Pada kunjungan yang pertama ke Bukittinggi pada tanggal 7 April 2018, saya dan istri sempat mampir untuk makan siang di Kapau Uni Lis yang terletak di Pasar Ateh.
Menu andalan di rumah makan ini adalah Gulai Tambusu. Tambusu adalah masakan gulai yang terbuat dari usus sapi yang di dalamnya diisi campuran tahu, telor dan bumbu-bumbu lainnya.
Istri saya yang memesan menu tersebut. Saya sendiri memesan dendeng balado yang juga tak kalah lezatnya. Saking nagihnya, saya sampai menambah nasi satu porsi plus tambahan nasi dari piring istri.
Terus terang saya agak menghindari makanan yang berbau jeroan. Tetapi karena rasa penasaran dan  ada jaminan dari Uni Zar yang melayani kami, Tambusu aman dan bebas dari kolestrol dan asam urat, saya pun akhirnya mencicipi dengan lahap sang Tambusu.
Cara penyajian makanan di Kapau berbeda dengan di rumah makan Padang pada umumnya. Di Kapau nasi disajikan secara rames, lauknya sekalian ditumpangkan di atasnya. Sementara di rumah makan Padang yang lain, biasanya nasi dan lauk pauk disajikan secara terpisah, hingga meja tempat kita makan bisasanya penuh dengan lauk pauk.
Selain Tambusu dan dendeng balado , lauk pauk lain yang tersedi di Kapau Uni Lis adalah gulai cubadak (nangka), babek (babat), telur ayam, Â belut goreng, rendang, dan lain sebagainya.
Kapau atau biasa disebut Nagari Kapau sendiri sebenarnya merupakan nama sebuah tempat di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dari tempat ini lahir menu-menu istimewa yang sudah tersebar dan terkenal di se antero wilayah Indonesia, bahkan sampai ke manca negara. Di Jakarta, kita bisa dengan mudah menemukan kapau di sekitar wilayah Kwitang dan Pasar Senen.
Gulai Itiak
Pada hari Sabtu minggu berikutnya, tanggal 14 April 2018, untuk menu siang kami mencoba menu Gulai Itiak Lado Mudo (gulai itik cabe hijau). Lokasinya terletak persis di pertigaan menuju pinggir Ngarai Sianok.
Rumah makan tersebut sebenarnya berukuran kecil, namun di kalangan pecinta kuliner sudah cukup terkenal. Menu andalannya ya gulai itik cabai hijau dan  gulai ayam kampung cabai hijau.
Karena itu saya perlu menambah porsi nasi satu piring lagi karena daging bebek yang dihidangkan cukup besar porsinya.
Warung tersebut kelihatanyya selalu ramai dengan jumlah pengunjung. Setiap harinya rata-rata menghabiskan sekitar 40 ekor bebek dan 20 kilogram cabai. Pada masa liburan, bisa menghabiskan 75 sampai 100 ekor bebek dan 50 kilogram cabai.
Sebenarnya saya juga pingin mencicipi kuliner lainnya, tetapi karena waktu yang sangat terbatas saya tentu tidak bisa melakukan semuanya.
Selamat menunaikan ibadah puasa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H