Mohon tunggu...
Al-Kalam
Al-Kalam Mohon Tunggu... -

Seperti Bintang, Menawan dari genangan air, atau Layaknya Asap, semakin tinggi semakin tiada keberadaannya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hidupku untuk Islam

13 April 2016   21:16 Diperbarui: 13 April 2016   21:22 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Hidupku untuk Islam"][/caption]

Oleh : Ustad Masrur Zaenuddin

Kalau keislaman saya mengharuskan hidup demi Islam, baik Aqidah, Ibadah, dan Akhlak, maka saya juga harus hidup semata-mata untuk Islam dan saya harus bisa mengarahkan seluruh hidupku hanya untuk Islam serta menggunakan semua kekuatan dan kemampuan saya untuk menegakkan Islam.

Ada tiga kelompok manusia:

Kelompok Pertama   : Manusia hidup untuk dunia saja.

Menurut fakta, mereka ini adalah kaum materialis

“dan mereka berkata: ini tidak lain melainkan hidup kita di dunia dan kita tidak dibangkitkan.” (QS.Al-An’am: 29)

“dan mereka berkata: kita tidak hidup melainkan hidup yang dekat ini, kita tidak ada, kita hidup dan tidak dibinasakan melainkan oleh masa, padahal mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang itu dan melainkan mereka itu hanya menyangka.” (QS.Al-Jatsiyah: 24)

Kaum komunis dan yang sebangsanya, seperti kaum sekuler mempunyai kepercayaan seperti ini. Lenin pernah mengomentari kata-kata filosuf: “sesungguhnya alam ini tidak diciptakan oleh Tuhan atau manusia, tapi alam ini ada dan akan terus ada sampai nanti, berubah dan berganti menurut undang-undang tertentu,” kemudian dia  berkata: “indah sekali keterangan ini, yaitu dialetic materialism.”

Kalau ada orang mengingkari hidup sesudah mati, maka hidupnya semaunya dan dunia ini sebagai tujuannya, dia hidup untuk dunia ini lalu akan mengikuti hawa nafsunya dan kenikmatan dunia ini tanpa menoleh.

Kelompok kedua       : Bimbang antara dua perkara.

Umumnya orang yang masuk kelompok ini, mereka yang goyang imannya dan usahanya hanya mengikuti kehidupan dunia ini. Mereka selalu beranggapan bahwa mereka telah berbuat baik terhadap Islam. Mereka ini walaupun percaya dan mempunyai iman kepada Allah dan hari akhir, tapi iman ini hanyalah simbolis belaka, karena imannya terpisah dengan kenyataan budi pekertinya dan mereka ini hakikatnya kaum materialis juga, walaupun mereka melaksanakan sebagian ibadah dan tuntutan ruhani.

Imam syahid Hasan Al-Banna berkata dalam risalahnya “Kepada Apa Kita Mengajak Manusia”: “Sesungguhnya Al-Quran telah menerangkan tujuan hidup dan maksud manusia dalam kehidupan, lalu menegaskan adanya satu kelompok manusia yang tujuannya di dunia ini hanya makan dan mencari kesenangan.”

“dan orang kafir itu bersenang-senang dan makan sebagimana binatang, sedang neraka adalah tempat tinggal mereka.” (QS.Muhammad: 12)

AL-Quran menerangkan lagi kaum yang lain, yang kerjanya di duia ini membuat onar dan fitnah, menyebar kerusuhan, dan membuat kebobrokan moral. Mereka ini sudah disebut Al-Quran, “dan dari antara manusia ada yang perkataannya di dunia ini membuatmu senang, lalu menjadikan saksi Allah atas apa yang di hatinya, padahal dia sejahat-jahat musuh: karena apabila mereka berpaling, dia terus membuat kerusakan di dunia ini dan merusak tanaman (perempuan) dan binatang (keturunan), padahal Allah tidak suka kepada kerusakan.” (QS.Al-Baqoroh: 24 – 24)

Itulah tujuan-tujuan manusia (kelompok kedua) hidup di dunia ini, mudah-mudahan Allah menjauhkan kaum mukminin dari tujuan jahat itu dan mudah-mudahan kaum mukminin mampu memberi hidayah kepada yang hak dan memberi petunjuk manusia kepada jalan yang lurus serta memberi penerangan alam semesta ini dengan cahaya Islam.

Kelompok ketiga       : Dunia ini senagai ladang Akhirat.

Merekalah orang-orang mukmin yang benar, yang tahu hakikat dunia dan tahu nilai dunia dibanding dengan akhirat. “Kehidupan dunia tidak lain hanyalah permainan belaka dan kehidupan akhirat itulah yang paing baik bagi orang-orang yang bertaqwa, apa kamu tidak mau berpikir?” (QS.Al-An’am: 32)

Imam Syahid Hasan Al-Banna mengingatkan tentang makna ini di dalam risalahnya: “Demi Tuhan, wahai teman-teman! Fahamkan kaum muslimin terhadap kitab mereka tentang makna dan arti ini, supaya jiwa mereka suci dan roh mereka bersih dan bebas dari perbudakan materi, yang akan membawa akibat bersihnya mereka dari kenikmatan syahwat dan hawa nafsu, martabat mereka akan membubung lalu menyerah kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan meninggikan kalimah tauhid dan berjihad di jalan Allah serta membela agama dan syariatNya.”

Atau apakah mereka yang hanyut mengikuti syahwat dan menjadi budak hawa nafsunya serta kekuasaan, yang bertujuan mencari kendaraan yang megah, makan enak, tidur nyenyak, perempuan cantik, atribut palsu dan gelar yang hampa?

Benarlah sabda Rasululloh saw : “celakalah budak uang, celakalah budak uang, celakalah budak uang!” (HR.Bukhori)

Dari ketiga kelompok tersebut, kita harus mengira termasuk ke dalam kelompok yang manakah kita sekarang? Dan sebaiknya kita berada di kelompok yang mana? agar “Hidupku untuk Islam” benar-benar terwujudkan, baik dalam sanubari maupun dalam tindak perilaku kita.

Wallahu a’lam

 

Semoga bermanfaat

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun