Beruntung saya punya teman, namanya Uda Amri Zubair. Saat ini dia menjabat sebagai pimpinan kantor cabang BUMN di salah satu wilayah di Sumatera Barat. Dulu pernah sekantor dengan saya waktu di Jakarta.
Selama dua hari, tanggal 14-15 April 2018 dia menemani saya dan istri berkeliling ke beberapa tempat wisata di Sumatera Barat. Beruntung juga tanggal 14-nya adalah hari libur sehingga tidak sampai mengganggu acara dinas dia.
Salah satu tempat yang kami kunjungi adalah Nagari Pariangan yang dinobatkan oleh majalah Travel Budget, majalah pariwisata Internasional yang berbasis di New York, Amerika Serikat, sebagai salah satu desa terindah di dunia bersama 15 desa lainnya di seluruh dunia pada tahun 2012.
Nagari ini juga disebut Nagari Tuo karena dipercaya sebagai desa pertama yang dibangun di sekitar puncak gunung Merapi. Pariangan juga dipercaya sebagai  cikal bakal sistem kemasyarakatan Nagari yang digunakan di Ranah Minang.
Desa Eksotis
Mengunjungi Nagari ini kita akan melihat sebuah pemandangan yang sangat eksotis. Â Kita bisa menjumpai rumah-rumah adat yang sudah berusia ratusan tahun dan masih dipertahankan hingga ini, menikmati pemandangan perkebunan atau persawahan yang masih hijau dan menawarkan kesejukan dan kesegaran. Â
Di tempat ini kita juga bisa berwudlu dan mandi dengan air panas yang tak pernah berhenti mengalir.
Salah satu bangunan paling besar dan menonjol di nagari ini adalah Masjid al Ishlah. Masjid ini punya ciri khas. Â Masjid yang dibangun pada abad 19 oleh Syekh Burhanuddin, seorang ulama besar Minang di masa itu, arsitekturnya tidak seperti rumah adat Bagonjong, tetapi memakai arsitektur Dongson, yang menyerupai kuil Di Tibet.
Masjid ini memiliki 13 jendela, 6 menghadap ke arah selatan, 5 ke arah utara dan 2 ke arah timur. Setiap jendela juga dihiasi dengan penggalan ayat al-Quran yang juga dipahat dengan seni ukir Minang.