Mohon tunggu...
Allan Maullana
Allan Maullana Mohon Tunggu... Teknisi -

Bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa. Hanya remah-remah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Sebuah Usaha untuk Tidak Berutang

20 Maret 2019   20:52 Diperbarui: 22 Maret 2019   11:26 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi: https://inet.detik.com | ilustrasi/gettyimages)

Panci dapur saja bisa kredit. Satu teman saya yang lain lebih lucu lagi. Ia mengkredit sebuah tutup galon dispenser. Kenapa tidak membeli langsung? Berdasarkan ceritanya, keuangannya sudah tersita banyak oleh kredit ini dan itu. Mobil barunya, rumahnya, motornya, sepeda, dan furnitur-furnitur yang begitu memanjakan mata.

Kredit seolah menjadi budaya. Sampai aplikasi peminjaman uang di ponsel pintarpun tersedia. Semua bisa instan. Cukup klik sana-sini, uang bisa cair. Kemudahan itu membuat kita sebagai jalan pintas.

Ya, mau bagaimana lagi? Namanya juga kepepet. Butuh uang cepat.

Ketika orang butuh uang. Segala cara akan dicoba. Mulai dari yang baik sampai yang tidak baik. Bahkan yang sebetulnya itu tidak baik, dianggap baik dan wajar. Semua dianggap menjadi rejeki. Jika ada kesempatan meminjam uang, langsung ambil. Sangat sayang untuk dilewatkan.

Kehidupan saya biasa saja. Saya masih belum berada di titik kebebasan finansial. Tempat tinggal saja masih mengontrak/sewa. Tapi orang-orang memandang kehidupan saya sedang di atas angin. Mau beli ini bisa. Mau beli itu bisa.

Sebetulnya ini cuma soal bagaimana saya dan istri mengatur keuangan agar kehidupan ekonomi kami terus berjalan. Kebutuhan primer terpenuhi, sekunder tercapai, dan tresier mudah-mudahan tergapai. Di atas pandangan orang-orang itu, saya tetap mengucap Allhamdulillah, sebagai bentuk syukur. Pada dasarnya ini hanya perkara sawang sinawang.

Mengenai utang atau kredit, saya pun pernah mengalami. Namun hidup dalam kondisi punya utang dan kredit rasanya tidak nyaman. Tidak tenang. Saya tidak bisa mengatur keuangan dengan leluasa. Ada beberapa persen yang harus hilang untuk bayar hutang/kredit.

Maka ketika saya terbebas dari hutang/kredit, saya menerapkan dua pilihan dalam hidup: Pertama, jika saya menginginkan sesuatu maka harus sabar untuk menabung. Kedua, kalau tidak sabar, ya lupakan apa yang diinginkan itu. Jadi, sabar atau lupakan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun