Mohon tunggu...
Alkitab Satu Menit
Alkitab Satu Menit Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Hidup ini singkat! Semua orang boleh membaca Alkitab dan memahami pesan Allah di dalamnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lebih dari Sekedar Halal dan Haram dalam Taurat Musa

18 Februari 2023   22:42 Diperbarui: 18 Februari 2023   22:58 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebih dari sekedar halal dan haram dalam Taurat Musa

Ada seorang sahabat yang bertanya kepada kami, tentang binatang-binatang haram yang dituliskan dalam Taurat Musa. Semoga penjelasan dalam artikel ini juga bermanfaat juga bagi Anda, terlepas apapun latar belakang kepercayaannya. 

Kurban Nabi Nuh

Kitab Kejadian adalah buku pertama dalam Alkitab, merupakan bagian dari kitab-kitab Taurat Musa (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan Ulangan). TUHAN Allah, Sang Pencipta alam semesta, mengilhami Musa untuk menuliskan sejarah penciptaan langit dan bumi, Adam dan Hawa di taman Eden, kejatuhan manusia ke dalam dosa, sampai peristiwa air bah di zaman Nuh.

Ada tertulis dalam Taurat Musa, tepatnya di dalam kitab Kejadian 8:20, "Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu."

Ayat tersebut di atas menerangkan bahwa setelah air bah surut, Nuh dan keluarganya serta binatang-binatang keluar dari bahtera. Nuh mendirikan sebuah mezbah untuk TUHAN. Diambilnya seekor dari setiap jenis burung dan binatang lainnya yang halal, lalu dipersembahkannya sebagai kurban bakaran di atas mezbah itu. Disebutkan dengan jelas bahwa ada binatang yang "tidak haram" (halal) dan berarti memang ada juga binatang yang dikategorikan tidak halal. 


Sebelum air bah turun

Bila kita menarik peristiwanya lebih awal lagi, sebelum air bah turun memenuhi bumi... lebih jelas lagi tentang binatang yang haram dan tidak haram ini disebutkan dalam kitab Kejadian 7:1-2, 8-9 ... bunyi ayat-ayat tersebut demikian:

Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: "Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. Dari segala binatang yang tidak haram haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang yang haram satu pasang, jantan dan betinanya." Dari binatang yang tidak haram dan yang haram, dari burung-burung dan dari segala yang merayap di muka bumi, datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, jantan dan betina, seperti yang diperintahkan Allah kepada Nuh.

Kita mendapatkan fakta bahwa di zaman Nuh, Allah telah mengatakan ada binatang yang "tidak haram" (halal) dan ada binatang yang "haram". Walaupun tidak disebutkan kriteria yang jelas tentang mana binatang yang "tidak haram" dan mana binatang yang "haram", yang jelas Nuh pada saat itu tahu. 

Di zaman Nabi Musa

Barulah kemudian sekitar seribu tahun lebih setelah peristiwa air bah di zaman Nuh, Allah memberitahukan kepada Musa kriteria binatang yang tidak haram dan yang haram, seperti yang ada tertulis di kitab Imamat pasal 11. Anda boleh mencatat dan membacanya langsung dari Alkitab cetakan atau secara online (digital), kriteria binatang "tidak haram" dan "haram" yang ada di dalam Taurat Musa tersebut.

Daftarnya cukup panjang memang, namun apabila dirangkum, maka firman Allah tentang penggolongan binatang yang "tidak haram" (berarti halal) adalah sebagai berikut ini:

  • binatang darat yang "berkuku belah, yaitu yang kukunya bersela panjang, dan yang memamah biak" (Imamat 11:3).
  • binatang air yang "bersirip dan bersisik di dalam air, di dalam lautan, dan di dalam sungai" (Imamat 11:9).
  • burung-burung, selain dari nama-nama burung yang disebutkan di Imamat 11:13-19.
  • serangga jenis tertentu atau belalang, yaitu "yang merayap dan bersayap dan yang berjalan dengan keempat kakinya, yaitu yang mempunyai paha di sebelah atas kakinya untuk melompat di atas tanah." (Imamat 11:21).

Apabila binatang yang biasa Anda santap tidak termasuk dalam golongan binatang-binatang yang disebutkan pada daftar tersebut, berarti haram untuk dimakan. Misalnya: unta, pelanduk, kelinci, babi hutan, keong, belut, lobster, kepiting, udang, cumi-cumi, kerang, dll. 

Makanan manusia setelah air bah

Sekarang, kita telah mengetahui kriteria binatang yang "tidak haram" yang disebutkan di zaman Musa, yang kemungkinan sesuai juga dengan kriterianya di zaman Nuh. Nah, yang menarik adalah bahwa setelah air bah surut, Allah memperluas jenis makanan yang manusia dapat konsumsi (halal), yang dituliskan di kitab Kejadian 9:3-4, sebagai berikut ...


  • Pada mulanya, di zaman Adam dan Hawa, Allah memberikan "segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji" menjadi makanan manusia." (Kejadian 1:29). 
  • Lalu, pada ayat yang kita baca di atas, setelah air bah surut di zaman Nuh, Allah memberikan juga tumbuh-tumbuhan hijau dan daging binatang menjadi makanan manusia. Tentunya binatang yang boleh dimakan adalah yang sesuai dengan kriteria "tidak haram" tersebut. Korban bakaran yang dipersembahkan kepada Allah juga harus diambil dari binatang atau burung yang "tidak haram".

Darah sama dengan nyawa

Ada satu catatan penting, tertulis dalam Kejadian 9:4, yaitu "Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan." Bahkan untuk binatang yang tidak haram pun, Allah menetapkan secara tegas bahwa manusia tidak boleh memakan daging yang masih ada darahnya. Mengapa? Alkitab mengajarkan bahwa darah dan nyawa suatu makhluk hidup sangatlah berharga, suatu anugerah misterius dari Allah. 

Coba kita terus membaca ke ayat 5-6 di Kejadian 9 tersebut:

"Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri."

Jelas, bahwa di dalam Taurat Musa terdapat prinsip ini: Darah sama dengan nyawa. Bahkan, lebih dari sekedar tidak haram atau halal... Darah manusia sangatlah berharga, sebab manusia diciptakan menurut gambar Allah sendiri! Itulah sebabnya kita senantiasa berusaha hidup mengasihi Allah dan sesama manusia. Saat Anda berbuat baik kepada sesama manusia, itu merupakan cerminan perlakuan Anda kepada Allah... sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.

Yesus Kristus "menumpahkan" darah-Nya

Jadi, Allah mengungkapkan prinsip penting ini dalam keseluruhan firman-Nya di Alkitab: Darah dan nyawa saling berkaitan erat, satu dengan yang lainnya. Itulah sebabnya, pembunuhan terhadap manusia merupakan dosa besar. Menurut hukum agama Yahudi (Taurat yang ditulis oleh Musa, yang diilhami oleh Allah), hampir segala sesuatu disucikan dengan darah... dan dosa hanya bisa diampuni kalau ada penumpahan darah (Ibrani 9:22). Itulah juga sebabnya, Yesus Kristus "menumpahkan" darah-Nya di kayu salib, untuk pengampunan dosa umat manusia!

Yesus Kristus mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai kurban yang sempurna. Ingat, binatang yang dipersembahkan kepada Allah haruslah "tidak haram", sempurna tanpa cacat cela... demikian pula Yesus Kristus, yang hidup tanpa dosa, "tidak haram", satu-satunya pribadi yang layak untuk menjadi kurban yang sempurna bagi penebusan dosa-dosa manusia. Darah-Nya membersihkan hati nurani kita dari upacara agama yang tidak berguna, supaya kita diselamatkan... dapat melayani Allah yang hidup (Ibrani 9:14).

Lebih dari sekedar halal dan haram dalam Taurat Musa

Lebih dari sekedar halal dan haram dalam Taurat Musa, hidup Anda berharga bagi Allah. Semua manusia telah berbuat dosa dan  konsekuensi dosa manusia tersebut adalah hukuman mati (terpisah dengan Allah). Mengapa? Karena berbuat dosa sama artinya dengan berbuat lancang, mencoreng kemuliaan gambar Allah, Sang Pencipta umat manusia.


Semua manusia telah berbuat dosa, berhutang darah (nyawanya) kepada Allah. Satu-satunya cara supaya hidup Anda yang haram (karena dosa) menjadi halal sehingga layak untuk berada di sisi Allah, adalah dengan menerima karya Yesus Kristus yang telah menumpahkan darah-Nya ganti Anda. Maukah Anda didamaikan dengan Allah??

Doa Keselamatan: Klik di sini! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun