Jadi bisa dibayangkan berapa air yang diperlukan jika setiap hari kamu makan siang dengan menu rendang atau steak di restoran favoritmu, jumlah air yang cukup untuk membanjiri satu kelurahan.
Selain mengonsumsi banyak air, proses produksi produk hewani juga memberikan banyak dampak buruk lain pada lingkungan. Sektor peternakan termasuk di dalamnya peternakan sapi, babi dan ayam menghasilkan emisi gas rumah kaca sama dengan yang dihasilkan seluruh mobil dan truck di dunia.
Dilansir dari Food and Agriculture Organization for United Nations (FAO) total emisi gas rumah kaca sektor peternakan mencapai 1,7 Gigaton atau setara dengan 14,5% jumlah emisi gas rumah kaca dunia dan peternakan sapi adalah subsektor penghasil emisi gas rumah kaca terbesar mencapai 65%.
Peternakan sapi juga menyebabkan meningkatnya laju deforestasi. Hutan ditebang dan berubah menjadi daerah penggembalaan.Â
Pembukaan lahan dengan membakar hutan menyebabkan milyaran ton gas karbondioksida terlepas ke atmosfer. Pohon menyerap karbon dan menyimpannya dalam lapisan kayu, oleh karena itu deforestasi juga turut berkontribusi menambah emisi gas rumah kaca dengan menghancurkan "carbon sink" alami.
Penulis tidak mengharuskan untuk menerapkan pola makan 100% "meatless" dalam satu malam. Namun alangkah lebih baik jika kita semua bijak dalam mengkonsumsi produk hewan dan mengurangi sedikit porsi daging dari piring makan kita.
Mengganti pola makan kita menjadi lebih "plant-based" adalah salah satu kunci untuk kita melawan dampak buruk perubahan iklim. Mengubah sedikit menu di piring makanmu tidak hanya berdampak bagi kesehatan tubuhmu namun juga bagi kesehatan planet kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H