Mohon tunggu...
Alkahfi Dahlan
Alkahfi Dahlan Mohon Tunggu... Lainnya - Environment enthusiast

70% opini 10% bacot 100% sustainable living

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Masa Depan Dunia di Keran Rumahmu

27 Juni 2020   08:00 Diperbarui: 27 Juni 2020   08:02 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penarikan dan konsumsi air di Amerika Serikat 2008(sumber: duke-energy.com)

Hari ini sudah berapa banyak air yang kamu gunakan, 1 liter? 10 liter? Atau bahkan lebih? Kita setuju hidup kita sangat bergantung pada keberadaan air, dari keperluan minum dan mencuci baju sampai kebutuhan pertanian dan industri keberadaan air adalah wajib. Lalu bagaimana jika kita kehabisan air? Bagaimana cara kita hidup tanpa air?

Kita tahu bahwa planet biru kita ini sekitar 70% permukaannya ditutupi oleh air, tapi apakah semuanya dapat langsung kita manfaatkan?  Tentu tidak. 

Faktanya hanya sekitar 1% saja air yang dapat kita manfaatkan. 97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. 

Jadi bisa dibayangkan ada 7,7 milyar jiwa manusia termasuk aku dan kamu yang kehidupannya bergantung pada keberadaan sumberdaya yang sangat terbatas ini.

Cape town di afrika selatan menjadi kota besar pertama yang mengalami krisis air.  Pada januari 2018 pemerintah setempat mengumumkan bahwa dalam waktu 3 bulan kedepan tidak akan ada lagi air yang mengalir ke rumah-rumah sehingga akan ada 4 juta warganya kehilangan akses air. 

Pemerintah setempat menamainya sebagai day zero atau hari tanpa air. Tidak hanya cape town, dilansir dari national geografic kota-kota lain diseluruh dunia seperti sao paulo, mexico city, melbourne, jakarta dan beberapa kota besar di India juga akan menghadapi day zero mereka dalam beberapa tahun kedepan.

Lantas kenapa kita sekarang kekurangan air? Siapa yang menghabiskan air di bumi kita? Faktanya sebagian besar air digunakan untuk kebutuhan pertanian. 

Sebanyak 70% air dunia digunakan untuk kebutuhan pertanian. Sebagai contoh konsumsi air di amerika serikat pada tahun 2008 mencapai 100 miliyar galon/hari dan sebanyak 85% digunakan untuk kebutuhan pertanian.

Penarikan dan konsumsi air di Amerika Serikat 2008(sumber: duke-energy.com)
Penarikan dan konsumsi air di Amerika Serikat 2008(sumber: duke-energy.com)
Selain pertanian, sektor domestik juga menjadi sektor yang paling banyak mengkonsumsi air. Dalam waktu 50 tahun terakhir populasi manusia di dunia telah meningkat dua kali lipat, hal ini tentu akan berpengaruh terhadap kebutuhuan kita atas air. 

Air sebagai kebutuhan dasar manusia tentu sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri, namun dilansir dari WWF terdapat 1,1 miliyar orang kesulitan akses air dan 2,7 miliar orang mengalami kelangkaan air setidaknya satu bulan dalam setahun. Peneliti memprediksi pada tahun 2025, 2/3 dari populasi dunia akan mengalami kekurangan air.

Konsumsi air dunia tahun 1950 dan 1995; prediksi tahun 2025(sumber: Nishijima et al 2013)
Konsumsi air dunia tahun 1950 dan 1995; prediksi tahun 2025(sumber: Nishijima et al 2013)

Permintaan air terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pertanian dan domestik, namun sumber air justru berkurang akibat pencemaran. 

Limbah yang berasal dari industri, domestik, pestisida, minyak, dan bahan organik dapat mencemari sumber air yang semakin memperparah krisis air dunia. Bahkan air tanah pun belum tentu aman dari pencemaran, karena banyak polutan dapat larut dan meresap ke dalam akuifer bawah tanah.

Lalu bagaimana cara kita untuk mencegah krisis air terjadi? 

Kembali lagi kepada permasalahan day zero di cape town. Setelah pengumuman oleh pemerintah, waktu 3 bulan kedepan adalah waktu kritis bagi warga cape town. 

Lalu bagaimana mereka bisa selamat melewati bencana itu? Penanganan day zero di cape town bukan lah suatu permasalah yang dapat diselesaikan dengan satu solusi namun membutuhkan kerja sama dari seluruh warganya agar mereka selamat dari bencana kekeringan yang akan menimpa kota mereka. 

Dalam waktu tersebut pemerintah membuat peraturan tarif air baru dan melarang kegiatan seperti mengisi kolam renang, mencuci mobil serta kegiatan lain yang tidak terlalu penting sehingga air difokuskan untuk keperluan warganya. 

Didorong oleh tarif penggunaan air baru, bisnis dan perusahaan juga mulai mengkampanyekan untuk menghemat air kepada pelanggan dan karyawannya. 

Bahkan slogan "if it's yellow, let it mellow" ramai untuk mengkampanyekan untuk menyiram toilet hanya jika diperlukan. Pada juni 2018 untuk pertama kalinya dalam 4 tahun hujan akhirnya turun dan menyelamatkan cape town dari bencana day zero (untuk sekarang).

Jadi apa perlu mengalami day zero dulu baru mau memulai hemat air? Dari apa yang terjadi di cape town, kita bisa belajar bahwa setiap langkah kecil kita untuk menghemat air dapat memberikan dampak besar bagi keberlanjutan sumber air kita. Nah, sekarang sudah dulu baca artikelnya dan coba cek keran di rumah kalian sudah dimatikan belum?

Referensi:

Duke-energy.com.  2008. Water and Energy.

National Geographic. How Cape Town Is Coping With Its Worst Drought on Record.

Nishijima, Shigehiro & Eckroad, Steven & Marian, Adela & Choi, Kyeongdal & Kim, Woo & Terai, Motoaki & Deng, Zigang & Zheng, Jun & Jiasu, Wang & Umemoto, Katsuya & Du, Jia & Febvre, Pascal & Keenan, Shane & Mukhanov, Oleg & Cooley, Lance & Foley, Catherine & Hassenzahl, William & Izumi, Mitsuru. 2013. Superconductivity and the environment: A Roadmap. Superconductor Science and Technology. 26: 113001.

World Wildlife. Water Scarcity.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun