Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mencicipi Kopi Gayo Terbaik di Takengon

5 Maret 2021   09:18 Diperbarui: 7 Maret 2021   07:53 3069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain menikmati keindahan Danau Laut Tawar, kegiatan lain yang sebaiknya tidak dilewatkan selama berada di Takengon, Aceh Tengah, adalah mengunjungi kebun dan pabrik pengolahan sekaligus menyeruput kopi Gayo.

Dataran Tinggi Gayo, yang wilayahnya meliputi Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan sedikit Gayo Lues,  merupakan daerah penghasil kopi arabika terbaik di Indonesia, bahkan sudah dikenal sampai manca negara.

Tanaman kopi di daerah ini sudah sejak lama ditanam. Menurut catatan, perkebunan kopi di Tanah Gayo, telah dikembangkan sejak tahun 1908. Tanaman kopi sangat cocok dan tumbuh subur di wilayah yang berada di ketinggian 1200 di atas permukaan laut ini.

Kopi Arabika

Secara keseluruhan, wilayah Aceh dikenal sebagai penghasil kopi terbesar di Indonesia. Ada dua jenis kopi yang ditanam di daerah Aceh, yaitu jenis robusta dan arabika. Kopi robusta yang terkenal dihasilkan dari wilayah Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh. Kopi Ulee Kareng ini sangat populer di Banda Aceh. Hampir semua kedai kopi di kota Serambi Mekkah menyajikan kopi jenis ini.

Hasil akhir olahan kopi di pabrik H Aman Kuba (foto pribadi)
Hasil akhir olahan kopi di pabrik H Aman Kuba (foto pribadi)

Sementara jenis arabika dihasilkan dari Dataran Tinggi Gayo. Di wilayah ini, rata-rata petani menanam kopi jenis arabika. Jenis kopi ini memiliki cita rasa yang khas dengan ciri utama antara lain aroma dan perisa yang kompleks dan kekentalan yang kuat.

Pabrik Pengolahan Kopi 

Siang itu, sehabis makan siang, tuan rumah mengajak saya dan rombongan mengunjungi pabrik pengolahan kopi Aman Kuba, yang terletak di Jalan Lebekader, Takengon.

Pabrik kopi yang dirintis oleh H Aman Kuba ini termasuk salah satu perintis pabrik pengolahan kopi di Takengon. Ia memulai usahanya sejak tahun 1958 dan kini diteruskan oleh anak-anaknya.

Banyak jenis produk kopi yang dihasilkan pabrik ini, antara lain Arabika Gayo dari Grade 5 sampai Grade 1, Long Berry, Pea Berry, Specialty, Wild Luwak dan Wine.

Sayang siang itu kami tidak bisa mencicipi tester kopi yang ada di pabrik tersebut. Ada sedikit gangguan sehingga kedai tidak bisa menyajikan kopi kepada kami.

Sebagai oleh-oleh, kami membeli beberapa bungkus kopi jenis Wine, specialty dan grade 5.

Tidak cukup di pabrik H Aman Kuba, kami melanjutkan perjalanan ke pabrik pengolahan lain yaitu Kopi Oro, yang letaknya juga tidak begitu jauh dari Pabrik H Aman Kuba.

Siang itu kami menyaksikan kesibukan para perempuan sedang menyortir kopi secara manual. Di sisi lain, ada dua rombongan bus wisatawan yang mengunjungi pabrik tersebut.

Para pekerja sedang menyortir kop (foto pribadi)
Para pekerja sedang menyortir kop (foto pribadi)

Kami sempat masuk ke ruangan tempat display produk Oro, termasuk meihat berbagai jenis kopi yang disimpan di toples kaca. Buset, ternyata jenisnya lebih dari 50 jenis kopi siap olah.

Berbagai jenis kopi arabika dengan kualitas terbaik (foto pribadi)
Berbagai jenis kopi arabika dengan kualitas terbaik (foto pribadi)

Selain mengunjungi pabrik pengolahan kopi, dalam perjalanan kembali dari Takengon ke Lhokseumawe, saya juga dibawa oleh teman saya mengunjungi kebun kopi miliknya. Luas kebunnya sekitar 0,5 hektare, ditanami sekitar 500 pohon kopi. Kopi itu biasanya dipetik dan diolah sendiri menjadi produk kopi siap dikonsumsi. Kopi itulah yang dihidangkan kepada kami.

Melihat kebun dan pabrik pengolahan kopi di Takengon, saya jadi ingat kopi di Temanggung, kampung saya. Selama ini, saya lebih mengenal  satu jenis kopi, yaitu buatan ibu saya. Di Jawa, untuk pembuatan bubuk kopi, biasanya dicampur dengan beras, porsinya 50 persen kopi dan 50 persen beras.

Sewaktu masih kuat, beliau biasa menggoreng kopi, menumbuk di lesung hingga menjadi bubuk kopi, kemudian membungkus kopi itu untuk dijajakan di warung rumah. Kini, semua pekerjaan tersebut lebih banyak diserahkan ke orang lain. 

Sekarang saya sering menyeruput berbagai jenis minuman kopi, yang kadang harganya cukup mahal untuk ukuran saya. Tetapi bagi saya, kopi yang paling masuk di hati ya tetap kopi kampung buatan ibu saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun