Masyarakat Suku Serawai memiliki tradisi Lemang Tapai Malam Kamisan. Tradisi ini sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka hingga sekarang. Tradisi ini dilakukan satu kali dalam satu minggu yaitu malam kamis.
Setiap malam kamis masyarakat di daerah masat akan menjual Lemang Tapai untuk para bujang gadis (laki-laki dan perempuan yang belum menikah). Dalam jual beli Lemang Tapai tersebut terjadi komunikasi antara penjual dan pembeli yaitu antara bujang gadis dan jika mereka merasa cocok maka mereka akan berlanjut sampai ke jenjang pernikahan.
Tapi sebelum menuju ke jenjang pernikahan, apabila bujang ingin berkenalan dengan si gadis, bujang harus kerumah si gadis, bujang harus merayu orangtuanya dengan bahasa yang halus "perambak" dan harus merendahkan diri. Apabila bujang sudah mendapatkan hati sang orang tua maka orang tua tersebut akan segera "membangunkan" anak gadisnya, yang biasanya sudah terlebih dahulu mengintip dari balik kain pintu.
Gadis akan segera keluar apabila dia ada hati dengan tamunya, tetapi apabila si gadis tidak tertarik pada si bujang maka si gadis tidak akan keluar dari kamarnya. Maka pada malam itu apabila mereka setuju akan meneruskan hubungan mereka hingga ke pelaminan.
Lemang Tapai merupakan makanan khas suku Serawai. Lemang adalah beras ketan yang dimasak dengan santan dalam bambu muda. Bahan utamanya adalah beras ketan putih, santan kelapa, daun pandan, dan sedikit garam.
Beras ketan dicuci sampai bersih dan dimasukan ke dalam ruas bambu muda yang terlebih dahulu dilapisi dalamnya dengan daun pisang kemudian baru dituangkan santan ke berasnya dan di bakar dengan bara api, dijaga jangan sampai ruas bambu terbakar. Sedangkan tapai adalah tape beras ketan hitam yang dibuat dengan memfermentasikan beras ketan dengan ragi.
Menurut Bapak Lukman Hamid selaku ketua BMA Kabupaten Bengkulu Selatan. Pada awalnya hari melemang hanya ada pada acara bimbang makan sepagi, akad nikah dan tradisi malam gegerit. Bimbang Makan Sepagi merupakan acara bimbang adat yang menampilkan lemang tapai sebagai makanan khas yang di utamakan, dan bimbang makan sepagi merupakan sebuah pelaksanaan yang termasuk besar, tetapi banyak digunakan oleh masyarakat kelas menengah.Â
Pada acara akad nikah ahli rumah menyiapkan 20 batang lemang, 10 batang lemang diberikan kepada Pembina adat dan 10 lemang lagi diberikan kepada pegawai KUA. Sedangkan pada tradisi malam gegerit lemang tapai hanya diberikan kepada para gadis sebagai bukti bahwa mereka telah datang dan mengikuti acara malam gegerit.
Pada malam gegerit ini muda-mudi yang hadir dapat  memilih pasangannya untuk di ajak menari.  Jika ada gadis yang tidak mendapat pasangan akan ditemani oleh bujang inang. Malam ini dapat dikatakan sebagai ajang cari jodoh bagi muda-mudi, bahkan banyak muda-mudi yang rela datang dari luar daerah hanya untuk mengikuti tradisi malam gegerit
Namun tradisi malam gegerit sekarang sudah mulai runtuh dan para muda-mudi lebih banyak mengikuti tradisi lemang tapai malam kamisan. Sama halnya dengan acara malam gegerit pada malam kamisan juga dapat disebutkan sebagai ajang cari jodoh sama seperti malam gegerit, dan banyak muda-mudi yang datang dari berbagai daerah.
Tetapi pada saat malam gegerit acaranya lebih menekankan kepada tarian dan lemang tapai hanya dijadikan sebagai hadiah atau oleh-oleh bagi para gadis yang datang dari berbagai tempat, sedangkan pada malam kamisan yang lebih mendominasi adalah lemang tapainya.
Menurut Bapak Lemasin selaku seksi seni dan budaya BMA Kabupaten Bengkulu Selatan. Zaman dahulu Suku Serawai banyak kedatangan suku pendatang dari berbagai daerah, seperti yang berasal dari Padang. Para masyarakat pendatang itu datang ke Desa Masat untuk berdagang.
Mereka datang ke Kelurahan Masat ini untuk menjual barang yang mereka bawa, para pedagang itu menjual barang yang mereka bawa di "pekan Masat". Pekan Masat adalah satu-satunya pekan tradisional yang ada di Kelurahan Masat. Selama berada di pekan Masat pedagang-pedagang tersebut menginap di rumah penduduk yang ada di sana. Â Â
Pada saat menginap di sana para pedagang tersebut merasa bosan dengan makanan yang selalu mereka makan, lalu mereka mencari jenis makanan yang baru untuk mereka makan. Karena itu mereka meminta masyarakat di daerah pekan Masat untuk membuat makanan khas yang ada di daerah tersebut. Para penduduk di sana kemudian membuatkan mereka masakan lemang tapai. Karena menurut para pedagang masakan lemang tapai itu enak para penduduk di pekan Masat diminta untuk menjual lemang tapai.
Pada mulanya mereka menjual lemang tapai setiap malam. Dengan berjalannya waktu, pedagang padang itu tidak lagi menginap karena semakin majunya alat transportasi yang memudahkan para pendatang untuk pulang pergi ke daerahnya, sehingga tidak perlu menginap. Hal itu menyebabkan lemang tapai tidak di jual setiap malam hari.
Namun penduduk pekan Masat tetap berjualan lemang tapai, hanya saja mereka berjualan tidak setiap malam, melainkan hanya malam kamis saja dan sekaligus mereka dapat mempersiapkan dagangan mereka untuk keesokan harinya. Hal inilah yang menjadi asal mula tradisi lemang tapai malam kamisan.
Pengaruh Tradisi Lemang Tapai Malam Kamisan Terhadap Sikap Peduli Sosial pada Masyarakat di Desa Masat
Tradisi ini sangat berpengaruh baik terhadap perkembangan sikap peduli sosial masyarakat Desa Masat. Karena pada tradisi ini masyarakat Masat dapat lebih bersosialisasi dengan para pendatang dan pengunjung yang datang untuk mengikuti tradisi ini. Para masyarakat Desa Masat dapat lebih mengerti etika, tata bahasa dalam berbicara, dan lebih santun dalam bersikap.
Dan mereka pun mendapatkan tambahan wawasan tentang bahasa, budaya, dan teknologi dari wisatawan asing yang berkunjung. Karena dengan cara itu mereka dapat lebih mudah bersosialisasi dengan para pengunjung yang datang ke sana. Hal itu dibuktikan dengan sangat ramahnya masyarakat Desa masat terutama para pedagang lemang tapai yang ada di pekan Masat
Pengaruh Tradisi Lemang Tapai Malam Kamisan Terhadap Budaya yang ada di Desa Masat
Tradisi lemang tapai malam kamisan yang memang sangat membawa pengaruh sangat baik bagi masyarakat Suku Serawai terutama masyarakat yang tinggal di Desa Masat, seperti pengaruh terhadap perkembangan tradisi dan budaya masyarakat Desa Masat. Karena lewat tradisi ini budaya-budaya yang ada di Desa Masat mulai dikenali oleh masyarakat luar.
Karena untuk mengikuti tradisi lemang tapai malam kamisa ini, banyak masyarakat luar yang datang ke pekan Masat dengan cara itulah para penduduk di Desa Masat dapat mengenalkan budaya yang ada di daerahnya. Hal tersebut juga menyebabkan masyarakat luar juga dapat melestarikan salah satu budaya yang ada di Suku Serawai dan tradisi lemang tapai malam kamisan menambah daftar kekayaan tradisi yang ada di suku Serawai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H