Mohon tunggu...
Allan Maullana
Allan Maullana Mohon Tunggu... Teknisi -

Bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa. Hanya remah-remah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bisa Berbahasa Karena Terbiasa

21 November 2018   20:21 Diperbarui: 22 November 2018   09:26 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Setelah membaca artikel dari Pak Liliek Pur yang berjudul Sulitnya Menerapkan Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Bidang Bisnis, saya juga mengalami hal yang sama. Hari ini, ketika saya pulang bekerja. Saya tidak langsung pulang ke rumah. Saya mampir ke salah satu Mall yang ada di Bekasi, membeli minuman semacam Teh Thailand untuk Istri saya.

Sesampai di toko penjual minuman tersebut, saya segera mengantri, memesan, membayar, dan menunggu pesanan saya itu siap.

Tidak membutuhkan waktu lama, tibalah giliran saya, "Atas nama Kak Allan..." Teriak Mbak Pegawai toko itu. Saya segera menghampiri. Kemudian Mbak Pegawai bertanya kepada saya: "Mau minum di sini atau take away, Mas?"

"Saya mau bawa pulang, Mbak," Jawab saya. Singkat.

"Oh... Take away yah, Mas."

"Iya, Mbak. Saya bawa pulang."

"Iya, Mas. Take away namanya."

Saya keluar dengan senyum ironi. Ada perdebatan kecil dan rasa jengah di lubuk hati saya tentang kata take away yang seakan lebih benar secara harfiah daripada kata "dibawa pulang".

Tidak hanya di tempat umum saja istilah-istilah asing ini bertebaran secara masif. Di lingkungan bekerja, fenomena ini sangat sering terjadi tanpa kita sadari. Misalnya; "Mas, udah bales email dari Bapak Fulan?". Atau seperti ini; "Tadi gue lewat security, ada titipan delivery nih buat, Lo".

Sebetulnya, terkadang saya merasa kagum dengan beberapa teman yang bisa berbahasa asing dengan sangat lancar. Tapi kekaguman saya itu sirna ketika mendengar dan melihat kemampuan bahasa asingnya dicampur dengan bahasa Indonesia. Alhasil jadilah bahasa gado-gado.

Sebetulnya fenomena apa ini? Penggunaan istilah asing yang seakan sudah mendarah daging. Fenomena apa? Sampai-sampai ada bahasa Jaksel. Menurut saya, kalau sudah begini pengguna bahasa menjadi salah kaprah.

Sampai di sini, saya mencoba tabayun. Meskipun ini bukan kapasitas saya, saya akan coba menuangkannya di sini. Setelah saya cermati, faktor utamanya adalah kebiasaan.

Kita, pengguna bahasa, lebih terbiasa menggunakan istilah asing dari pada padanannya dalam bahasa Indonesia. Agaknya memang sulit untuk melafalkan: "Gaes, tetikus gue rusak nih." Apa coba itu tetikus? Atau contoh lain seperti ini: "Gue bangga banget jadi narablog". Satu lagi: "Ini perang Twitter antara cebong sama kampret, dahsyat bener yah."

Tetikus, narablog, perang Twiter, agaknya sangat asing di telinga kita. Sekali lagi ini hanya masalah kebiasaan. Bukankah sebuah batu yang ditetesi air lama-lama akan menjadi berlubang?

Dalam buku Ivan Lanin yang berjudul "Xenoglosofilia: Kenapa harus Nginggris?" menyebutkan, perlahan kita mengalami gejala Xenoglosofilia. Yaitu, suatu kecenderungan menggunakan bahasa atau istilah asing secara berlebihan.

Banyak kata yang seolah sudah menjadi paten oleh pengguna bahasa, misalnya: Security, Bill, Meeting, Email, Gate, Blogger, dan masih banyak lainnya jika kita sadari. Padahal kata-kata itu sudah ada padanannya dalam KBBI. Tetapi, acap kali kita lebih suka menggunakan istilah asing yang keminggris daripada bahasa Indonesia itu sendiri.

Jika kita cermati sebenarnya tiap kata dapat memiliki lebih dari satu arti. Oleh sebab itu, janganlah malas membuka kamus. Kita sebetulnya sangat beruntung bahwasannya Badan Bahasa Kemdikbud RI telah menyediakan KBBI Daring untuk diakses secara gratis, tis, tis.

Melihat ini semua, kok, saya jadi merasa begitu sayang dengan bahasa Indonesia, yah. Meskipun saya tak sesaklek membenci bahasa gado-gado di negeri yang rakyatnya makin bijak bestari ini.

Oke teman-temanku yang budiman, mari kita mengubah kebiasaan yang keminggris itu menjadi pengguna bahasa Indonesia yang baik. Utamakan bahasa Indonesia, Lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing.

Terima kasih, salam hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun