Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menanti Wajah Baru Jembatan Tano Ponggol, Jalan Darat Menuju Pulau Samosir

22 September 2021   15:07 Diperbarui: 22 September 2021   15:54 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Tano Ponggol kini (Foto : Pribadi)

Salah satu daya tarik wisata Heritage of Toba adalah Pulau Samosir, sebuah pulau di tengah Danau Toba yang sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu Wonderful Indonesia.

Pulau Samosir luasnya sekitar 63.000 hektar, hampir sama dengan luas negara Singapura. Pulau ini menduduki tempat ke-5 sebagai pulau terbesar di dunia yang berada di tengah danau.

Sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dulu, ada dua pertanyaan yang hampir selalu muncul dalam ujian pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), "Apa nama danau terluas di Indonesia dan apa nama pulau yang terletak di tengah danau tersebut?" Jawabannya kita sudah tahu,  danau terluas adalah Danau Toba dan pulau yang terletak di tengah danau tersebut adalah Pulau Samosir.

 Dari sisi administrasi pemerintahan, saat ini Pulau Samosir masuk dalam wilayah Kabupaten Samosir.

Banyak Jalan Menuju Samosir

Banyak pilihan jalan yang bisa kita tempuh untuk menuju ke Pulau Samosir. Bisa dengan cara menaiki kapal penumpang atau feri, bisa juga melalui jalan darat.

Untuk perjalanan dengan kapal, terdapat beberapa pilihan. Kita bisa memilih jalur dari Ajibata ke Tomok, dari Balige ke Onanrunggu, lalu dari Tigaras ke Simanindo, dari Muara ke Sipinggan/Nainggolan atau dari Ajibata ke Ambarita.

Pemandangan Pulau Samosir dari kapal di Danau Toba (Foto : Pribadi)
Pemandangan Pulau Samosir dari kapal di Danau Toba (Foto : Pribadi)

Perjalanan menggunakan kapal menuju Pulau Samosir sangat mengasyikkan. Dari jauh, mata kita sudah dimanjakan dengan pemandangan indah sekeliling Danau Toba dan Pulau Samosir yang akan kita tuju.

Sementara untuk akses jalan darat,  hanya ada satu jalur yaitu melalui jembatan Tano Ponggol yang terletak di Kabupaten Samosir.

Jembatan Tano Ponggol kini (Foto : Pribadi)
Jembatan Tano Ponggol kini (Foto : Pribadi)

Kisah Jembatan Tano Ponggol

Tano Ponggol mempunyai cerita tersendiri dalam perjalanan sejarah Pulau Samosir. Secara harfiah Tano Ponggol artinya adalah tanah yang dipenggal.

Sebelum jaman penjajahan Hindia Belanda, wilayah Samosir menjadi satu dengan daratan Pulau Sumatera. Sekitar 1905, Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk menggali tanah sepanjang 1,5 km dari ujung lokasi Tajur sampai dengan Sitanggang Baru.

Penggalian ini dilakukan dengan cara kerja paksa yang melibatkan penduduk setempat. Mereka bekerja tanpa digaji, diawasi dengan ketat di bawah ancaman senjata api.

Kerja paksa tersebut berlangsung selama kurang lebih 3 tahun. Danau Toba sebelah utara dan sebelah selatan akhirnya tersambung menjadi kanal. Tidak ada lagi daratan yang menghubungkan Samosir dengan Sumatera.

Sejak itu muncul dua nama baru untuk tempat tersebut, yaitu Tano Ponggol atau tanah yang dipenggal yang memisahkan Samosir dengan daratan Sumatera dan nama Samosir kemudian berubah menjadi Pulau Samosir yang menjadi pulau terpisah yang dikelilingi Danau Toba.

Di atas kanal tersebut kemudian dibangun jembatan. Jembatan ini biasa disebut dengan nama jembatan Tano Ponggol.

Dalam perjalanan berikutnya, Tano Ponggol menjadi tempat yang populer sebagai tempat transit perdagangan hasil bumi dari Samosir seperti bawang, kacang dengan tujuan kota dagang kecil yaitu Haranggaol dan Tigaras.

Pada tahun 1982 jembatan Tano Ponggol mulai dibeton dan dibangun dengan panjang 20 meter. Sayang, posisi jembatan dan kondisi kanal yang semakin dangkal sehingga tidak memungkinkan kapal besar melalui kanal tersebut.

Wajah Baru Jembatan Tano Ponggol

Tahun 2022 nanti, jembatan ini akan mempunyai wajah baru. Saat ini pembangunan di lingkungan jembatan tersebut tengah dikebut untuk mendukung pengembangan kawasan wisata Danau Toba yang telah ditetapkan oleh Presiden RI sebagai satu di antara 5 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Prioritas dan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) bersama dengan Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Manado-Likupang-Bitung.

Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, pembangunan infrastruktur pada setiap KSPN/DPSP direncanakan secara terpadu baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah, sanitasi, dan perbaikan hunian penduduk melalui sebuah rencana induk pembangunan infrastruktur.

Desain jembatan Tano Ponggol (Foto : kompas.com)
Desain jembatan Tano Ponggol (Foto : kompas.com)

"Prinsipnya adalah merubah wajah kawasan dilakukan dengan cepat, terpadu, dan memberikan dampak bagi ekonomi lokal dan nasional," kata Menteri PUPR.

Desain jembatan Tano Ponggol mengadopsi kearifan lokal adat Batak, dihiasi dengan ornamen Dalihan Na Tolu yang merupakan filosofi hidup suku Batak.

Jembatan baru ini akan menjadi ikon baru di Danau Toba dan diharapkan akan menambah daya tarik wisata yang dapat meningkatkan jumlah wisatawan. Selain itu, juga akan menjadi pusat pertumbuhan ekononomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Jembatan Tano Ponggol dibangun dengan ketinggian 8-9 meter dari permukaan danau dengan panjang 294 meter. Terbagi menjadi jembatan utama sepanjang 179 meter dan jembatan pendekat 155 meter. Pada jembatan utama terdiri dari 3 bentang, dengan bentang utamanya sepanjang 99 meter dan menggunakan struktur utama berupa box girder. Sedangkan untuk jembatan pendekat juga terdiri dari 3 bentang dengan struktur utama prestressed I girder.

Selain pembangunan jembatan, juga akan dilakukan pelebaran alur Tano Ponggol dari 25 meter menjadi 80 m sepanjang 1,2 km sehingga kelak akan dapat dilewati kapal pesiar.

Desa Tuktuk Siadong dan Desa Tomok yang Eksotis

Setelah menyebrang jembatan, saya langsung menuju ke Tuktuk Siadong, sebuah desa kecil yang terdapat di kawasan pesisir Pulau Samosir yang berbentuk seperti sebuah tanjung dan merupakan salah satu tempat yang menyimpan keindahan di Danau Toba.

Saya menginap semalam di sebuah hotel persis di bibir Danau Toba. Semilir angin yang cukup kencang dan dingin menyelinap ke kamar. Menambah suasana syahdu dan eksotis Desa Tuktuk Siadong.

Pemandangan Desa Tuktuk Siadong (Foto : Pribadi)
Pemandangan Desa Tuktuk Siadong (Foto : Pribadi)

Homestay siap menampung wisatawan (Foto : Pribadi)
Homestay siap menampung wisatawan (Foto : Pribadi)

Desa ini sangat populer di kalangan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Puluhan penginapan dan rumah makan berderet di sepanjang jalan desa ini. Hotel berbintang juga tersedia, viewnya biasanya langsung menghadap ke Danau Toba. Tempat ini sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). MICE di Indonesia Aja.

Saat ini, Desa Tuktuk Siadong juga sedang ditata kembali. Rumah-rumah penduduk direnovasi dan siap menjadi homestay. Jalan-jalan dan lampu pinggir jalan juga ditata dengan rapi dan indah agar para pengunjung nyaman dan betah berlama-lama tinggal di desa ini.

Dari Tuktuk Siadong, pagi harinya saya langsung menuju Desa Tomok. Tomok merupakan pintu gerbang wisatawan yang ingin mengunjungi Pulau Samosir dari Parapat. Desa ini berada di wilayah Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Desa Tomok menyimpan beragam situs sejarah dan budaya Batak yang masih dijaga hingga hari ini. Di desa ini kita bisa menemukan benda-benda jaman megalitik. Ada makam-makam tua Raja Sidabutar, gereja tua, Museum batak, Patung Sigalegale, batu kursi Tomok, patung gajah purba dan lain-lain.

Tari Sigale-gale di Desa Tomok (Foto : Pribadi)
Tari Sigale-gale di Desa Tomok (Foto : Pribadi)

Salah satu pertunjukan yang banyak diminati pengunjung adalah Tari Sigale-gale, tarian khas Batak yang sudah cukup terkenal.

Desa Tomok juga merupakan salah satu sentra penjualan souvenir khas Batak di Danau Toba. Ratusan kios berjejer di sepanjang jalan lebih 1 km yang menjual berbagai cinderamata seperti baju, ulos, patung, gelang, gantungan kunci dan berbagai benda lainnya. Cinderamata tersebut juga memiliki motif dan warna khas Batak, yakni merah, putih, hitam.

Saat saya mengunjungi dua desa wisata tersebut pada akhir Maret 2021 lalu, suasana cukup sepi. Dalam suasana pandemi covid seperti sekarang ini, memang belum banyak wisatawan yang datang.

Kita tentu berharap, kondisi semakin membaik dari hari ke hari. Pandemi segera berlalu dan kehidupan kembali berjalan normal seperti sedia kala.

Mudah-mudahan pada tahun 2022 nanti, para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri, akan berbondong-bondong kembali mengunjungi Danau Toba, yang telah ditetapkan sebagai salah satu Destinasi Super Prioritas (DSP Toba) di Indonesia. Termasuk mengunjungi dan menyebrangi jembatan Tano Ponggol yang saat itu sudah punya wajah baru yang megah dan indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun