Bandung adalah kota yang sangat kaya dengan bangunan bersejarah. Ini tak lepas dari rencana pemerintah kolonial Hindia Belanda yang ingin memindahkan pusat pemerintahan dari Batavia ke Bandung.
Rencana  pemindahan pusat pemerintahan ke Bandung, menjadikan kota Bandung sebagai medan tempat para perancang memperlihatkan keahliannya dengan berbagai gaya arsitektur modern. Menurut catatan, tidak kurang dari 60 arsitek yang merancang bangunan-bangunan di kota ini. Beberapa nama yang cukup terkenal diantaranya Ir. J. Gerber, kakak-beradik R.L.A. Schoemaker dan Prof.C.P.Wolff Schoemaker, Ir. H.A. Maclaine Pont, A.F Aalbers, F.J.L. Ghijsels, A.W. Gmeling, A.A. Vermont, de EH Piso, F.w. Brinkman dan perancang kota Ir. Thomas Karsten yang terkenal  dengan Master Plan Kota Bandung.
Rencana pemindahan tersebut bermula dari hasil studi tentang kesehatan kota-kota pantai di Pulau Jawa yang dilakukan oleh H.F. Tillema, seorang ahli kesehatan Belanda. Hasil studi tersebut menyebutkan bahwa kota-kota di pantai pulau Jawa, termasuk Jakarta dan Semarang, umumnya berudara panas, tidak sehat dan mudah terjangkit penyakit.
Untuk merealisasikannya, dimulailah pembangunan kompleks perkantoran instansi pemerintah pusat yang mulai dilaksanakan oleh pemerintah kolonial pada tahun 1920. Beberapa instansi pemerintah yang kemudian ikut pindah ke Bandung antara lain Jawatan Kereta Api Negara (S.S), Hoofdbureau PTT (Kantor Pusat Postel), Gouvernements Bedrijven (G.B) yang terdiri dari Dinas Pekerjaan Umum (BOW), Jawatan Meterologi (Tera), Laboratorium dan Museum Geologi, Institut Pasteur (Bio Farma), Balai Besar Perumka, Topographischen Dienst (Dinas Topografi AD), Militairen Vegdienst (AU Militer), Stasiun Radio Telefoni Malabar, Kantor Kas Negara dan beberapa kantor lainnya. Pusat perkantoran instansi sipil dan departemen pemerintahan tersebut menempati lokasi sekitar Gedong Sate sekarang ini (Kunto, Balai Agung di Kota Bandung, 1996:72).
Jauh sebelum rencana pemindahan pemerintah sipil dari Batavia ke Bandung, Tentara Hindia Belanda sebenarnya secara diam-diam telah memilih Bandung sebagai pusat komando militer. Upaya ini dimulai dengan memindahkan pabrik mesiu dari Ngawi dan pabrik senjata dari Surabaya ke Bandung. Setelah itu, pada tahun 1914 lapangan terbang Andir (sekarang Husein Sastranegara) diresmikan sebagai pusat pangkalan udara militer dan pada tahun 1916, Departemen Peperangan, Departement van Oorlog (DVO) ke Gedong Sabau.
Sayang, rencana pemindahan pusat pemerintahan dari Batavia ke Bandung tersebut akhirnya tidak terealisir karena terjadinya resesi (maleise) yang menimpa perekonomian dunia pada tahun 1930-an. Semua proyek besar pemindahan ibukota terpaksa dihentikan. Dari rencana besar tersebut, bangunan militer di Bandung sudah dirampungkan secara tuntas, sedangkan pusat pemerintahan sipil tidak sempat diselesaikan secara tuntas.
Gedong Sabau
Salah satu bangunan peninggalan pemerintah kolonial yang hingga kini masih berdiri dengan megah adalah bangunan yang pernah digunakan sebagai gedung Depertemen Peperangan (Departement van Oorlog) yang terletak di di Jalan Kalimantan no 14 Bandung. Â
[caption caption="Gedong Sabau, saat ini dipakai sebagai gedung Detasemen Markas Komando Militer (Denma Kodam) III/Siliwangi"][/caption]Pembangunan gedung tersebut dimulai pada tahun 1908 dan selesai tahun 1915. Masyarakat Bandung menyebut gedung tersebut dengan Gedong Sabau. Dalam bahasa Sunda, sabau berarti satu bau, satuan ukuran luas sebesar 7.096 m2. Gedung Sabau memang dibangun di atas lahan seluas itu.
[caption caption="Sisi lain Gedong Sabau"]
[caption caption="Sisi lain Gedong Sabau"]