Mohon tunggu...
Allan Maullana
Allan Maullana Mohon Tunggu... Teknisi -

Bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa. Hanya remah-remah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Cermin Rumah Tangga dari "Milly & Mamet"

30 Desember 2018   21:26 Diperbarui: 30 Desember 2018   21:33 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Ilustrasi: sinopsisfilm.co.id)

Kalau orang-orang pikir menikah adalah sebuah kebahagiaan yang hakiki, maka teman-teman perlu berkaca pada film ini. Ketika di media sosial sedang ramai-ramainya gerakan untuk menikah, maka saya akan kembali bercermin. Siapkah kita?

Seperti yang kita ketahui menikah merupakan sebuah langkah utuk membuka lembaran baru. Oke, stop sampai di sini. Tahan dulu, kita jangan jauh-jauh dulu memandang pernikahan. Mendengar kata lembaran baru saja kita pasti sudah tahu dong, ada yang namanya lembaran lama.

Apakah lembaran lama kita itu sudah selesai? Apakah lembaran lama berupa passion, hobby, pencapaian hidup di masa membujang sudah terpenuhi? Jangan sampai lembaran lembaran yang belum terselesaikan itu mengganggu kelangsungan hidup lembaran baru yang pada akhirnya akan berpotensi konflik. Sebab sebelum menikah, kita harus selesai dengan diri kita sendiri.

Mari kita lanjut. Ya, memang. Namanya juga berumah tangga pasti akan ada Konflik. Konflik bisa berawal dari mana saja. Dari tetangga, teman, orang tua/mertua, kolega, dan masih banyak yang lainnya. Siapkah mental kita menghadapi itu semua?

Siapkah kita menjadi seperti Mamet? Menjadi sosok suami yang di satu sisi bertanggung jawab pada Milly dan Sakti kepada mertuanya di atas tanggung jawab sebagai direktur pabrik konveksi. Tapi di sisi lain Mamet merasa tertekan dan tidak happy.

Siapkah kita menjadi seperti Milly? Menjadi sosok ibu yang multi tasking, kaki dan tangan bisa berbeda aktifitas. Siapkah kita menghadapi momen kehilangan kehidupan seperti Milly?

Kita perlu menyiapkan mental yang tahan banting agar kita tetap tegar. Sebab persiapan menikah tidak hanya sebatas persiapan acara resepsi, souvenir, katering, dan tamu undangan saja. Setelah pesta sehari itu, kita akan benar-benar berhadapan langsung dengan kehidupan yang kita jalani.

Yang jelas menikah bukan sebuah penyelesaian dari capek kerja, bosen menjomlo, tidak punya uang. Seperti meme-meme yang beredar: "Haus? Minum!, Lapar? Makan!, Capek? Menikah!". Sebab dengan menikah kita tidak auto bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun