Saat lebaran adalah saat menikmati masakan enak.Â
Jaman kecil dulu, makan daging ayam adalah sebuah kemewahan. Dalam setahun jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Salah satunya adalah pada saat lebaran.
Momen lain bisa menikmati daging ayam adalah saat bapak mendapat undangan kenduri. Ibu biasanya membagi nasi kenduri tersebut dalam piring-piring kecil sebanyak anggota keluarga dalam rumah. Sepotong daging ayam kecil juga disuwir-suwir dalam pembagian tersebut.
Kami biasanya berebutan memilih piring yang porsi suwiran dagingnya paling banyak atau irisan kuning telurnya paling besar.
Momen lainnya adalah saat tetangga mengadakan acara wiwit, yaitu upacara memulai panen padi. Pada malam harinya, sang pemilik sawah biasanya mengundang anak-anak pergi ke sawah untuk dibagi nasi gurih dan daging ayam. Sebagian juga memberi sesaji di bagian tertentu sawah.
Saat itu makan daging ayam rasanya enak sekali. Entah karena kami jarang makan daging atau masakannya memang enak.
Berbeda dengan jaman sekarang, makan ayam, apalagi jenis ayam pedaging, rasanya sangat hambar dan bisa dikatakan tidak ada sensasinya.
Empis-empis
Berbeda dengan masakan daging ayam. Ada satu masakan khas daerah Temanggung, yang dari dulu hingga sekarang, yang saya bisa menikmati sensasi kelezatannya, yaitu masakan Empis-empis.Â
Masakan ini adalah sejenis masakan oseng-oseng berbahan baku utama cabe hijau, bisa cabe besar atau cabe rawit.Â
Cabe rawit biasanya lebih pedas daripada cabe besar. Untuk campurannya biasanya menggunakan tetelan daging sapi atau tempe.
Selama lebaran ini, Empis-empis banyak dijadikan sebagai salah satu menu utama di rumah-rumah orang Temanggung. Jika kita bertamu dan bersilaturahmi ke rumah mereka, kita juga bisa menikmatinya.
Saya sendiri, sebenarnya suka pedas. Tapi kalau kebanyakan biasanya perut yang tidak tahan, apalagi kalau kondisi fisik lagi kurang fit.Â
Reaksi yang paling umum biasanya adalah perut menjadi mules dan menjadi sering buang air besar.Â
Kalau sudah begitu, saya sudah harus banyak menahan diri, meski sebenarnya nafsu untuk melahapnya masih besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H