Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Semalam di Melaka

10 Mei 2016   07:32 Diperbarui: 15 April 2019   17:35 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ceritanya bermula setahun lalu, sekitar bulan Mei 2015. Waktu itu, saya dan istri pingin jalan-jalan ke luar negeri dengan syarat biayanya tidak boleh lebih atau paling tidak sama dengan biaya jalan-jalan Jakarta-Yogya. Kebetulan kami masih memegang paspor untuk naik haji pada tahun 2013. Rasanya sayang, jika paspor tersebut masa lakunya habis dan hanya dicap satu kantor imigrasi saja, yaitu Saudi Arabia.

Saya iseng-iseng buka web-nya Air Asia yang punya slogan “Now every one can fly”. Alhamdulillah masih ada tiket promosi Jakarta-Kuala Lumpur, untuk pulang pergi tanggal 24 April 2016 dan 26 April 2016. Harga per tiketnya sebesar 300 ribu rupiah atau 600 ribu berdua.

Saya kemudian memesan tiket lewat sebuah aplikasi online dan file-nya saya simpan di sebuah cloud storage. Saya baru “ngeh” kembali dengan tiket itu pada pertengahan Februari 2016 lalu. Kami mulai membicarakan soal perjalanan tersebut, mulai dari soal tempat tujuan, penginapan dan lain-lainnya. 

Kenapa Harus Melaka

Semula kami merencanakan menghabiskan waktu di KL, Kuala Lumpur. Sebagai ibukota Malaysia, banyak tempat yang bisa dikunjungi di KL. Tetapi setelah dipikir, waktu tiga hari kayaknya terlalu lama untuk menjelajahi KL. Saya sendiri kebetulan juga sudah beberapa kali ke KL, jadi sedikit banyak telah mengenal kota tersebut. Akhirnya kami memilih satu kota lagi dan pilihannya jatuh ke Melaka.

I love Melaka

Saat hari keberangkatan tiba. Dari Depok, kami menumpang bus Hiba Utama, shuttle bus Depok-Bandara Soekarno Hatta pemberangkatan pertama, jam 2 pagi dini hari.  Sekitar pukul setengah empat, kami sudah sampai di bandara dan langsung melakukan self check ini di web AirAsia, termasuk melakukan scan paspor dan cetak boarding pass keberangkatan.

Tepat jam 6.20 pesawat terbang dan tiba di Balai Ketibaan KLIA (Kuala Lumpur International Airport) 2, pada pukul 9.30 waktu setempat. Bandara KLIA2 ini dikhususkan untuk maskapai penerbangan AirAsia yang homebase-nya di Malaysia.

Setelah urusan imigrasi yang memakan waktu tidak lebih dari 15 menit selesai, kami langsung mencari tiket bus untuk menuju Melaka.  Mencari bus di bandara ini sebenarnya relatif mudah. Hanya karena belum tahu situasi, maka kami banyak tanya sana-sini.

Semuanya serba teratur dan tercatat secara elektronik. Kita juga tidak perlu khawatir akan mendapat tiket yang harganya lebih mahal dari harga resmi. Saat itu, kami membeli tiket bus StarMart Express, busnya cukup mewah dan nyaman dengan seat 2-2. Harga tiketnya per penumpang sebesar 25 MYR (Malaysia Ringgit).

Bus SmartExpress ini penumpangnya hanya saya dan istri

Yang lebih eksklusif, bus StarMart Express yang kami naiki saat itu penumpangnya hanya dua orang, saya dan istri saya. “Kita seperti orang kaya yang sedang mencarter bus ya!”, gumam istri saya. Jika itu terjadi di Indonesia, kemungkinan jadwal perjalanannya akan dibatalkan atau digabung dengan bus lain.

Tepat jam 10.30, sesuai jadwal, bus berangkat dan melaju dengan kecepatan tinggi di atas jalan hotmix yang sangat halus. Di sepanjang jalan kami melihat perkebunan kelapa sawit yang tertata rapi.  Sekitar pukul 12.15 kami sampai di Melaka Center, terminal bus di Melaka.

Pemandangan sepanjang jalan

Karena sejak pagi belum sarapan, kami kemudian mengisi perut di sebuah kedai makan yang ada di Melaka Center. Saya memesan nasi goreng Tomyam, istri memesan nasi goreng ayam kunyit. Minumnya kami pesan air limau panas. Rasanya enak, bumbunya terasa mantap dan harganya juga cukup bersahabat. Berdua cukup membayar 15 MYR.

Setelah itu kami menuju sebuah hostel di Jalan Kampung Hulu dengan menggunakan bus. Hostel ini juga sudah kami pesan jauh-jauh hari dengan tarif 170 ribu rupiah semalam.  Sehabis meletakkan barang bawaan, kami langsung melanjutkan perjalanan menyusuri Kota Melaka dengan jalan kaki.

Melaka Kota Warisan Dunia

Melaka adalah sebuah kota pesisir pantai yang terletak di sebelah selatan Kuala Lumpur. Kota ini dahulu merupakan ibukota Kesultanan Mala dan pusat peradaban Melayu pada abad ke-15 dan 16. Lalu pada tahun 1511, kota ini ditaklukkan  oleh bangsa Portugis, lalu pada tahun 1641-1795 dikuasai Belanda dan kemudian pada tahun 1820-an dikuasai Inggris  sampai dengan kemerdekaan Malaysia pada tahun 1957. Melaka masuk dalam daftar kota warisan dunia, World Heritage City,  yang ditetapkan oleh UNESCO pada tanggal 7 Juli 2008.

Sungai Melaka, salah satu daya tarik wisata

Sebagai kota tua, Melaka merupakan kota tujuan wisata yang sangat menarik. Banyak bangunan dan gedung tua yang merupakan warisan tiga negara penjajah bisa kita kunjungi di kota tersebut. Tempat-tempat wisata yang bisa kita kunjungi antara lain Jalan Jonker atau Jalan Hang Jebat, kawasan ini merupakan pusat kuliner dan pusat oleh-oleh Melaka, setiap akhir pekan selalu digelar pasar malam yang selalu ramai dikunjungi wisatawan. Selain itu juga ada Stadhuys, Chinatown, Istana Sultan Melaka, Christ Church, Menara Taming Sari, Masjid Terapung, Masjid Kampung Hulu, Masjid Kampung Kling, Gereja St.Francis Xavier dan lain-lainnya.

Peta wisata Melaka (Foto: Lakashop)

Bagi para pencinta wisata kuliner, Melaka saya kira juga merupakan tempat yang sangat baik untuk memanjakan lidah. Mereka yang peduli dengan makanan halal, juga tidak perlu khawatir, Melaka merupakan surga kuliner halal dengan citarasa Melayu dan India.

Cara terbaik menjelajahi Melaka adalah dengan berjalan kaki. Letak satu obyek yang satu dengan yang lainnya tidak terlalu jauh sehingga dalam waktu sehari semua bisa dikunjungi. Dengan jalan kaki, kita bisa menyusuri setiap sudut Melaka yang tak bisa ditempuh dengan cara lain. Bagi yang tidak ingin jalan, banyak moda transportasi lain,  bisa  dengan naik becak hias, bus, sepeda, motor atau naik taksi.

Kami menghabiskan waktu di Melaka dari mulai siang hingga malam. Esok paginya, tanggal 25 April 2016, kami melanjutkan perjalanan ke KL dengan menggunakan bus dari Melaka Central dan turun di Terminal Bersepadu Selatan KL, dengan tiket sebesar 10 MYR per penumpang.

Tulisan serila Melaka lainnya :

1. Menikmati Senja di Tepi Sungai Melaka

2. Mengunjungi Dua Masjid Tua Bernuansa Nusantara di Melaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun