburu yang berlebihan dan tidak didasari alasan yang jelas menandakan istri selalu mengibarkan bendera perang.  Jika sudah begini, perang sulit untuk dihindari.  Jika perang terus berkibar dan akhirnya suami menyerah kalah, bukan gencatan senjata yang diambil, boleh jadi suami kabur.

Tahun 2014, saya pernah menjadi juru penengah perperangan karena cemburu.  Seorang sepupu saya (perempuan), menikah dengan lelaki yang memiliki paras yang boleh saya bilang sangat standar dan anehnya, sepupu saya cemburunya luar biasa, padahal dia tidak pernah minum extra joss.  Kecemburuan itu bermula ketika si suami ditugaskan keluar kota oleh kantornya dan secara kebetulan dalam rombongan perjalanan dinas terdapat dua orang staff perempuan yang berparas ayu.  Entah mengapa, sejak saat itu, setiap suaminya tugas keluar kota sepupu saya cemburunya lebih tinggi dari ubun-ubun padahal si suami bertugas dengan sesama teman pria, bahkan pernah penugasan suaminya dikonfirmasikan langsung ke pimpinan suami. 

Wajar saja kalau kemudian suaminya tersinggung dan marah.  Kecemburuan yang melewati batas itu menimbulkan prahara dalam rumah tangga mereka.  Saya tidak mendapatkan alasan rasional kenapa sepupu saya bisa sedemikian cemburunya, saya jadi kesal sendiri, sampai kemudian saya menyarankan sebaiknya mereka bercerai saja, tapi sepupu bersikukuh tidak mau cerai, la piye jal, cemburu sampai kelangit tapi bercerai tidak mau.  Saya bilang, kalau tidak mau cerai ya jangan cemburu berlebihan, cemburu itu wajar, menjadi tidak wajar kalau cemburunya sudah kurang ajar.  Saya tidak tahu bagaimana selanjutnya, tapi yang bisa saya pastikan sampai hari ini mereka masih satu rumah.

 

CENTIL

Centil dihadapan suami tidak terlalu masalah, apalagi kalau centil menjelang matikan lampu kamar tidur.  Monggo. Walaupun ada yang beranggapan centil itu bawaan dari orok, sepatutnyalah hal ini tidak ditunjukan ketika berbicara dengan seseorang dihadapan suami.  Bayangkan jika suami anda genit terhadap perempuan lain dihadapan anda, tidak ada garansi anda tidak sewot, kecuali kalau anda punya kelainan.  Dengan menjaga sikap sebagai istri dihadapan orang lain, berarti anda sudah menjaga harkat dan martabat suami.

Sekali waktu, saya pernah menjumpai istri orang yang sikapnya centil terhadap saya, untungnya waktu itu istri tidak ada.  Saya sangat risih diperlakukan seperti itu, apalagi perlakuannya dihadapan teman-teman saya.  Saya membayangkan betapa malu dan marahnya saya jika istri bersikap seperti ini terhadap suami orang lain.   Walaupun anda dari orok sudah centil, menjaga sikap dihadapan lelaki menjadi sebuah keharusan, karena bagi lelaki hidung jebra, dilain waktu malah dia yang giliran mencentili anda.  Jangan terlalu berharap suami selalu memaklumi “penyakit bawaan” anda, karena sebuah permakluman ada batasnya.

 

CENGENGESAN

Mungkin penggunaan istilahnya kurang tepat, tetapi yang saya maksudkan adalah ketika seorang suami butuh istri sementara si istri sedang sibuk ngoborol dengan tetangga, bukannya mendatangi suami yang membutuhkan tapi malah semakin asyik ngobrol.  Sikap ini seolah-olah menganggap enteng kebutuhan suami dan tidak semua suami dapat menerima perlakuan seperti ini.  Kekecewaan suami bisa jadi dilampiaskan dalam bentuk-bentuk yang tidak rasional.

Bulan Februari yang lalu, saya mendapati seorang suami membanting piring.  Karena dia teman, saya datangi, ternyata alasanya membanting piring karena istri lebih asyik ngobrol dengan tetangga sementara kewajiban didapur belum diselesaikan, rupanya si teman mau sarapan dan sebelum istri ngobrol dengan tetangga si istri sudah menjanjikan akan membuatkan sarapan, tetapi karena ada bumbu yang kurang si istri ijin kewarung, setelah pulang dari warung, bukannya langsung membuat sarapan tetapi malah asyik ngecap dengan tetangga.

 

CELETUK

Jangan pernah menyeletuki pembicaraan seorang suami, apakah ketika suami menegur anak atau ketika suami sedang berbicara dengan siapapun, walaupun anda sebagai istri ikut serta dalam pembicaraan tersebut.  Menyeletuk dalam sebuah percakapan sangat tidak dianjurkan, walaupun yang diceletuki pembicaraan suami, apalagi jika pembicaraan orang lain dalah perbuatan yang tidak santun, sekaligus bisa merendahkan harga diri anda. Walaupun anda sinis dengan materi pembicaraan, sunggu bijak jika anda menahan diri.

Saya beberapa kali mendapati istri yang melakukannya, ketika si suami sendang berbicara dengan saya, tidak-tiba istrinya nyeletuk dan dan nadanya meremehkan, begitu juga ketika saya sedang bicara serius dengan sang suami, sering kali si istri nyeletuk seakan-akan mempertanyakan kesahihan yang saya sampaikan, kalau dilakukan dalam guyonan saya maklum, tapi ini pembicaran serius tentang bisnis.

Hal-hal kecil seperti ini jika hanya dilakukan sesekali, akan dianggap wajar, tetapi jika dilakukan secara terus menerus dengan menunjukan superior, suatu saat pasti akan berakhir dengan perdebatan, pertengkaran dan mungkin saja perceraian.  Menjadikan karakter sebagai alasan bukan alasan yang benar, jika alasan karakter yang dimajukan, terbukan lebar kesempatan suami mengganti anda dengan karakter yang lebih baik.

Masih banyak hal-hal lain yang bisa menjadi penyebab, saya hanya membatasi pada kondisi yang pernah saya alami dan ini tentu saja tidak berlaku sepihak pada Istri tetapi bisa juga terjadi pada suami, sekarang tinggal bagaimana anda bijak memanage masalah kecil seperti ini agar tidak menjadi biang masalah dalam rumah tangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun