Kami membayangkan, sampai di tempat menu nasi bebek akan disajikan secara cepat dan kami langsung bisa menyantapnya. Perut kami sudah mulai memanggil-manggil untuk segera diisi.
Ternyata? Bayangan indah tersebut untuk sementara harus dikubur dalam-dalam. Untuk bisa menyantap Sepiring nasi Bebek Sinjay di tempat asalnya, kami harus melalui proses yang panjang. Tidak cukup lima atau sepuluh menit, tetapi memakan waktu berjam-jam.
Minggu siang itu pengunjung sangat ramai. Bus-bus besar dari luar kota banyak diparkir di sekitar rumah makan tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah rombongan peziarah yang akan akan berziarah ke makam salah seorang ulama Madura yang namanya cukup harum dan terkenal, yaitu makam Syaikhona Kholil Bangkalan.Â
Makam tersebut termasuk salah satu tempat wisata religi yang banyak dikunjungi para peziarah. Â Wisata Indonesia memang sangat kaya dan beragam. Wisata religi bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang potensinya sangat bagus jika digarap dengan serius.
Jalan Panjang Mendapatkan Sepiring Nasi Bebek Sinjay
Untuk mendapatkan seporsi Nasi Bebek Sinjay, paling tidak harus melalui tiga tahap antrian.Â
Antrian pertama adalah antrian untuk memilih dan membayar menu makanan yang kita pesan. Saat itu kami berada di nomor urut sekitar 50-an. Cara antriannya tinggal berdiri saja, urut ke belakang.Â
Sebenarnya ada dua kasir yang melayani di loket ini, tetapi karena cara melayaninya kurang cepat, untuk tahap ini antriannya memakan waktu sekitar 40 menit. Harga sepiring nasi bebek plus minuman cukup bersahabat, 25 ribu rupiah.Â
Mencari meja untuk makan ternyata juga bukan hal yang mudah. Â Saat itu hampr semua meja sudah terisi, kami harus berkeliling untuk mencari tempat kosong. Alhmadulillah, setelah menunggu sekitar 10 menit ada juga tempat kosong, tapi harus dibersihkan dulu.