Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Masjid Rahmatullah Lampuuk, Saksi Dahsyatnya Bencana Tsunami Aceh

13 April 2021   17:22 Diperbarui: 15 April 2021   03:03 2158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Rahmatullah Lampuuk, setelah Tsunami tahun 2004. Sumber foto: serambiwiki.tribunnews.com

Alhamdulillah, pada tanggal 25 September 2020, di sela-sela kegiatan dinas, saya sempat diajak mengunjungi Desa Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar.

Jika disebut nama Desa Lampuuk mungkin banyak orang yang belum mengetahuinya. Tetapi jika diingatkan dengan sebuah foto bangunan masjid yang masih berdiri dengan megah saat bencana tsunami pada akhir tahun 2004, mungkin sebagian besar kita akan mengenalnya.

Seperti kita ketahui, bahwa pada 26 Desember 2004, gempa 9,1 skala Richter (SR) mengguncang Samudera Hindia, di lepas pantai Sumatera Utara, Indonesia. 

Gempa ini kemudian diikuti dengan tsunami dahsyat yang menyapu area pantai di sejumlah negara. Lebih dari 230 ribu orang tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal dan berbagai fasilitas umum lainnya.

Tsunami menyapu apa saja yang ada di depannya; rumah-rumah, sekolah, balai desa, pohon-pohon, dan tentu saja orang-orang yang tak berdaya.

Salah satu daerah paling terdampak adalah Lhoknga. Gelombang tsunami setinggi 30 meter menyapu pemandangan indah Pantai Lampuuk yang merupakan salah satu objek wisata favorit di Aceh Besar. Seluruh bangunan rata dengan tanah, pohon-pohon tumbang dan jalanan hancur.

Kota ini nyaris rata dengan tanah. Sebelum tsunami, perkampungan ini dihuni sekitar 6.000 jiwa yang umumnya berasal dari kelas menengah keatas. Setelah tsunami, jumlah penduduk hanya tinggal sekitar 700 jiwa.

Masjid Rahmatullah

Saat tsunami terjadi, masjid yang hanya berjarak 500 meter dari bibir pantai ini menjadi satu-satunya bangunan yang tersisa. Meskipun beberapa sisi bangunan masjid rusak, sebagian besar tetap utuh dan selamat. Itulah masjid Rahmatullah, yang terletak  di Desa Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar.

Masjid Rahmatullah Lampuuk, setelah Tsunami tahun 2004. Sumber foto: serambiwiki.tribunnews.com
Masjid Rahmatullah Lampuuk, setelah Tsunami tahun 2004. Sumber foto: serambiwiki.tribunnews.com
Gambar masjid yang berdiri dengan gagah di tengah-tengah kampung yang luluh lantak ini kemudian menjadi viral dan tersebar dimana-mana.

Masjid ini menjadi salah satu saksi bagaimana Tuhan menyelamatkan bangunan yang menjadi tempat orang mengagungkan nama-Nya, sekaligus menjadi saksi kedahsyatan hempasan gelombang tsunami yang menghancurkan Aceh waktu itu.

Prasasti di depan masjid (Dokumen pribadi)
Prasasti di depan masjid (Dokumen pribadi)

Paska tsunami, masjid tersebut direnovasi dengan dana bantuan dari Bulan Sabit Merah Turki. Bantuan dari Turki juga mencakup pembangunan rumah-rumah kampung di sekitar masjid tersebut. Karena itu, kampung di Lampuuk, juga sering disebut sebagai kampung Turki.

Pembangunan masjid dan kampung Lampuuk dibantu Turki (Dokumen pribadi)
Pembangunan masjid dan kampung Lampuuk dibantu Turki (Dokumen pribadi)

Kini, masjid tersebut kelihatan cantik. Catnya terus diperbarui agar tetap terlihat bersih. Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang berdatangan. 

Mereka datang ingin membuktikan langsung kebenaran berita bahwa Masjid Rahmatullah selamat dari tsunami seperti yang tergambar dalam foto-foto yang beredar di media dan internet.

Untuk mengenang bagaimana dahsyatnya tsunami saat itu, pengurus masjid sengaja menyisakan satu bagian di pojok tenggara masjid yang masih terlihat hancur. Bagian tersebut hanya ditutupi dinding kaca yang ditempeli foto-foto kondisi masjid sesaat setelah terkena tsunami.

Di dalamnya tampak masih ada bongkahan batu karang dan batu-batu koral yang berserakan di atas pasir. Ada pula satu tiang masjid yang dibiarkan roboh.

Masjid Sarang Walet

Masjid Rahmatullah bukan termasuk masjid yang berusia tua. Masjid ini baru dibangun secara swadaya pada tahun 1990.

Masjid ini diberi nama dengan Rahmatullah, mungkin memang merupakan rahmat dari Allah. Ada banyak keunikan pada masjid ini, dari mulai proses pembangunan hingga pada peristiwa tsunami.

Pembangunannya dilakukan secara bertahap dan menghabiskan dana sekitar Rp 500 juta. Dari dana sebesar itu, Rp 150 juta hasil urunan warga. Selebihnya menggunakan uang hasil lelang sarang walet milik desa yang berada di sebuah gua tepi laut di kawasan perbukitan sebelah desa.

Sarang walet ini pada mulanya memberikan hasil panen sedikit. Ketika tempat tersebut dikelola panitia masjid, mendadak sarang burung walet jadi melimpah. Sarang tersebut sampai bisa menghasilkan 200 kg. Pada tahun 1991, harga jual burung walet mencampai Rp 10 juta per kg.

Ketika pembangunan masjid selesai, kondisi burung walet kembali seperti semua, hampir tidak menghasilkan lagi.

Karena itu, masjid Rahmatullah ini juga sering disebut sebagai "masjid sarang walet."

---

Begitulah sedikit kisah yang bisa saya bagikan tentang Masjid Rahmatullah ini. Semoga berkenan dan bermanfaat.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun