Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Sepintas Aktifitas Wanita Pedalaman Kalimantan

4 Mei 2015   22:03 Diperbarui: 11 Oktober 2015   00:27 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka, bukan wanita-wanita pintar berpendidikan tinggi, bukan pula wanita dengan wajah menawan, postur tinggi semampai, memiliki mata bening bagaikan mutiara, mereka bukan pula wanita yang selalu meminta disejajarkan dengan kaum pria, mereka bukan wanita pedandan yang sanggup menghabiskan uang ratusan juta.

Mereka hanya wanita biasa, berparas seadanya, berdandan bukan hal yang biasa.  Tapi mereka, memegang teguh janji setia, mereka wanita teguh yang tidak pernah berteduh walau panas datang mendera, mereka menapaki hidup dengan gaya sederhana bahkan dari golongan miskin tak berharta.

[caption id="attachment_414950" align="aligncenter" width="527" caption="Dua orang ibu tua sedang duduk, salah satu memegang kayu kecil yang digunakan untuk mengusir ayam yang menggangu jemuran padi diteras rumah - Desa Riam Batang, Kecamatan Seruyan Hulu, Seruyan, Kalimantan Tengah | dok. pribadi"][/caption]

Keseharian mereka, jika tidak sedang ke ladang, dihabiskan dengan mengurus rumah tangga, selain itu mereka umumnya memiliki ketrampilan membuat anyaman dari rotan.   Anyaman yang dihasilkan berupa takin atau lanjung, sejenis wadah untuk membawa sesuatu yang taruh dibelakang.  Keterampilan tersebut, umumnya diwariskan dari orang tua, ada satu dua orang yang terampil karena belajar dari orang lain.

[caption id="attachment_414951" align="aligncenter" width="527" caption="Ibu muda ini sedang meraut (menghaluskan) dan membelah rotan untuk dijadikan bahan anyaman, yang dikerjakan disela-sela mengurus rumah tangga dan ladang. Desa Kiham Batang, Kecamatan Bukit Raya, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah | Dok. Pribadi"]

[/caption]

Dibalik kesederhanaan para wanita desa ini, mereka memiliki tanggung jawab besar, dari pengamatan sepintas, mungkin tidak diperlukan lagi yang namanya emansipasi dalam pengertian sempit.  Mereka umumnya berkerja bahu membahu dengan suami, baik itu dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, mengasuh dan membesarkan anak.  Pembukaan lahan memang dilakukan oleh kaum pria, tetapi proses selanjutnya hampir semuanya dilakukan oleh para wanita.

[caption id="attachment_414952" align="aligncenter" width="527" caption="Seorang ibu sedang membuat Lanjung, sejenis wadah yang cara membawanya diletakan dipunggung dengan dua buah tali dikaitkan dibahu seperti ransel dan satu buah tali penyeimbang, biasanya dikaitkan pada bagian kepala | Dok. Pribadi"]

[/caption]

Ketika musim perladangan tiba, mereka umumnya akan berada diladang dari pagi sampai sore hari, pada saat pulang biasanya mereka membawa kayu api yang dipergunakan untuk keperluan perapian dapur.  Saat ladang sudah menghasilkan sayur-sayuran, mereka pula yang memetik, mengemas dan memasarkannya.

Keseharian seperti berlangsung bertahun-tahun penuh dengan ketabahan dan kesetiaan.  Dari hasil ini, maka tidak heran jika ada keluarga yang mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke Pulau Jawa.

Ibu ini pulang dari kebun, perhatikan wadah yang dibawa oleh ibu ini disebut Takin atau Lanjung, tidak lupa parang yang terselip dipinggang. Diusia renta seperti ini, mereka melakukannya tanpa terdengar keluhan yang berlebihan, mereka akan sangat senang jika kita sapa. Dusun Ancana, Desa Belaban Ela, Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat | Dok. Pribadi

Mereka memang wanita udik, jauh dikatakan sebagai perempuan terdidik.  Tapi mereka tak pernah merintih, menandakan jiwa dan raga yang terlatih.  Mereka sama sebagaimana kaum ibu lainnya, mengharap keluarga utuh berjalan sempurna.

Mereka berjalan menyeka derita, mereka menyeruak dengan segala daya dan upaya, tapi mereka bukan wanita golongan biasa, mereka gigih berjuang bukan hanya mencari harta, mereka menatap, mereka bekerja dan mereka berdo'a, hanya satu demi masa depan keluarga tercinta. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun