Menurut kaum dewasa yang sudah kenyang asam garam, bergelimang dosa dan tak polos lagi dalam senyum dan tawa, anak-anak kebalikan dari itu semua. Mereka tersenyum sebebasnya, mengekspresikan diri tanpa takut dosa dan berkata jujur tak berbelit kata.
Beberapa waktu yang lalu, saya bersama beberapa teman mengunjungi desa-desa yang berada dijalur sungai Katingan dan Seruyan, Kalimantan Tengah. Desa-desa itu terletak jauh dijantung Kalimantan Tengah, lokasi hanya bisa ditempuh transportasi air. Kehidupan mereka sebagian masih sederhana, tapi ada juga yang sedikit modern, anak-anak usia sekolah dasar masih bersekolah dilingkup desa, tetapi untuk jenjang yang lebih tinggi, mereka mau tidak mau harus sekolah ke kota kecamatan untuk SLTP dan ke kota kabupaten untuk SLTA.
Kepolosan anak-anak udik, belum terjamah modernisasi kota membuat saya sering tersenyum sendiri, alangkah bahagianya mereka, alangkah sederhanya cara mereka berfikir dan wajah-wajah lugu mereka membuat saya sering membatin, mungkin mereka suatu saat kelak jatuh kelimbah kehidupan kota seperti terlibat tawuran dan narkotika?
Desa Tanjung Paku merupakan desa terakhir yang berada disepanjang jalur sungai seruyan, Kecamatan terdekat (Kec, Seruyan Hulu), hanya bisa ditempuh melalui jalur sungai. Penduduk setempat ke Tumbang Manjul – ibukota Kecamatan Seruyan Hulu, hanya untuk urusan pemerintahan, kebutuhan bahan pokok mereka dapat dari berladang dan belanja ke Kecamatan Nanga Pinoh yang berada di Propinsi Kalimantan Barat.
Beginilah mereka, bersekolah dengan seragam kebanggaan putih merah/merah putih, tak mengenakan sepatu bukanlah sebuah kesalahan, bersandalpun tak membuat mereka minder. Kekurangan tenaga pendidik bukan lagi dianggap permasalahan karena sudah lajim, minimnya perhatian pemerintah bukan lagi cerita baru. Didesa mereka hanya bisa sekolah sampai menamatkan SD, sekolah lanjutan umumnya mereka tempuh di Kecamatan Ella Hilir atau di Kabupaten Melawi yang terletak di Kalimantan Barat.
Desa Tanjung Batik dan Desa Tumbang Karuei, berada di jalur sungai Katingan, desa nomor tiga paling hulu. Dulunya desa ini berada dibawah naungan kecamatan Katingan Hulu, setelah terjadi pemekaran wilayah, masuk ke wilayah pemerintahan Bukit Raya yang berdudukan di Tumbang Kejamai, kurang lebih seperti Desa Tanjung Paku, anak-anak dikedua desa ini, jika sudah tamat SD melanjutkan SLTP/SLTA Ke Tumbang Senamang (Ibu Kota Kecamatan Katingan Hulu), ada juga yang ke Kasongan (Ibu Kota Kabupaten Katingan)  atau ke Nanga Pinoh di Kalimantan Barat.
Mereka, tersenyum bahagia dan wajah tak dilumuri dosa, berpakaian seadanya, kumuh, lusuh bahkan membuat mual perut orang kota, tapi mereka bukanlah rakyat manja yang hanya mengerti meminta dan menadahkan tangan tangan dihadapan para pemuka yang kenyang janji palsu penuh retorika.
Mereka bahkan mungkin tak akan pernah tahu Jakarta sampai ajal menjemput dan menutup mata, tapi mereka bangga menjadi bagian dari negeri leluhur bernama mulia Indonesia.
Mereka tak pernah mengerti, mengapa para petinggi hanya pintar mengolah janji, membuai diri dalam mimpi tapi sering ingkar janji dan seperti tak pernah tahu arti budi pekerti.
Mereka tertawa tanpa terjerat pongahnya aturan atas nama etika, mereka bahkan tak perduli kelak lapar datang mendera, mereka anak kampung tapi mereka juga putra putri indonesia, mereka nakal dalam batas usia, mereka tak mengeri mengapa harus ada narkoba, mereka tak pernah meminta dibela sebagai anak bangsa, tapi negara bukan mahluk kejam tak bermata dan bertelinga, peka pada mereka, pada anak Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H