Mohon tunggu...
Syahrir Alkindi
Syahrir Alkindi Mohon Tunggu... Konsultan - Mencari

Penulis dan konsultan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menjadi Prekariat di Era Digital?

25 Desember 2018   19:34 Diperbarui: 25 Desember 2018   19:51 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi prekariat, atau tenaga kerja rentan sungguh sangat tidak menyenangkan. Apalagi di era serba digital ini, sangat menyedihkan rasanya apabila kita tidak mampu menggali potensi diri dan menemukan aktualisasi kita dalam bentuk pekerjaan.

Tak bisa kita pungkiri, pekerjaan sudah menjadi sebuah komoditas yang melimpah ruah namun semakin tersegmentasi. Untuk menunaikan sebuah pekerjaan, dibutuhkan mahar berupa seperangkat kemampuan dan kapabilitas tertentu, termasuk koneksi dan Self Branding. Sekarang, simbol seperti nilai ijazah, institusi belajar, dan gengsi bekerja di gedung megah sudah tidak terlalu dipandang.

Kemampuan untuk menggunakan seluruh resource yang kita miliki adalah koentji. Sekarang, untuk menjadi gagal sudah bukan lagi perkara nasib, tapi pilihan. Otomatisasi memaksa kita menggali seluruh peluang kerja yang bisa dikonversikan ke ranah digital. Seluruh sektor, mulai dari produksi, distribusi, dan konsumsi sudah memasuki era digital.

Khusus sektor distribusi, sektor inilah yang mengalami digitalisasi paling masif. Hasil pertanian, manufaktur, transportasi, dan beragam industri bisa kita temukan pasar virtualnya. Hal inilah yang harus kita pandang sebagai sebuah peluang. Beragam komoditas mulai dari produk dan jasa bisa optimalkan menjadi sebuah pekerjaan.

Revolusi Industri 4.0 ini harus kita sambut dengan semangat berkolaborasi dan membentuk sebuah kemandirian kolektif. Dengan menyatukan beragam potensi dan bersinergi untuk membentuk sebuah atmosfir usaha yang madani maka kita dapat beramai-ramai keluar dari jurang keterpurukan.

Ini adalah peluang kita untuk mengubah tatanan pasar. Sekarang Supply and Demand sudah bergeser menjadi Supply of Demand. Meminjam judul lagu Efek Rumah Kaca, sepertinya memang benar Pasar Bisa Diciptakan. Kesadaran untuk memberdayakan sesama sangatlah diperlukan. Menciptakan peluang dan lapangan kerja baru sangatlah terbuka di era digital ini. Mari bung kita rebut alat produksi!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun