Mohon tunggu...
Syahrir Alkindi
Syahrir Alkindi Mohon Tunggu... Konsultan - Mencari

Penulis dan konsultan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mimpi dan Hasrat Manusia

25 Juli 2018   21:59 Diperbarui: 25 Juli 2018   22:02 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini bertujuan mengandaikan adanya fase dan pengaruh tertentu mimpi terhadap realita yang kita hadapi sehari-hari. Kesadaran memiliki dimensi ketidaksadaran, yang mana dimensi ini merupakan representasi dari segala kehendak, ambisi, dan keinginan bawah sadar kita yang tertekan dan tereduksi oleh beragam aturan dan sistem nilai yang berlaku; baik tertulis ataupun tidak tertulis.

Mimpi diproduksi oleh ketidaksadaran. Seringkali mimpi memberikan sugesti atau preferensi yang akan mengarahkan kita pada sudut oandang tertentu. Mimpi memiliki zona gramatikal dan tata bahasanya sendiri yang tidak bisa diakses oleh kesadaran manusia.

Alam bawah sadar jelas memiliki sistem gramatikal dan tata bahasanya sendiri; karena jika tidak, tidak mungkin alam bawah sadar dapat mempengaruhi alam sadar yang penuh dengan tatanan dan pakem Bahasa yang jelas.

Nantinya, sugesti yang muncul melalui mimpi ini akan menjadi signifier (penanda) dan memberikan pemahaman akan konsep tertentu dan penampakannya di dunia sehari-hari. Penanda memperkenalkan sebuah konsep dan dimaniferstasikan dalam bentuk signified (petanda). Petanda adalah hal yang tampak dan sensible dalam keseharian kita.

Namun, hubungan antara penanda dan petanda tidaklah hierarkal, namun resiprokal. Penanda tidak serta merta mendeterminasikan dan memutlakkan bentuk serta makna dari sebuah petanda. Petanda dapat masuk dan mengubah pemahaman terhadap sebuah penanda yang sudah mapan. Penampakan yang beragam dari sebuah petanda dapat mengubah konsep dan pemahaman akan sebuah penanda.

Alam sadar merupakan manifestasi dari tekanan dan kontrol superego terhadap ego dan id. Id adalah pengejewantahan dari hasrat dan keinginan terdalam dari sebuah sosok subyek. Id sebenarnya adalah bentuk paling murni dari hasrat yang dimiliki manusia, belum tereduksi oleh nilai dan tekanan social apapun.

Tahapan paling awal dari penyampaian hasrat ada dalam id. Tahap ini menunjukkan bahwa ada dimensi dalam diri manusia yang bebas-nilai, nir-determinan, dan independen terhadap norma tertentu. Tahapan ini adalah kinci utama pembentukan dan penyampaian sebuah hasrat dalam diri subyek.

Id memberikan anjuran dan dorongan untuk menunjukkan dan menyalurkan hasrat melalui beragam cara dan upaya agar subyek dapat mendapatkan pleasure dan kenikmatan atas pemenuhan hasrat tersebut.

Setelah fase id, berikutnya adalah fase ego, dimana hasrat dan kehendak yang masih murn tersebut mulai dipertemukan dengan kondisi dan situasi subyek. Ego masih mementingkan pemenuhan hasrat dan kehendak subyek. Ego mengandaikan situasi dimana subyek dapat memperoleh kepuasan atas kehendak dan hasrat yang timbul dari pemahaman dan kesadarannya akan kondisi realitas.

Id mengalami pembentukan dan pengarahan pemenuhan kepuasan yang lebih sistematis pada tahap ego. Hasrat yang timbul pada tahap ego lebih jelas pengejewantahan dan manifestasinya. Proses ini juga sejalan dengan proses pengenalan subyek atas otoritas dan hasrat dirinya sendiri.

Pada tahap ini, subyek belum melibatkan subyek-subyek lain sebagai faktor pemenuhan hasrat. Subyek sadar betul apa yang sedang dia hasratkan dan bagaimana cara pemenuhannya saat sedang berada pada tahap egp. 

Terakhir, superego. Tahap ini sudah memasukkan pentingnya relasi dan interaksi intersubyek dalam persoalan pemenuhan hasrat dan kehendak. Subyek menyadari dirinya tidak dapat begitu saja memenuhi hasrat dan kwhwndaknya tanpa melibatkan hasrat dan kehendak subyek-subyek lain dalam realita sehari-hari.

Pada tahap ini, hasrat mengalami reduksi manifestasi dan penyalurannya karena ada faktor-faktor eksternal yang tidak selalu sesuai dengan pemenuhan hasrat. Kehendak dan hasrat subyek lain serta aturan -- norma atau hokum, selalu membatasi dan mengatur perkembangan hasrat itu sendiri. Realita yang berkembang tidaklah selalu sesuai dengan hasrat yang hendak disalurkan.

Superego berperan dalam menentukan hasrat seperti apa yang layak dan bisa disalurkan dalam ruang publik. Nilai dan wujud sebuah hasrat dideterminasikan pada tahap ini. Hasrat yang tidak cocok dengan aturan dan norma yang berlaku harus lah dikubur dalam-dalam agar subyek dapat diterima dalam lingkungan sehari-hari

Jika tetap memaksakan penyaluran hasrat yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku, seorang subyek sangat beresiko tidak dapat diterima dengan baik dalam lingkup masyarakat. Pentingnya memaknai dan menyikapi hasrat diri dengan realita sosial sangatlah penting diiliki oleh setiap subyek.

Tekanan-tekanan yang dimunculkan superego tersebut mereduksi kemunculan hasrat-hasrat yang tidak dapat tersalurkan. Hasrat-hasrat tidak tersalurkan inilah yang kemudian seringkali muncul pada fase mimpi seseorang.

Pada akhirnya, mimpi-mimpi tersebut memberikan kesadaran pada subyek akan hasrat yang hendak disalurkannya pada realita. Hubungan inilah yang menunjukkan adanya kemungkinan bahwa mimpi mempengaruhi segala tindakan dan hasrat kita di dunia nyata. Mimpi timbul dari hasrat alam bawah sadar yang kemudian kita kenali dan lihat wujudnya dalam bentuk mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun