Akhir Nopember 2017 lalu, saya punya kesempatan mengunjungi kota Medan. Ini merupakan kunjungan saya yang kedua ke kota terbesar di pulau Sumatera ini. Kunjungan pertama saya ke kota ini sudah sangat lama, yaitu pada tahun 1990 atau sekitar 28 tahun lampau. Itu pun hanya lewat, karena tujuan utama saya adalah ke Kutacane, Aceh Tenggara.
Sebenarnya masa kunjungan saya di Medan saat ini cukup lama, yaitu 1 minggu. Tetapi karena tujuan utama dinas, maka saya punya waktu kosong pada hari sabtu dan Ahad. Alhamdulillah, saya bisa mengunjungi beberapa tempat yang selama ini menjadi daya tarik utama para wisatawan mengunjungi kota Medan.
Medan termasuk salah satu destinasi di Sumatera Utara yang banyak dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun manca negara. Selama di kota ini saya banyak bertemu dengan turis di Malaysia, bahkan di hotel tempat saya menginap juga sebagian besar juga wisatwan dari negara jiran tersebut.
Medan merupakan kota terbesar nomor tiga diIndonesia, setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini mempunyai sejarah yang panjang. Kota ini berawal dari sebuah kampung yang didirikan oleh Guru Patimpus di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura.
Hari jadi Kota Medan ditetapkan pada tanggal 1 Juli 1590. Pada tahun 1632, Medan dijadikan pusat pemerintahan Kesultanan Deli, sebuah kerajaan Melayu. Bangsa Eropa mulai menemukan Medan sejak kedatangan John Anderson dari Inggris pada tahun 1823.
Peradaban di Medan terus berkembang hingga Pemerintah Hindia Belanda memberikan status kota dan menjadikannya pusat pemerintahan Karesidenan Sumatera Timur. Memasuki abad ke-20, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.Â
Medan merupkan kota multietnis yang penduduknya terdiri dari berbagai  latar belakang budaya dan agama. Selain Melayu sebagai penghuni awal, Medan didominasi oleh etnis Jawa, Batak, Tionghoa, Mandailing, dan India.
Banyak obyek wisata menarik yang bisa kita kunjungi di Medan, mulai dari wisata sejarah, wisata religi hingga wisata kuliner. Berikut ini adalah beberapa fasilitas dan tempat yang sempat saya nikmati selama berada di Kota Medan.
Kereta Bandara
Bandara Kualanamu Medan termasuk bandara pertama di indonesia yang menggunakan kereta sebagai sarana transportasi dari dan ke bandara. Untuk bisa naik kereta bandaraini, kita harus membayar seratus ribu rupiah.
Stasiun kereta bandara terletak di seberang pintu kedatangan penerbangan domestik. Stasiun tersebut terletak dalam sebuah komplek bangunan yang megah dan modern.
Begitu masuk bangunan tersebut kita akan menjumpai loket pembelian tiket kereta. Tempat pemberangkatan kereta, terletak di belakang gedung dan dilapisi dengan kaca.
Masjid Raya Al Mashun Medan
Tempat ini termasuk daftar wajib tempat yang saya kunjungi. Kebetulan hotel yang saya tempati letaknya tidak jauh dari masjid ini. Tinggal jalan kaki sekitar 300 meter.
Masjid yang terletak di Jalan Sisingamangaraja Medan ini dibangun pada tahun 1909, termasuk salah satu di antara tiga masjid tertua di Medan.
Premarkasanya adalah Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906.
Keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden. Sultan sengaja membangun masjid kerajaan ini dengan megah. Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon Tjong A Fie, tokoh kota Medan dari etnis Tionghoa yang sezaman dengan Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah turut berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini.
Bangunan ini didominasi warna putih dengan paduan warna hijau muda, masih terlihat anggun, megah dan kokoh.
Istana Maimun
Dari Masjid Raya Al Mashun, saya kemudian melanjutkan perjalanan ke Istana Maimun yang letaknya hanya sekitar 200 meter di sebelah barat masjid. Dibanding masjid raya, bangunan Istana Maimun terihat lebih sederhana. Ini sejalan dengan prinsip sultan bahwa masjid yang dia bangun harus lebih megah daripada istana tempat dia bertahta.
Istana Maimun yang treletak di Jalan Brgjend katamso ini juga didirikan oleh Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Istana ini dibangun pada 26 Agustus 1888 dan baru diresmikan pada 18 Mei 1891.
Di istana ini saya sempat menyewa baju seragam kebesaran raja. Hargan sewanya cukup murah, yaitu Rp 20.000, tersedia bermacam-macam warna, ada wara kuning, biru, hijau dan merah. Saya memilih warna merah untuk foto tersebut.
Rumah Tjong A Fie
Sejarah kota Medan tidak dapat dilepaskan dari nama Tjong A Fie. Tjong A Fie adalah seorang pengusaha, bankir  dan kapitan yang berasal dari Tiongkok  dan sukses membangun bisnis besar dalam bidang perkebunan di Sumatera. Tjong A Fie membangun bisnis besar yang memiliki lebih dari 10.000 orang karyawan. Dia lahir tahun 1860 di Guangdong dan meninggal di Medan pada tahun 1921.
Sisa-sisa kejayaan Tjong A Fie dapat kita saksikan di Rumah Tjng A Fie yang terletak di Jalan Kesawan Medan. Untuk bisa masuk ke dalam kediaman Tjong A Fie kita harus membayar tiket sebesar Rp 35.000.
Duren Ucok
Belum ke Medan, kalau tidak singgah di Duren Ucok. Warung durian milik Zainal Abidin atau biasa disapa dengan Ucok sangat terkenal.
Ucok sudah menekuni dunia perdurianan sejak 34 tahun lalu. Jadi dia paham betul soal durian. Kita tidak perlu khawatir akan mendapat durian yang tidak neak, kita dapat langsung menukar dengan durian yang lain.
Harga yang ditawarkan variatif, mulai dari Rp 20.000 sampai Rp 50.000, tergantung ukuran dan rasa. Dua rasa durian yang ditawarkan Ucok adalah rasa manis legit dan pahit.
Mie Titi Bobrok
Tidak lengkap jika kita mengunjungi suatu kota, tanpa mencicipi kuliner khasnya. Mie Aceh adalah salah satu kuliner yang dapat kita jumpai di beberapa sudut kota Medan. Warung mie Aceh yang paling terkenal di Medan adalah Mie Titi Bobrok, yang terletak di Jalan Setia Budi.
Terkenal dengan nama Titi Bobrok karena warung ini terletak berdekatan jembatan (titi) yang dulu dalam keadaan bobrok (rusak). Jembatannya kini tentu sudah diperbaiki tetapi nama Titi Bobrok sudah kadung terkenal.
Saat menyantapnya, akan ditemani irisan acar bawang dan jeruk nipis serta ditemani dengan emping melinjo, irisan mentimun tiap porsinya.
Saat paling nikmat menyantap mie Aceh adalah pada malam hari apalagi pada musi hujan. Mie Aceh yang disajikan dalam keadaan masih panas dapat menghangatkan badan kita.
Soto Kesawan
Selain mie Aceh, ada kuliner lain yang juga terkenal di Medan, yaitu Soto Kesawan yang terletak di Jl. Ahmad Yani, tepat di seberang Tjong A Fie mansion.
Keunikan dari Soto Kesawan ini adalah soto udangnya. Soto Udang Kesawan menggunakan bahan baku udang galah segar dan dibiarkan utuh tidak dipotong-potong, namun sudah dibersihkan dari kulit dan kepalanya.
Soto udang ini disajikan dengan nasi putih yang masih hangat dalam piring terpisah. Kita juga dapat menambahkan perkedel kentang ke dalam soto agar kuahnya menjadi lebih kental dan lebih gurih.
Selain Soto Udang, kedai ini juga menyediakan varian soto lain seperti soto daging, jeroan dan Ayam. Kita juga bisa memesan soto kombinasi. Kemarin saya memesan soto udang plus daging sapi.
Sebenarnya masih banyak obyek lain yang bisa diulas tentang kota Medan. Mudah-mudahan saya masih bisa melanjutkan tulisan ini, baik eksplorasi lebih mendalam tentang obyek di atas maupun obyek lain yang belum disebutkan.
Referensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H