Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Inikah Akhir Era Bus Antarkota?

4 Juli 2016   08:23 Diperbarui: 4 Juli 2016   14:02 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak ada pembeli di rumah makan (Dok Pribadi)

Hari Ahad kemarin (3/7/2016) saya naik bus umum dari Yogyakarta ke Ngadirejo, Temanggung. Dari terminal Jombor Yogya saya naik bus jurusan Yogya - Semarang kemudian turun di terminal Magelang dan kemudian berganti bus ukuran tiga perempat jurusan Magelang-Ngadirejo.

Pada tahun 1990-an, suasana terminal Yogya dan Magelang menjelang lebaran seperti sekarang ini biasanya sangat padat dengan calon penumpang. Terminal penuh dengan para mahasiswa dan pelajar yang akan mudik merayakan lebaran di kampung halaman mereka.

Pada saat itu, untuk bisa mendapatkan tempat duduk di bus kita harus berjuang keras. Kita harus berebut dengan ratusan penumpang lain untuk bisa masuk ke dalam ke bus yang akan kita tumpangi. Terminal bus Yogya dan Magelang biasanya tidak bisa menampung jumlah penumpang yang membludak.

Pemandangan kemarin, ketika saya naik bus di kedua terminal tersebut, sangat kontras dengan pemandangan masa sekian tahun yang lalu. Suasana terminal bus di Yogyakarta dan Magelang terlihat sangat lengang. Tak terlihat sama sekali suasana kesibukan menjelang lebaran. Jumlah penumpang yang naik bus di terminal tersebut bisa dihitung denga jari. Jumlahnya bahkan lebih sedikit dari jumlah bus yang siap mengangkut mereka.

Jumlah penumpang di Terminal Magelang sangat sedikit (Dok Pribadi)
Jumlah penumpang di Terminal Magelang sangat sedikit (Dok Pribadi)
Saat menunggu bus jurusan Magelang-Sukorejo, saya sempat berbincang-bincang dengan beberapa anggota crew bus. Mereka mengeluhkan keadaan terminal yang sangat sepi dengan penumpang. Di masa lalu, saat-saat menjelang lebaran seperti sekarang ini merupakan peak season, saat mereka bisa menikmati berkah lebaran. Jumlah penumpang akan melonjak, otomatis jumlah uang yang bisa mereka kantongi juga akan bertambah.

Tidak ada pembeli di rumah makan (Dok Pribadi)
Tidak ada pembeli di rumah makan (Dok Pribadi)
Perubahan Perilaku Penumpang

Sejak beberapa tahun ini terjadi perubahan perilaku penumpang kendaraan. Saat ini, orang lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.

Dengan kendaraan pribadi, orang bisa lebih bebas bergerak kesana-kemari. Mereka tidak perlu berganti dari satu kendaraan ke kendaraan lain, yang seringkali tidak praktis dan tidak murah pula.

Dari segi keamanan dan kenyamanan, kendaraan pribadi tentu menawarkan berbagai keunggulan. Dengan kendaraan pribadi, kita tidak perlu takut dengan kejahatan copet yang sempat merajalela di beberapa trayek bus umum seperti jurusan Yogya-Semarang yang dulu penumpangnya memang cukup padat.

Dari segi kenyamanan, kendaraan pribadi juga tentu lebih nyaman karena ber-AC dan bebas rokok. Bus-bus ekonomi yang melayani trayek tersebut rata-rata adalah bus tua dan tidak ber-AC. Di dalam bus, orang juga bebas mengepulkan asap rokok meski di bulan Ramadan sekalipun.

Sejak beberapa tahun, saya lihat jumlah bus-bus besar di trayek yang biasa saya tumpangi tersebut jumlahnya terus menurun. Bahkan bus besar ekonomi jurusan Magelang-Ngadirejo sejak beberapa tahun terakhir ini juga sudah tidak menampakkan batang hidungnya. Padahal dulu jumlahnya puluhan. Ada bus Sumber Waras, Ramayana, Handoyo dan lain-lain.

Kini yang melayani trayek bus jurusan Magelang-Ngadirejo hanya bus-bus tiga perempat seperti yang saya tumpangi. Sementara untuk jurusan Yogya-Semarang, masih banyak bus besar yang melayani. Jumlahnya dari tahun ke tahun juga terus menurun.

Kalau tren seperti ini terus berlanjut. Saya yakin bus besar ekonomi tersebut juga akan menjadi sejarah. Lalu bagaimana dengan nasib penumpang yang ingin menggunakan kendaraan umum nantinya?

Saya yakin suatu saat pasti ada gantinya. Mungkin tren menggunakan angkutan berbasis aplikasi adalah salah satu jawabannya. Angkutan berbasis aplikasi ini saat ini sedang giat-giatnya berekspansi di kota-kota lain di luar ibukota Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun