Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan ke Pulau Samosir lewat Jalan Darat

27 Maret 2021   17:13 Diperbarui: 2 April 2021   00:09 11205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cicak, simbol yang banyak ditemui di rumah-rumah di Pulau Samosir (Foto pribadi)

Jalan menuju ke Pulau Samosir ternyata banyak. Selain bisa ditempuh dengan kapal penumpang atau ferry, juga bisa ditempuh melalui jalan darat.

Untuk perjalanan dengan kapal, kita bisa memilih berbagai jalur. Bisa dari Ajibata ke Tomok, dari Balige ke Onanrunggu, dari Tigaras ke Simanindo, dari Muara ke Sipinggan/Nainggolan atau yang terbaru, dari Ajibata ke Ambarita.

Jembatan Tano Ponggol

Sementara, untuk akses perjalanan darat hanya ada satu jalur yaitu melalui jembatan Tano Ponggol yang terletak di Kabupaten Samosir.

Cerita tentang jembatan ini tidak lepas dari sejarah pemerintahan kolonial Belanda. Dulu, terdapat tanah yang menghubungkan antara Pulau Samosir dengan daratan di Sumatera Utara.

Pada awal abad ke-20, tanah tersebut diputus dengan pembangunan kanal yang kemudian dihubungkan dengan sebuah jembatan, yaitu jembatan Tano Ponggol. Nama Tano Ponggol sendiri artinya adalah tanah yang dipenggal.

Pada tahun 1982 jembatan tersebut mulai dibeton dan dibangun dengan panjang 20 meter. Sayang, posisi jembatan dan kondisi kanal yang semakin dangkal sehingga tidak memungkinkan kapal besar melalui kanal tersebut.

Jembatan Tano Ponggol (Foto pribadi)
Jembatan Tano Ponggol (Foto pribadi)

Saat ini jembatan Tano Ponggol sedang dalam proses pembangunan kembali. Desainnya akan mengadopsi kearifan lokal adat Batak dengan perkiraan ketinggian ideal jembatan sekitar 8-9 meter dari permukaan danau. Panjang konstruksi jembatan totalnya 294 m.

Desain baru jembatan ini akan menjadi ikon baru di Danau Toba dan akan menjadi daya tarik tersendiri. Diharapkan juga menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di pesisir Danau Toba.

Selain pembangunan jembatan, juga akan dilakukan pelebaran alur Tano Ponggol dari 25 meter menjadi 80 m sepanjang 1,2 km sehingga kelak akan dapat dilewati kapal pesiar.

Pembangunan jembatan ini untuk mendukung pengembangan Danau Toba sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP).

Lewat Balige

Kesempatan melakukan perjalanan ke Pulau Samosir melalui darat ini saya dapatkan saat saya dan tim melakukan audit ke 4 kantor pos cabang di Pulau Samosir. Kantor tersebut berada di bawah pengawasan Kantorpos Balige.

Perjalanan dimulai dari Balige,  kemudian melewati Dolok Sanggul dan Hoetagaloeng yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan, lalu wilayah Singkam yang masuk dalam wilayah Kabupaten Samosir.

Tele, salah satu tempat untuk melihat keindahan Pulau Samosir (Fotopribadi)
Tele, salah satu tempat untuk melihat keindahan Pulau Samosir (Fotopribadi)

Dalam perjalanan menuju ke Samosir ini, kami sempat berhenti di sebuah tempat namanya Tele, masuk dalam wilayah Kabupaten Samosir. Dari tempat ini, kita bisa menyaksikan keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir. Kita juga bisa melihat Gunung Pusuk Buhit, yang dipercaya sebagai tempat pertama kali nenek moyang Suku Batak berasal.

Setelah melewati jembatan Tano Ponggol, tim kami dipecah menjadi dua. Satu tim ke Panguruan dan Ambarita, tim lain menuju Mogang dan Nainggolan.

Saya masuk dalam tim dengan tujuan Pangururan dan Ambarita. Perjalanan ke kedua tempat tersebut menyusuri jalan di pinggir Danau Toba. Danau Toba berada di sebelah kiri jalan. Tim kedua, dengan tujuan Mogang dan Nainggolan, juga menyusuri jalan di pinggir Danau Toba berada di sebelah kanan jalan.

Desa Wisata Tuktuk

Setelah tugas selesai, dua tim bertemu di Tuktuk Siadong, salah satu tempat yang menyimpan keindahan di Danau Toba, sebuah desa kecil yang terdapat di kawasan pesisir Pulau Samosir yang berbentuk seperti sebuah tanjung.

Salah satu homestay di Desa Tuktuk (Foto pribadi)
Salah satu homestay di Desa Tuktuk (Foto pribadi)
Desa ini sangat populer di kalangan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Puluhan penginapan dan rumah makan berderet di sepanjang jalan desa ini. Hotel berbintang juga tersedia, viewnya biasanya langsung menghadap ke Danau Toba.

Jalan & trotoar di Desa Tuktuk (Foto pribadi)
Jalan & trotoar di Desa Tuktuk (Foto pribadi)

Saat ini, Desa Tuktuk Siadong juga sedang dibangun. Rumah-rumah penduduk direnovasi dan siap menjadi homestay.

Jalan-jalan dan lampu pinggir jalan juga ditata dengan rapi dan indah agar para pengunjung nyaman dan betah berlama-lama tinggal di desa ini.

Saat kami datang, suasana desa masih sepi. Dalam suasana covid seperti sekarang ini, memang belum banyak wisatawan yang mau datang ke tempat ini.

Semua orang tentu berharap, pandemi segera berlalu dan kehidupan kembali berjalan normal seperti sedia kala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun