Mohon tunggu...
Alkautsar HolzianAkbar
Alkautsar HolzianAkbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Sosiologi/Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Buku sejarah dan filsafat adalah 2 genre buku yang sangat saya gemari. Walaupun saya suka pilih-pilih penulis mana yang bukunya saya anggap "nyaman" untuk dibaca. Buku-buku yang nyaman untuk dibaca memang banyak. Namun, menuliskan teori filsafat atau sebuah peristiwa dalam sejarah dengan detail tetapi "nyaman" untuk dibaca bukan pekerjaan mudah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Game Theory : Prisoner's Dilema, Rapat Koordinasi dan Kebohongan Kolektif

16 September 2024   19:23 Diperbarui: 16 September 2024   19:32 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai mahasiswa sosiologi UIN Sunan Kalijaga, saya tidak hanya memiliki kewajiban untuk menguasai teori-teori sosiologi yang dapat dibaca lewat buku-buku. Saya juga dituntut agar dapat memahami dinamika realitas sosial yang terjadi di sekitar. Dalam langkah tersebut, saya sering mengikuti program yang diagendakan organisasi kemahasiswaan (Ormawa). Tak lepas pula, saya menjadi anggota sebuah organisasi berjenis "kaderisasi" yang memiliki pola kultural cukup unik. Di organisasi ini, saya sering menemukan beberapa fenomena sosial yang unik bagi saya.

Proses umum yang biasanya dilalui anggota organisasi mahasiswa adalah menjadi panitia. Anggota akan melalui proses di mana ia akan bekerja sama dengan anggota lainnya untuk menyukseskan agenda organisasi. ketika menjadi panitia di organisasi "kaderisasi",  anggota akan diperkenalkan dengan budaya koordinasi dengan senior. Simpelnya, panitia harus menjelaskan hal apa saja yang sudah ia susun atau yang sudah dipersiapkan kepada senior organisasi (laporan). Kemudian senior akan menanggapi persiapan yang telah dikerjakan tersebut.

 Koordinasi ini ada yang berbentuk informal, seperti lewat ngopi bareng di cafe, atau formal dalam bentuk rapat. Dalam rapat formal, semua divisi kepanitiaan akan merasionalisasi segala persiapan yang sudah dibuat. Ada kondisi di mana seluruh panitia dituntut memiliki satu suara dalam rapat. Misalkan, jika keterangan dari salah satu panitia adalah "A" maka semuanya harus mengatakan demikian. Jika tidak satu suara (salah satu panitia memberikan keterangan yang berbeda terhadap suatu topik), senior akan mengkritik habis-habisan dan menganggap persiapan panitia belum optimal dan tidak akan mengACC. Hal ini akan membuat panitia menyusun ulang persiapannya dan lebih menguras banyak energi. Belum tentu juga senior akan membantu panitia untuk merevisi persiapannya. Oleh karena itu, panitia umumnya memilih untuk "diam" dalam rapat karena takut "salah bicara" atau keterangan yang ia jelaskan berbeda dengan teman panitia lainnya. Bahkan lebih baik sepakat pada "kebohongan kolektif" jika terpaksa bicara, ketimbang harus "diserang" senior.

Fenomena unik sekaligus "kocak" ini membuat saya teringat dengan model Prisoner's Dilema (Dilema Tahanan) dari Game Theory (Teori Permainan). Teori permainan merupakan temuan dari John Von Neumann pada tahun 1928. Meskipun teori ini dikembangkan Neumann dari disiplin matematika untuk membaca perilaku ekonomi (Economic Behavior), Teori Permainan dapat diaplikasikan pada masalah-masalah sosial (Scheling, 1960), ekonomi dan politik. Teori Permainan merupakan sebuah teori tentang pengambilan keputusan. Teori ini mencoba memikirkan bagaimana individu rasional seharusnya mengambil keputusan dalam situasi yang kompleks, di mana pilihan atau peruntungan individu bukan satu-satunya yang menentukan hasil (Davis, Game Theory A Nontechnical Introduction, 1997). Hasil bisa jadi dipengaruhi oleh pilihan yang diambil atau tindakan yang dilakukan oleh individu lain.

Dalam teori Permainan ada 4 asumsi yang mendasar. 1) Pemain (individu) adalah pengambil putusan yang rasional. 2) Dalam permainan, ada beberapa pihak/pemain (minimal dua) dan masing-masing punya strategi. 3) Hasil tidak ditentukan semata-mata oleh pilihan seorang pemain, tetapi tergantung pilihan yang diambil oleh pihak lain. 4) Konflik terjadi manakala pemain yang berbeda memilih pilihan yang berbeda pula, sementara hasil yang optimal hanya dapat diperoleh apabila para pemain dapat menyelaraskan strategi dengan pemain lain.

Sederhananya, teori permainan membicarakan tentang strategi yang akan diambil oleh Pemain agar dapat meraih hasil yang ideal (Davis, 1997). Pemain di sini ibaratkan panitia, panitia dalam sebuah rapat koordinasi akan berusaha memikirkan strategi apa yang harus ia pilih ketika berhadapan dengan senior. Panitia akan mempertimbangkan tindakan yang sesuai dan selaras dengan panitia lain agar laporannya dapat diACC.

Adapun Prisoner's Dilemma atau Dilema Tahanan adalah model teori Permainan yang dikembangkan oleh Merrill Flood dan Melvin Dresher pada tahun 1950. Dilemma Tahanan adalah sebuah model permainan untuk dua pemain di mana setiap pemain memiliki dua strategi yakni: "bekerja sama", atau "berkhianat". Dilemma Permainan digambarkan ketika ada 2 orang penjahat yang ditangkap kemudian diinterogasi secara terpisah. Namun, polisi tidak menemukan bukti yang cukup untuk menahan. Keduanya bisa selamat jika bekerja sama untuk TIDAK MENGAKU. Apabila salah satu memilih untuk tidak berkompromi (MENGAKU) maka yang terjadi keduanya tidak akan selamat.

Kondisi 2 orang penjahat di atas dapat digambarkan sebagai situasi yang dihadapi oleh panitia. Jika ditanya oleh senior dalam rapat, Panitia berusaha menyelaraskan jawabannya dengan panitia lain. Meskipun keterangan panitia lain itu isinya kebohongan, jujur bukanlah pilihan yang tepat dalam situasi ini. Jadi, hal yang paling tepat untuk dilakukan adalah memberikan keterangan yang sama atau "berbohong bersama".

Lalu kenapa semuanya tidak memilih untuk jujur bersama saja? Seperti keterangan dalam teori Pemainan, situasi dilema yang dihadapi panitia itu kompleks. Memilih untuk "Jujur" terkadang juga memilih untuk membongkar kesalahan atau kelalaian panitia lain baik di divisi yang sama atau berbeda divisi. Ketika seorang panitia mereview secara jujur kesalahan yang dilakukan oleh panitia lain, hal itu akan berakibat pada kondisi psikologis kesatuan panitia. Panitia yang melakukan kesalahan bisa jadi merasa dikhianati dan itu akan membuat hubungan antar panitia menjadi retak. Hubungan yang retak sangat mempengaruhi kinerja panitia. Dan berikutnya yang terancam adalah kerja-sama satu panitia dengan panitia lain.

Bagi saya, yang menarik dari teori Permainan ada pada prosesnya yang dapat ditemukan di kehidupan sehari-hari. Terkadang kita mengira bahwa hasil hanya bergantung dengan pilihan atau tindakan yang kita ambil. Namun, hasil atau tujuan kita juga berkaitan erat dengan pilihan orang lain.

Dua pemain dalam Dilema Tahanan juga dapat digambarkan sebagai kondisi dilematis antara individu dengan individu, ataupun individu dengan masyarakat. Dalam kehidupan beorganisasi misalkan, Individu harus menyelaraskan pilihannya di tengah situasi yang kompleks agar dapat membangun sebuah harmoni dan menggapai hasil yang optimal. Di kehidupan masyarakat, pilihan individu tidak terbentuk secara sederhana. Pilihan individu akan berhadapan dengan situasi yang kompleks nan dilematis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun