Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih Soal Undangan Makan Siang Presiden Jokowi itu

13 Desember 2015   17:57 Diperbarui: 13 Desember 2015   20:51 1752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Jumat pagi, 11 Desember 2015, ada tiga panggilan dengan nomor yang berbeda masuk ke ponsel saya. Ketika itu saya sedang naik KRL dalam gerbong penuh penumpang, saya tidak bisa mendengar panggilan tersebut karena ponsel saya taruh dalam tas.

Saya berpikir ini tentu panggilan penting. Tiga panggilan dalam waktu yang hampir berurutan dari tiga nomor berbeda. setelah turun dari KRL, saya langsung callback, tetapi semua nomor dalam keadaan sibuk.

Alhamdulillah kira-kira sejam kemudian, saya berhasil menghubungi salah satu nomor. Oh, ternyata dari Kompas Gramedia. Saya tanya kepada operator, ternyata dia tidak tahu permasalahannya dan tidak tahu nomor ekstensi berapa yang telah menghubungi saya.

Saya yakin, kalau penting pasti saya akan ditelepon lagi. Ternyata sampai sore tidak ada panggilan. Saya baru mendapat jawaban soal panggilan telepon tersebut dari Mas Isjet, panggilan akrab Mas Iskandar Zulkarnaen, dari Kompasiana ketika sore harinya bertemu pada acara Nangkring di Kantor Pusat JNE, Tomang, Jakarta Barat. Telepon pagi hari tadi adalah mengenai undangan makan siang untuk 100 Kompasianer bersama Presiden di Istana Negara, Sabtu 12 Desember 2015.

Mas Isjet kemudian juga sedikit bercerita latar belakang soal undangan makan tersebut. Ini berkaitan dengan acara Kompasianival yang digelar di Gandaria City. Sejak awal, panitia sudah merencanakan untuk menghadirkan Presiden Jokowi sebagai keynot speaker dalam acara tersebut. Pengumuman soal ini juga sudah dishare dimana-mana.

Tetapi menjelang hari h-nya, karena berbagai hal dan kesibukan, ternyata Presiden tidak bisa hadir. Sebagai kompensasinya, Presiden mengundang 100 orang Kompasianer untuk makan siang di Istana.

Menurut Mas Isjet, perubahan rencana tersebut cukup mepet waktunya. Tim Kompasiana harus menyiapkan segala sesuatunya secepatnya, termasuk, yang paling penting dan sedikit membuat "heboh" adalah siapa saja Kompasianer yang harus diundang. Apakah hanya para lovers, atau mereka yang aktif, atau pertimbangan lainnya. Untuk masalah ini, saya kira tim dari Kompasiana sudah mempertimbangkan segala sesuatunya. Tetapi, tentu saja tidak bisa memuaskan semua pihak. Ya kita harus maklum.

Kenapa saya ikut diundang, saya tidak tahu alasannya. Saya baru aktif menulis kembali sekitar sebulan yang lalu, setelah sempat off beberapa lama. Terus terang dalam pilpres kemarin saya juga bukan pendukung Jokowi. Satu-satunya tulisan yang saya tulis tentang Presiden Jokowi di Kompasiana adalah tentang sesuatu yang menyatukan Presiden Jokowi dengan Fadli Zon, yang sering disebut penyinyir paling keras.

Makan Siang yang Heboh

Dini hari Sabtu, 12 Desember 2015 sekitar jam 03.40, saya menerima SMS yang mengingatkan undangan di atas termasuk tentang keharusan memakai pakaian batik lengan panjang dan sepatu. Jam 09.00 semua peserta harus sudah berkumpul di Piazza, Gandaria City.

Jam 09 kurang sedikit saya sudah tiba di Gandaria City. Disitu saya lihat sudah berkumpul banyak Kompasianer, dari Semarang, Batam, Riau, Bandung, Ambon, Bali, Menado, Ponorogo dan tentu saja kompasianer lokal dari sekitar Jabodetabek. Dari sisi daerah asal saya kira sudah cukup terwakili.

Yang saya lihat, Mas Isjet, Mas Nurulloh dan Mbak Tara cukup sibuk mengurus acara ini. Mulai dari koordinasi dengan pihak Istana Negara sampai pada saat memandu para Kompasianer di Istana Negara.

[caption caption="Mas Nurulloh, bukan sedang memimpin demo di depan Istana Negara, tetapi sedang memberikan info soal protokoler istana"][/caption]

Termasuk yang paling heboh adalah saat Mas Nurulloh mengumpulkan dan memberi arahan soal protokoler di Istana. Semua undangan tidak boleh membawa tas, kamera atau ponsel. Semua harus ditaruh di tempat yang sudah disediakan.

Sekilas, pemandangan saat Mas Nurulloh memberikan arahan di depan istana, seperti seorang koordinator demo yang sedang berorasi di depan demonstran. Kali ini yang demo adalah para Kompasianer. Kira-kira apa ya tuntutan mereka?

Aturan protokoler yang mengatur bahwa semua undangan tidak boleh membawa kamera atau ponsel ini cukup membuat Kompasianer "mati kutu". Saya yakin, banyak di antara mereka termasuk saya, yang sudah merencanakan untuk mengambil momen-momen penting yang terjadi di istana. Di luar istana saja, sudah heboh banget, apalagi nanti kalau di dalam. Begitu turun mobil semua peserta langsung melakukan selfie atau wefie.

[caption caption="Berfoto ria di depan Istana Negara, kapan lagi kalau tidak sekarang"]

[/caption]

Saya membayangkan, andaikata para peserta dibolehkan membawa gadget, para Kompasianer mungkin akan lebih sibuk berfoto ria. Tapi tenang, kemarin Sukardi Rinakit, staf Tim Komunikasi Presiden, berjanji akan membagikan foto yang diambil fotrografer istana kepada semua yang hadir. Mungkin lewat Tim Kompasiana.

[caption caption="Berpose bersama sebelum masuk istana "]

[/caption]

Jalannya acara

Sekitar jam 12 Presiden Jokowi dan rombongan masuk, terlihat juga Teten Masduki, Kepala Staf Kepresidenan, dan Menteri Sekretaris Negara, Pratikno dan Sukardi Rinakit. Saya sendiri dapat tempat duduk di samping kanan depan meja presiden dan satu meja dengan Sukardi Rinakit.

Setelah duduk sebentar, Presiden Jokowi langsung mengajak seluruh undangan makan. "Kok serius banget, ayo kita makan dulu", kata Jokowi. Presiden kayaknya juga tahu bahwa para peserta sudah lapar. Banyak yang sejak pagi belum makan karena sibuk mempersiapkan diri untuk bisa hadir di acara tersebut. Diplomasi makan ini adalah salah satu senjata unggulan Jokowi sejak menjabat Walikota Solo, terutama ketika memindahkan para pedagang kaki lima dari Taman Banjarsari ke Pasar Klitikan Solo.

Selesai makan, Mas Isjet tampil ke depan mewakili Kompasiana. Dia banyak bercerita tentang Kompasiana dan Kompasianival ke-7 yang temanya tahun ini adalah Indonesia Juara.

Setelah itu, Mas Isjet memberi kesempatan kepada 8 kompasianer untuk menyampaikan uneg-unegnya. Ada Om Jay, panggilan akrab guru blogger Wijaya Kusuma, menyampaikan uneg-unegnya tentang masih rendahnya penetrasi internet di Indonesia serta penghapusan pelajaran TIK di sekolah. Ada Mbak Fera Nuraini, yang pernah menjadi buruh migran selama lebih 10 tahun di Hongkong, menyampaikan uneg-unegnya soal buruknya pelayanan Konsulat Jendral RI terhadap buruh migran. Lalu Mas Agung Sony, menyampaikan masalah kerukunan hidup umat beragama di Bali yang beberapa waktu terakhir ini sedikit terusik. Juga ada Pak TD, Thamrin Dahlan, penulis buku “Prabowo Presidenku”, Mbak Roesda dari Ambon, Mbak Citra yang lagi ambil S3 dan Mbak Aulia Gurdi, ibu rumah tangga.

Kompasianer siap diajak Blusukan Presiden

Setelah para peserta menyampaikan uneg-uneg, tiba giliran kepada Presiden Jokowi untuk menanggapi dan menyampaikan arahan. Beberapa poin arahan presiden sudah banyak dimuat di media massa, antara lain tentang perlunya kita optimis dan selalu berpikir positif untuk menatap masa depan.

Yang agak menarik dan langsung diterima Presiden adalah uneg-uneg atau usulan dari Pak Thamrin Dahlan agar Presiden Jokowi sesekali mengajak kompasianer ikut naik pesawat kepresidenan dan blusukan ke berbagai daerah. Untuk usulan yang satu ini, Presiden langsung merespon dan meminta Teten Masduki untuk mengajak 2 orang kompasianer mengikuti kunjungan presiden.

Tawaran ini tentu menarik seluruh yang hadir. Kompasianer lain saya kira juga tertarik untuk menerima tantangan ini. Mekanisme pemilihannya mudah-mudahan bisa dirumuskan dalam waktu secepatnya.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun