Jajan merupakan istilah yang sudah sangat akrab di telinga peserta didik. Siapa sangka, tulisan yang terdapat di plastik jajanan ini ternyata dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Salah satunya untuk pembelajaran IPA, materi "zat aditif" yang disajikan dengan mengidentifikasi komposisi pada jajanan untuk mengetahui jenis zat aditif yang digunakan dan dampak bagi kesehatan. Pembelajaran menggunakan bungkus jajan ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Pacar oleh Alkuinus Nasrio Selenti Masygur,S.Pd, guru Mata Pelajaran IPA. Pembelajaran dilakukan di kelas VIIIA Tahun Pelajaran 2022/2023. Mengapa menggunakan bungkus jajanan sebagai media pembelajaran? Alasannya antara lain karena media ini sangat mudah ditemukan dan sudah sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pemanfaatan bungkusan jajajan ini dipadukan dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Model ini diharapakan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.
      Dalam beberapa tahun terakhir, hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 3 Pacar terutama pada mata pelajaran IPA masih berada pada kategori rendah baik pada aspek pengetahuan maupun aspek keterampilan.  Sebagaian besar peserta didik yang tuntas pada mata pelajaran IPA mendapatkan nilai pada kategori cukup meskipun mencapai Kriteria Ketuntas Minimum.  Berdasarkan hasil identifikasi masalah pembelajaran di SMP Negeri 3 Pacar terutama pada Mata Pelajaran IPA ditemukan hasil belajar peserta didik masih rendah. Hasil ulangan atau ujian peserta didik masih sangat rendah dan hanya beberapa peserta didik yang mencapai KKM IPA. Temuan lain juga yang sering dialami adalah pada saat ulangan atau ujian yang terdiri dari soal multiple choice, peserta didik cenderung menjawab cepat dan tebak-tebakkan bahkan menjawab tanpa membaca soal dan pada soal essay, sebagian besar memberikan jawaban seadanya. Setelah dilakukan eksplorasi dan analisis ditemukan akar penyebab masalah adalah model pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran belum optimal meningkatkan hasil belajar peserta didik.
     Melalui berbagai kajian literatur dan berdasarkan wawancara ditemukan salah satu solusi untuk mengatasi permasalah tersebut adalah dengan penerapan model Problem Based Learning. Mengapa? Penerapan model PBL, peserta didik tidak hanya mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, tetapi melalui model Problem Based Learning (PBL) peserta didik menjadi aktif. berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya membuat kesimpulan. Model pembelajaran berbasis masalah menuntut peserta didik untuk menemukan sendiri pengetahuannya melalui masalah-masalah yang disajikan. Menurut Hammruni (dalam Suyadi, 2013:129) "pembelajaran problem based learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Proses pembelajaran
        Sebelum pembelajaran berlangsung,guru menyiapkam LKPD atau Lembar Kerja Peserta Didik untuk memandu aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran. Kemudian peserta didik dibagi ke dalam empat kelompok secara heterogen. Setiap kelompok diberikan tugas membawa empat bungkus jajanan yang terdiri dari dua bungkus makanan dan dua bungkus minuman.
Pada pendahuluan yakni bagian apersepsi, guru menampilkan gambar berbagai jajanan dan bertanya apakah mereka pernah mengkonsumsi, apakah mereka pernah membaca komposisi jajanan tersebut dan apakah jajanan tersebut aman bagi kesehatan? Pertanyaan tersebut merupakan bagian dari orientasi pengalaman keseharian peserta didik yang akan dipadukan dengan materi yang akan dipelajari.
       Untuk mengetahui pemahaman awal peserta didik, guru memberikan soal pretest. Kemudian langkah pertama dari tahapan inti, guru menayangkan video tentang "Orang yang keracuanan setelah mengkonsumsi Jajanan Pasar"selanjutnya peserta didik memberikan tanggapan atau pertanyaan terkait video tersebut. Langkah kedua, guru membagikan LKPD yang telah disiapkan sebelumnya serta menjelaskan aktivitas yang akan mereka lakukan dalam kelompok berdasarkan tahapan yang sudah disusun pada LKPD. Setelah dibagikan LKPD, peserta didik sangat antusias di dalam kelompok melakukan penyelidikan kandungan zat aditif di dalam bungkusan makanan dan minuman yang telah mereka sediakan. Dengan memanfaatkan bahan bahan bacaan serta buku pelajaran IPA, peserta didik menganalisis kandungan zat aditif yang mereka dapatkan dari bungkusan makanan ke dalam tabel pada LKPD. Table tersebut menerangkan, jenis jajanan yang mereka amati, zat aditif yang terdapat di dalamnya, kegunaan zat aditif tersebut, sumber zat aditif tersebut serta dampak zat aditif tersebut jika digunakanan secara berlebihan atau jika disalahkgunakan. Interaksi peserta didik di dalam kelompok pun sangat menarik untuk diperhatikan, terlebih jika mereka memiliki jawaban berbeda terhadap suatu pertanyaan, yang membuat mereka harus berkompromi agar dapat memberikan jawaban pertanyaan dengan kompak.
       Kegiatan ketiga, peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Setiap peserta didik mendapatkan tugas untuk membacakan hasil kerja kelompok. Peserta didik dari  kelompok lainnya diminta untuk memperhatikan presentasi temannya di depan kelas, serta diberikan kesempatan untuk mengomentari ataupun bertanya. Diskusi dan presentasi merupakan bagian dari upaya melatih keterampilan berbicara peserta didik. Berikutnya setelah semua kelompok presentasi,  guru memberikan penguatan berupa penjelasan melalui video pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan merumuskan kesimpulan pembelajaran secara bersama- sama. Untuk mengetahui ketercapaian belajar peserta didik, pada tahapan penutup, guru memberikan soal multiple choice dan peserta didik bekerja secara mandiri sebagai soal postest.
Hasil Belajar
       Hasil analisis hasil belajar peserta didik menujukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning. Besar peningkatan hasil belajar peserta didik dihitung menggunakan N-Gain, dan diperoleh rata-rata N-Gain minat belajar adalah 0,70 atau 70 % pada pertemuan 1 dan  0,71 atau 71 %. Berdasarkan tabel kategori tafsiran efektifitas N-Gain dan nilai N-Gain dari perhitungan pre test dan post test hasil belajar peserta didik, disimpulkan bahwa dengan persentase N-Gain 70 % berada pada tafsiran cukup Efektif pada pertemuan 1 dan N-Gain 71 % pada kategori Efektif pada pertemuan 2. Hal ini berarti penerapan model pembelajaran Problem Based Learning efektif untuk meningkatkan hasil  belajar peserta didik.
Penulis:
Alkuinus Nasrio Selenti Masygur,S.Pd
Guru IPA SMP Negeri 3 Pacar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H