Mohon tunggu...
Allan Maullana
Allan Maullana Mohon Tunggu... Teknisi -

Bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa. Hanya remah-remah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siang Hari di Warung Bakso

10 November 2017   22:53 Diperbarui: 10 November 2017   22:59 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di siang hari yang terik saya bersama adik tengah kelaparan. Kami baru saja berburu tukang sol sepatu yang biasa mangkal di pinggir jalan, yang tidak jauh dari rumah kami. Kemudian kami berhenti di sebuah ruko yang bertuliskan; Warung Bakso.

Kami segera menaruh sepeda motor di parkiran, lalu menuju kursi yang ditinggalkan oleh pengunjung sebelumnya. Adik saya segera memesan bakso yang tersedia dalam menu. Beberapa menit kemudian pesanan kami datang dibawakan oleh seorang pramusaji, yang sedang melayani pembeli. Pramusaji yang mengenakan seragam warna merah perlahan berjalan mendekati dengan membawa dua porsi bakso, satu gelas es teh manis, dan satu botol air mineral pesanan kami. Ia berjalan dengan hati-hati namun pasti. Tangannya gemetar dan keningnya berkeringat. Saat ia sudah mendekati meja dan meletakkan nampan berisi pesanan, wajah dengan senyumannya mengarah ke kami dan mengucapkan, "Silakan ini pesanannya, Mas."

Empat buah bakso kecil duduk di atas mangkok berwarna putih, ditambah satu buah bakso berukuran lebih besar dengan potongan menyerupai kelopak bunga. Tak hanya itu, segulung bihun dan kecambah ikut melengkapi hidangan dalam porsi pesanan kami. Warna saus yang jingga menghiasi semangkok bakso tersebut. Ada lagi si hitam kecap manis dan hijaunya warna daun seledri yang tak lupa ikut ke dalam mangkok putih bergambar ayam jago.

Kemudian, kami pun segera menyantapnya. Tidak dengan cara biasa, awalnya kami coba perlahan menyicipi kuahnya dengan menggunakan sendok untuk menikmati cita rasa yang ada. Selanjutnya kami menyantap isi mangkok tersebut dengan lahap. Tidak membutuhkan waktu lama kami sudah selesai makan dan mebayarnya, kami pun jalan keluar.

Saat berjalan keluar, nampak ada sebuah keluarga yang sedang menikmati bakso di meja nomor 10. Ada ibu, ayah, dua anak laki-laki kembar dan satu anak perempuan yang kelihatannya lebih besar. Salah satu anak laki-laki kembar itu terlihat tidak mau menghabiskan makanannya. Mulutnya menahan makanan yang enggan ditelan. Kepalanya menggeleng ketika sang ibu menyuapi sesendok bakso untuknya.

"Habiskan, Nak. Jangan sampai terbuang. Di luar sana masih banyak orang-orang yang membutuhkan makanan," ucap sang ibu yang berusaha menyuapkan makanan pada anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun