Mohon tunggu...
Allam AF
Allam AF Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sedang belajar menulis dari anda. Ya, anda yang sedang membaca tulisan ini.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perjuangan dan Fragmentasi Kelas Buruh

3 Mei 2014   20:57 Diperbarui: 1 Mei 2018   02:40 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: kompas.com

Buruh, sebuah kata yang memiliki banyak cerita dibaliknya,makna yang dalam dari sebuah aktivitas manusia dalam proses produksi. Buruh sendiri berarti  orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah ,artinya secara umum buruh adalah mereka yang bekerja dibawah suatu komando untuk suatu hal dan gantinya mereka mendapat upah. 

Mereka  yang bekerja di gedung megah bertingkat dengan pendingin ruangan ataupun di ruangan sempit yang pengap dengan ventilasi terbatas sejatinya adalah sama,buruh. Tetapi di zaman sekarang buruh sering hanya diidentikkan sebagai pekerja kelas bawah,upah rendah,hidup susah,dan lain sebagainya yang intinya pekerja yang selalu tertindas. Seolah mereka yang berdasi,berangkat kerja dengan mobil pribadi,tinggal di apartemen tidak ingin kata buruh disematkan pada mereka karena tidak pantas padahal ia juga bekerja untuk orang lain.

Buruh yang seharusnya menjadi sebuah kelas yang satu yang tanpa disadari adalah sebuah kekuatan besar dan berpengaruh tetapi bila dilihat lebih dalam maka akan ditemui pemisahan dalam tubuh kelas buruh itu sendiri. 

Menjadi sebuah pembedaan secara tidak sadar diantara pegawai,karyawan dan buruh yang disebabkan ketimpangan yang bisa jadi berasal dari segi latar belakang pendidikan,upah yang didapatkan, dan standar kehidupan. Seolah-olah ada pembagian kelas disana,padahal itu terjadi karena ketidaksadaran dan kebanggaan semu yang dimiliki oleh buruh yang merasa dirinya lebih ‘tinggi’. Inilah masalah pertama yang harus dihadapi terkait persatuan buruh yang menjadi tantangan bagi perjuangan buruh.

Persatuan sangatlah dibutuhkan dalam upayanya memperjuangkan kepentingan buruh dalam rangka menjamin keadilan bagi buruh sendiri.  Fragmentasi kelas buruh berawal dari dimulainya zaman dimana orientasi angkatan kerja pada pencapaian tujuan terutama pada masyarakat kelas menengah untuk hidup sekedar bekerja sebagai karyawan dengan gaji yang cukup untuk menghidupi dirinya dan keluarganya sendiri. 

Mindset yang terbentuk dari sana bila dilihat adalah egoisme yang terbentuk yang merupakan efek dari pola kapitalisme global yang menjangkiti seluruh aspek kehidupan. Bila dirunut dalam sejarahnya diawali karena adanya pembedaan antara buruh dan karyawan pada zaman orba ,disebabkan buruh secara tidak langsung diidentikkan dengan bagian  dari perlawanan terhadap pemerintah,terutama dikait-kaitkan dengan ideologi komunis yang mengancam negara pada saat itu.  Sehingga pemisahan tersebut mewariskan sikap dari mereka yang menyebut diri sebagai karyawan tetapi enggan disebut sebagai buruh,padahal sejatinya adalah sama.

Pola perjuangan buruh yang cenderung menitikberatkan pada bentuk aksi jalanan terutama pasca reformasi setelah selama masa rezim orba berkuasa buruh dibungkam dalam upayanya menyuarakan aspirasi hingga berserikat telah memberikan hasil. Pengakuan dari unsur masyarakat terhadap eksistensi buruh yang dilihat dari gerakan dan mobilisasi buruh di Indonesia sedikit banyak telah membuat unsur-unsur karyawan dan pegawai yang awalnya apatis terhadap perjuangan buruh kini telah minimal sadar hasil perjuangan kawan-kawannya buruh juga berpengaruh terhadap dirinya. 

Dengan konsistensi dalam setiap aksinya menyuarakan adanya keadilan dan jaminan kesejahteraan serta poin penting lain yang dituangkan dalam tiap tuntutan ketika aksi diadakan. Utamanya setiap Mayday atau hari peringatan buruh internasional tiap tanggal 1 Mei.  Sehingga seluruh masyarakat sadar bahwa buruh sekarang patut diperhitungkan juga dibuktikan dengan kompromi dan lobi politik yang dilakukan gerakan buruh mampu menghasilkan poin-poin yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Inilah hasil nyata dari politik jalanan gerakan buruh yang telah menyadarkan sedikit buruh kelas ‘tinggi’ .

Konsistensi dalam perjuangan ini sangat diperlukan dan dikembangkan lagi seiring dengan bertambahnya buruh yang ikut dalam upayanya. Data menunjukkan jumlah buruh Indonesia mencapai 118 juta orang dan menempati urutan ke 5 di dunia ,sebuah potensi kekuatan yang amat besar yang perlu untuk kemudian terus diperkuat dan diperluas dari segi cakupan buruh yang menyadari akan kekuatannya untuk menuntut pada pemerintah akan ketidakadilan yang terjadi. 

Hal ini penting karena masih sebagian kecil dari buruh yang tau akan pentingnya memperjuangkan haknya sebagai buruh. Dibuktikan dengan mogok nasional terakhir Oktober 2013 yang melibatkan hampir 2 juta buruh di seluruh Indonesia ,tetapi disisi lain itu belum mencapai 3 persen dari total jumlah buruh yang ada. Terlepas dari pengaruh yang ditimbulkan dan ketakutan pengusaha serta pemerintah akan aksi tersebut.

Sehingga sangat perlu bagi perjuangan buruh untuk meneruskan perjuangan baik melalui aksi-aksi bersama yang melibatkan serikat-serikat buruh sehingga menjadi bentuk persatuan dan solidaritas sesama buruh terutama dalam momen-momen penting yang dirasa perlu. Selain melakukan aksi tetapi juga terus meningkatkan diri dalam hal menyadarkan sesama buruh untuk ikut serta dalam perjuangan terhadap buruh itu sendiri. 

Dengan hal-hal seperti itu maka akan membuat gerakan buruh sangat diperhitungkan dan apa yang dibawa pasti akan dipertimbangkan lebih lanjut oleh pemerintah dan apabila dibahas atau disetujui pastilah membawa dampak positif yang akan dirasakan oleh seluruh buruh baik yang mengaku karyawan/pegawai ataupun buruh yang ada di pabrik-pabrik. Bukan menjadi masalah ketika buruh juga berpikir untuk masuk ke jalur politik dalam perjuangannya asalkan menyiapkan diri sebaik mungkin dan sadar akan risiko-risiko yang harus dihadapi.

Dan yang terpenting adalah bagaimana perjuangan yang dilakukan oleh gerakan buruh tidak melupakan profesionalitas,kewajiban dan tanggung jawab kerja yang dimiliki. Dan dalam perjuangannya harus dengan cara-cara yang baik tanpa mengurangi kualitas diri sebagai bangsa yang memiliki adab dan tahu cara yang pantas dalam menyampaikan pendapat. Dengan itu maka tidak dipungkiri semakin besarnya gerakan buruh diikuti dengan kualitas dan pencapaian gerakan tetapi juga memiliki dukungan dari unsur lain di masyarakat yang akan bersimpati dan ikut berjuang bersama gerakan buruh.

Hidup buruh Indonesia!

Salam perjuangan untuk keadilan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun