Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebgai orang kerdil. orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar
Sayyid Quthb
Gerakan mahasiswa adalah entitas yang tak bisa dipandang remeh bila dilihat dari latar belakang,apa yang dibawa dan ditawarkannya serta apa yang telah ia capai sejauh ini. Bila melihat ke belakang sudah menjadi sesuatu yang diketahui bersama bahwa gerakan mahasiswa telah membuat banyak sejarah baik dari masa pra-kemerdekaan hingga reformasi. Bahkan begitu hebatnya sehingga apa yang telah dilakukan gerakan mahasiswa menjadi tolak ukur periodesasi sebuah zaman.[i] Sebuah momentum besar terakhir yang melibatkan gerakan mahasiswa yang cukup besar adalah reformasi tahun 1998 yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya rezim orde baru. Perubahan zaman dan berjalannya waktu membuat muncul sebuah pertanyaan besar ‘kemanakah mahasiswa saat ini?’ Pertanyaan itu tak jarang ada muncul masyarakat ataupun kalangan mahasiswa sendiri ketika ada isu-isu besar menerpa negri ini. Apa yang bisa dilakukan mahasiswa,apakah sekedar penyikapan,aksi dengan tuntutan,atau bahkan bisa memberikan solusi bagi permasalahan bangsa.
Gerakan mahasiswa identik dengan dua hal yakni gerakan politik karena diisi oleh kalangan yang terpelajar yang dapat memberi solusi alternatif atas sesuatu hingga mendapatkan gelar penyambung lidah rakyat yang mestinya itu menjadi tugas wakil rakyat. Serta gerakan moral karena adanya elemen yang menjunjung nilai-nilai baik di masyarakat dan juga bebas dari pengaruh politik praktis elit negara yang mengedepankan pragmatisme popularitas kelompok saja. Tetapi mahasiswa sendiri adakalanya perlu bercermin pada dirinya sendiri,jangan hanya mengelu-elukan diri sebagai ini itu dan mengatasnamakan rakyat sana sini yang belum tentu mau di atas namakan. Saat ini mahasiswa mengalami kemunduran dalam hal pola pemikirannya sehingga perlu untuk mengembalikan semangat dan jiwa mahasiswa sebagai gerakan politik dan moral .
Kebingungan arah perjuangan gerakan mahasiswa adalah contoh nyata sekarang ini yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu minimnya dinamika intelektual di kalangan mahasiswa sendiri,kemudian jarangnya intensitas pertemuan dengan berbagai elemen baik masyarakat maupun sesama mahasiswa,dan juga kurangnya gagasan imajinatif yang kurang berkembang dalam suatu pemecahan masalah karena cenderung ingin suatu hal yang instan yang cepat selesai.
Dinamika intelektual yang jarang ditemukan disebabkan orientasi mahasiswa yang cenderung EO minded karena mayoritas gerakan mahasiswa zaman sekarang diwadahi dalam organisasi formal yang butuh adanya target dalam program kerjanya. Tidak salah memang menargetkan ini itu tetapi jangan sampai melupakan tujuannya yakni mencerdaskan pemikiran, berdialektika mencari kebenaran dan solusi serta mengembangkan kemampuan diri.
Jarangnya intensitas pertemuan utamanya dengan rakyat kecil tertindas yang selalu dibawa-bawa namanya ketika ada aksi,kajian,dsb tetapi realitanya kebanyakan hanya tahu dari media tanpa melihatnya langsung. Hal ini karena mereka sudah tidak adanya rasa memiliki, mereka yang menamakan aktivis mahasiswa pun jarang apabila hanya sekedar berkumpul dengan rakyat ,contoh riilnya ketika makan lebih sering dan senang di tempat makan yang tidak mungkin ditemui rakyat-rakyat kecil seperti di restoran,cafe,dsb atau mungkin lebih sering membeli kebutuhan di toko waralaba atau supermarket besar dari pada di toko kelontong yang menjadi satu dengan rumah pemiliknya. Terlepas dari latar belakang dan kemampuan ekonomi mahasiswa tetapi bila seorang mahasiswa menyadari perannya apalagi yang mengaku aktivis maka selayaknya ia meluangkan diri untuk berkumpul di tempat-tempat banyak rakyat kecil agar tahu bagaimana kondisi sebenarnya mereka dan siapa yang sebenarnya mereka bawa namanya.
Degradasi moral dan pemikiran juga tengah melanda mahasiswa. Moral yang diusung menjadi simbol dari mahasiswa kini dipertanyakan apakah masih pantas gerakan mahasiswa menjadi gerakan moral pula. Protes keras atas kebejatan dan ketidakpatutan moral oknum elit politik bangsa selalu menjadi makanan sehari-hari para mahasiswa,tetapi adakalanya kita melihat diri sendiri dahulu sebelum mengurusi orang lain. Integritas mahasiswa dipertanyakan contoh riilnya dalam hal kejujuran misalnya, masih kerap ditemukan praktek kecurangan yang dilakukan mahasiswa dalam ujian ataupun perilaku titip absen dalam perkuliahan yang bahkan dianggap wajar. Hal ini biasa ditemui di kampus-kampus di negri ini termasuk di kampus besar nasional yang memiliki tagline ‘kualitas adalah tradisi kami’. Degradasi Pemikiran juga terjadi karena mahasiswa cenderung berpikir pragmatis dan oportunis karena hanya berpikir masa depannya sendiri. Bagaimana nanti mencari kerja dan meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Minim motivasi serta kesadaran mungkin adalah penyebabnya.
Ironis memang sebagai unsur yang memiliki total komposisi hanya 1,98 %[ii] jumlah rakyat Indonesia ini yang dianggap memiliki integritas serta moral yang tinggi serta diharapkan nantinya menjadi pemimpin masa depan tetapi kenyataannya masih banyak hal yang perlu diperbaiki dari dalam. Mahasiswa yang jelas-jelas dibiayai oleh rakyat pula dengan berbagai bentuk dana bantuan,beasiswa,fasilitas,dll dari negara tetapi tidak memiliki cita-cita besar bagi bangsanya. Oleh karenanya menjadi hal yang sangat perlu bagi mahasiswa untuk mengevaluasi diri apakah dirinya pantas untuk benar-benar menyandang gelar sebagai Mahasiswa,terutama untuk mereka yang mengaku aktivis pergerakan yang haruslah selesai dengan dirinya dahulu untuk mengurusi orang lain.
[i] http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_mahasiswa_di_Indonesia
[ii] Data mahasiswa dibanding total jumlah penduduk Indonesia tahun 2011,data dari World Bank
dimuat pula di http://www.demajusticia.org/utama/?p=916
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H