Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Alun-Alun Bandung, Ruang Publik yang Membahagiakan

28 September 2015   13:38 Diperbarui: 1 Oktober 2015   17:17 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal September 2015 ini saya pindah tugas dari Jakarta ke Bandung. Salah satu tempat pertama yang saya kunjungi begitu sampai di Bandung adalah Masjid Raya Bandung dan alun-alunnya. Sebelum pindah, saya pernah menyinggahinya dua kali, meski hanya lewat sekilas saja. Kini, saya punya lebih banyak waktu untuk bernostalgia di tempat tersebut.

Sekitar tahun 1992-1993 saya memang pernah tinggal di Bandung untuk mengikuti pendidikan kedinasan di sebuah BUMN. Hampir setiap akhir pekan saya selalu mengunjunginya untuk sebuah kegiatan keagamaan.

Saat itu, suasana di sekitar masjid terkesan kumuh dan semrawut. Pada pedagang makanan dan alat ibadah seenaknya saja menggelar dagangan mereka. Jalan raya yang berada tepat di depan pintu masjid juga sering dijadikan sebagai tempat mangkal angkot yang tengah mencari penumpang.

Alun-alun Bandung yang berada di seberang masjid juga tak kalah menyedihkan. Kawasan tersebut terkesan kotor dengan sampah yang berserakan dimana-mana. Di malam hari, penerangan juga sangat minim sehingga cukup gelap dan angker. Pot-pot besar dan tanaman hias yang ditempatkan di berbagai sudut justru membuat alun-alun terlihat sempit dan interaksi sosial menjadi terbatas.

Pemerintah Kota Bandung bukannya tinggal diam melihat keadaan tersebut. Setiap walikota terpilih selalu berusaha merenovasi dan menata ulang Alun-alun Bandung menjadi sebuah ruang publik yang aman dan nyaman untuk masyarakat. Tetapi berbagai upaya tersebut nampaknya belum menunjukkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Ruang Publik yang Membahagiakan

Masjid Raya Bandung dan Alun-alun Bandung saat ini sangat berbeda dengan keadaan 22 tahun yang lalu ketika saya meninggalkannya. Bangunan masjid kini terlihat megah dengan dua menara kembar di bagian kanan dan kiri yang menjulang setinggi 81 meter. Suasana di bagian depan dan di dalamnya juga sudah lebih tertata, meskipun, menurut saya, masih belum ideal untuk ukuran masjid setingkat ibukota propinsi.

[caption caption="Masjid Raya dan Alun-alun Bandung"][/caption]

Yang lebih membuat saya terkesan justru penataan Alun-alun Bandung yang kini terlihat sangat keren dan berkelas. Alun-alun tersebut telah bermetamorfosis menjadi sebuah ruang publik terbuka yang aman, nyaman dan gratis, sehingga selalu ramai dikunjungi orang.

Yang membuat keren adalah hamparan rumput sintetis dengan bentuk garis dan kotak yang dipasang di atas lahan seluas 4.000 meter persegi. Dari puncak menara masjid, hamparan rumput tersebut terlihat seperti sebuah lapangan sepak bola milik klub-klub besar di Eropa.

[caption caption="Metamorfosis Alun-alun Bandung (Sumber gambar : 1,2 & 3 blogs.wisatalokal.net, gambar 4 pribadi)"]

[/caption]

Di sebelah selatan hamparan tersebut, dibangun taman bunga aneka warna, ungu, hijau, merah dan kuning. Di sayap sebelah utara, dilengkapi dengan arena bermain anak yang cukup luas, seperti ayunan, jungkat-jungkit dan perosotan. Di sebelah utara arena bermain tersebut, tepatnya di pinggir Jalan Asia Afrika, didirikan sebuah halte bus yang cukup panjang dengan tulisan raksasa “Alun Alun Bandung.”

Sepanjang hari, Alun-alun Bandung selalu ramai dikunjungi orang. Dari mulai pagi, siang sore, hingga malam hari. Dari pinggiran lapangan kita dapat menyaksikan berbagai aktifitas warga. Di malam hari, alun-alun ini juga tidak lagi terlihat angker dan menyeramkan. Di sekeliling alun-alun, dipasang lampu yang cukup terang dengan daya listrik dan panel surya.

[caption caption="Sudut-sudut Alun-alun Bandung"]

[/caption]

Di sana-sini, banyak terlihat pasangan keluarga muda dengan anak-anak yang masih kecil. Mereka tampak sangat berbahagia mengajak buah hati mereka bermain dan berlari kesana-kemari.

Di salah satu sudut, ratusan warga tengah berkumpul membicarakan berbagai problema kehidupan yang terjadi di lingkungan mereka dan bagaimana mencari solusinya.

Di sudut yang lain, sekelompok pelajar berseragam tampak serius belajar bersama. Mereka asyik berdiskusi, membaca buku dan menulis di atas laptop atau lembaran kertas. Mereka terlihat bersungguh-sungguh menyiapkan masa depan mereka.

Di sudut lain lagi, juga terlihat sekelompok anak berseragam bersemangat bermain bola. Mereka berlari dan berebutan bola dari satu sisi ke sisi yang lain. Siapa tahu, sepuluh atau lima belas tahun mendatang akan lahir tim sepakbola kebanggaan Indonesia yang lahir dari lapangan rumput sintetis ini.

Yang tak kalah serunya adalah para pengunjung yang berselife ria. Ada yang sendirian, banyak juga yang berombongan. Mereka bergaya dengan aneka pose, ada yang rebahan, duduk atau berdiri.

Semua warga yang datang ke alun-alun yang dibuka secara resmi pada tanggal 31 Desember 2014 tersebut terlihat riang dan gembira, seakan tak punya beban yang berat dalam kehidupan mereka.

Bahagia Lahir Batin

Penataan Alun-alun Bandung adalah salah satu contoh hasil kerja keras dan tangan dingin Walikota Bandung, M. Ridwan Kamil, atau biasa disapa dengan panggilan Kang Emil.

Sejak awal, Kang Emil yang berlatarbelakang seorang arsitek ini memang punya tekad menjadikan Bandung sebagai kota bahagia, masyarakatnya menjadi masyarakat yang bahagia, murah senyum, saling menyapa dan suka berbagi.

Salah satu cara yang dilakukan Kang Emil untuk membahagiakan warga Bandung adalah dengan membangun ruang publik sebanyak-banyaknya agar masyarakat bisa berinteraksi satu sama lain. Pemerintah Kota Bandung hingga saat ini telah membangun 300 taman tematik. Salah satunya adalah Alun-alun Bandung ini.

[caption caption="Alun-alun Bandung, Ruang Publik yang Membahagiakan"]

[/caption]

Masjid Raya dan Alun-alun Bandung adalah simbol kebahagiaan lahir dan batin. Ada waktunya untuk menyenangkan diri dan berinteraksi sosial, ada waktunya juga untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Maha Pencipta.

Meskipun begitu, alun-alun yang tepat berada di depan masjid tetap ditempatkan sebagai ruang publik yang terbuka yang bisa digunakan semua warga, tidak hanya milik orang atau golongan tertentu saja.

Baru-baru ini Pemerintah Kota Bandung bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik Bandung melaksanakan survei indeks kebahagiaan warganya. Survei ini mengambil sampel acak sebanyak 1.080 responden warga Bandung yang tersebar di berbagai tempat di wilayah Kota Bandung.

Menggunakan 10 variabel yaitu pendidikan, kesehatan, pekerjaan, pendapatan, keamanan, hubungan sosial, ketersediaan waktu luang, kondisi rumah, kondisi lingkungan dan keharmonisan keluarga. Hasilnya, secara umum menunjukkan bahwa mereka cenderung dalam kategori bahagia.

Terwujudnya masyarakat yang bahagia dan sejahtera lahir dan batin bukanlah sesuatu yang mustahil jika pemerintah memang bersungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Dalam skala tertentu, Kang Emil telah memberikan contoh dan komitmen yang kuat untuk mewujudkannya.

Hasil sentuhan dan kerja keras Kang Emil ini bahkan tidak hanya dinikmati oleh warga Bandung saja. Alun-alun Bandung kini telah menjadi salah satu destinasi wisata yang sanggup menarik banyak pengunjung dari kota bahkan negara lain.

Mudah-mudahan contoh keberhasilan penataan ruang publik di kota Bandung ini dapat menjadi insipirasi bagi kota-kota lainnya di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun