Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyebrang ke Pulau Samosir di Danau Toba

25 Maret 2021   08:00 Diperbarui: 25 Maret 2021   10:01 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Pulau Samosir dari Danau Toba (Foto pribadi)

Ketika masih sekolah di SD dulu, ada dua pertanyaan yang sering muncul dalam ujian IPS, yaitu soal tentang “Apa nama danau terluas di Indonesia?” dan “Apa nama pulau di tengah Danau Toba?”. Jawabannya tentu kita sudah tahu, yaitu Danau Toba dan Pulau Samosir.

Alhamdulillah, saya diberi kesempatan bisa mengunjungi dua tempat yang namanya sudah populer sejak puluhan tahun lalu tersebut.

Danau Toba sudah saya tulis pada dua tulisan saya terdahulu, yaitu Danau Toba dari arah Kabupaten Karo dan dari arah Kabupaten Simalungun. Yang belum saya tulis adalah tentang Pulau Samosir.

Pulau Samosir adalah pulau yang berada di tengah Danau Toba. Luasnya sekitar 63.000 hektare atau kurang lebih 640 km persegi. Hampir sama dengan luas negara Singapura. Pulau ini menduduki tempat ke-5 sebagai pulau terbesar di dunia yang berada di tengah danau.

Saat ini Pulau Samosir masuk dalam wilayah Kabupaten Samosir. Sebelumnya, bergabung dalam wilayah Kabupaten Kabupaten Toba-Samosir (Tobasa).

Dari Parapat

Banyak jalan menuju Pulau Samosir, salah satunya melalui Parapat. Dari halaman belakang hotel tempat kami menginap, ada perahu yang menawarkan kepada para pengunjung untuk menyebrang ke Pulau Samosir.

Ongkosnya 50 ribu rupiah per orang pergi-pulang. Perahu ini memuat sekitar 40 penumpang.

Saat berlayar, perahu yang membawa kami, tidak langsung menuju ke Tomok. Kami sempat dibawa ke sebuah situs yang biasa disebut dengan Batu Gantung. Sebuah batu yang menggantung di lereng perbukitan batu.

Batu Gantung di pinggiran Danau Toba (Foto pribadi)
Batu Gantung di pinggiran Danau Toba (Foto pribadi)

Cerita tentang Batu Gantung ini biasa dikaitkan dengan legenda seorang gadis bernama Seruni, yang memendam kesedihan luar biasa, karena terpaksa menikah dengan lelaki pilihan orang tua,  yang sebenarnya tidak dicintainya.

Akhirnya dia memilih jalan bunuh diri dengan cara terjun dari atas gunung. Pada saat terjun, rambut gadis tersangkut di salah satu pepohonan yang tumbuh di tebing jurang. Tubuhnya tergantung menjadi batu.

Tomok

Setelah menempuh waktu perjalanan sekitar 45 menit, akhirnya kami tiba di Tomok. Dari kejauhan sudah terlihat sebuah dermaga tempat menaikkan dan menurunkan penumpang dari perahu.

Dermaga Tomok (Foto pribadi)
Dermaga Tomok (Foto pribadi)

Desa Tomok merupakan pintu gerbang wisatawan yang ingin mengunjungi Pulau samosir dari Parapat. Desa ini berada di wilayah Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

Desa ini menyimpan beragam situs sejarah dan budaya batak yang masih dijaga hingga hari ini. Di desa ini kita bisa menemukan benda-benda jaman megalitik. Ada makam-makam tua Raja Sidabutar, gereja tua, Museum batak, Patung Sigalegale, batu kursi Tomok, patung gajah purba dan lain-lain.

Tari Sigalegale sangat diminati wisatawan (Foto pribadi)
Tari Sigalegale sangat diminati wisatawan (Foto pribadi)

Salah satu pertunjukan yang banyak diminati pengunjung adalah Tari Sigale-gale, tarian khas Batak yang sudah cukup terkenal.

Tempat jualan souvenir (Foto pribadi)
Tempat jualan souvenir (Foto pribadi)

Desa Tomok juga merupakan salah satu sentra penjualan souvenir khas Batak di Danau Toba. Ratusan kios  berjejer di sepanjang jalan lebih 1 km yang menjual berbagai cinderamata seperti baju, ulos, patung, gelang, gantungan kunci dan berbagai benda lainnya. Cinderamata tersebut juga memiliki motif dan warna khas Batak, yakni merah, putih, hitam.

Ombak dan Angin Kencang Saat Pulang

Setelah berkelililing Tomok sekitar 3 jam. Akhirnya kami memutuskan pulang kembali ke Parapat, masih menggunakan perahu yang sama saat kami berangkat dengan penumpang yang sama pula.

Saat pulang, angin dan ombak di Danau Toba ternyata cukup kencang. Perahu yang membawa kami sempat oleng beberapa kali. Banyak penumpang yang berteriak ketakutan.

Perahu dari Parapat ke Tomok (Foto pribadi)
Perahu dari Parapat ke Tomok (Foto pribadi)

Saya tidak merasakan suasana itu, karena saya merasakan kantuk yang luar biasa tertidur begitu kapal berangkat.

Istri dan anak saya mengalami sedikit trauma dengan kejadian tersebut dan kayaknya gak akan mau lagi naik kapal menuju Pulau Samosir.

Alhamdulillah, akhirnya kami dapat merapat kembali dengan selamat di Parapat meski dengan perasaan penuh kecemasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun