Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Liburan yang Mencerahkan di Kaki Gunung Ciremai

9 Januari 2012   06:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:08 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak saya biasanya menghabiskan waktu liburan di rumah kakek dan nenek mereka di Temanggung dan Yogyakarta.

Di Temanggung, tempat tinggal orangtua saya, mereka sangat menikmati suasana khas pedesaan. Mereka sangat senang bisa menemani kakeknya ke sawah merawat tanaman padi, tembakau atau sesekali cabe. Selain itu, berburu ikan di sungai juga merupakan salah satu acara wajib dalam setiap liburan tersebut.

Sehabis jalan-jalan, biasanya mereka akan langsung menyantap berbagai kuliner khas Temanggung yang telah disiapkan oleh nenek di rumah, ada tahu asin, singkong rebus atau goreng, belut goreng, empis-empis, bakso uleg, kuban ramban, sego gono dan lain sebagainya.

Mereka juga sangat menikmati pemandangan indah disana. Setiap pagi, begitu membuka jendela loteng rumah, mereka dapat memandangi gunung Sindoro dan Sumbing yang sangat indah di bagian barat dan barat daya. Sementara di bagian timur agak ke selatan, samar-samar tampak gunung Merpati dan Merbabu menjulang tinggi tak kalah menawannya.

[caption id="attachment_154787" align="aligncenter" width="640" caption="Pemandangan Gunung Sindoro dan Sumbing yang menawan"][/caption]

Sementara ketika berlibur di rumah nenek dari pihak mamah mereka di Yogyakarta, mereka tentu tak akan melupakan kesempatan jalan-jalan ke Malioboro, Prambanan dan berenang bersama saudara-saudara sepupu mereka.

Untuk musim liburan kali ini, rencana jalan-jalan ke Temanggung dan Yogyakarta tersebut ternyata tidak bisa dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya, Tiga anak gadis saya telah mempunyai jadwal sendiri-sendiri yang tidak bisa dikompromikan satu sama lain. Si sulung, yang saat ini kelas 3 SMA, sibuk dengan rencana pertemuan dengan teman-temannya. Sementara dua adiknya, kelas 1 SMA dan 1 SMP, sibuk mempersiapkan ujian kenaikan tingkat karate dan taekwondo. Padahal jauh-jauh hari sebelumnya saya sudah mendapatkan ijin cuti tahunan dari kantor.

Akhirnya kami berembug dan bersepakat bahwa untuk kali ini anak-anak akan menikmati liburan di rumah saja. Jika suatu hari nanti ada waktu kosong bersama kami sepakat untuk makan bersama di luar dan menonton film di bioskop.

Untuk kami berdua, saya dan istri, mereka menyilahkan untuk menikmati liburan kemana saja. Anak-anak sudah siap ditinggal, mereka sudah terlatih kami tinggal untuk berbagai kegiatan. Untuk urusan memasak, mencuci dan berbagai pekerjaan rumah, mereka sudah terbiasa melakukannya.

Bertafakur di Kaki Gunung Ciremai

Libur berdua dengan istri, duh asyiknya. Ini kesempatan mahal yang tidak bisa dilakukan setiap saat dan harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena itu kami mengambil keputusan bahwa liburan kali ini harus diisi dengan kegiatan yang lain daripada yang lain.

Kebetulan kami mempunyai beberapa teman yang cukup aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan. Salah satu kegiatannya adalah mengadakan semacam pesantren ke luar kota untuk pasangan suami istri dalam jangka waktu tertentu.

Kami berdua sepakat mengikuti program tersebut. Kebetulan saat itu juga sudah ada tiga pasangan lain yang sudah mendaftar. Tempat tujuan kegiatan kali ini adalah di daerah Kuningan, beberapa rumah sudah disiapkan untuk menampung kami selama melakukan kegiatan tersebut.

Sesuai dengan waktu yang telah disepakati, akhirnya kami 4 pasang suami istri berangkat dari Depok menuju Kuningan. Di sana, selama dua hari pertama kami tinggal di desa Malaraman Cigugur. Ibu-ibu ditempatkan di rumah salah seorang penduduk, sementara bapak-bapak diinapkan di masjid.

Saat itu pula berbagai kegiatan  mulai dilaksanakan. Acara pertama adalah memusyawarahkan semua kegiatan yang akan dilakukan selama dua puluh empat jam. Siapa yang bertugas membimbing membaca Alquran, siapa yang bertugas membaca berbagai kitab dan referensi agama yang telah disiapkan, siapa yang bertugas memasak untuk rombongan dan berapa besaran uang iuran yang harus ditanggung masing-masing pasangan dan lain sebagainya.

Tugas untuk para bapak juga dimusyawarahkan dengan detil dari menit ke menit, sehingga tak ada waktu yang tidak ada kegiatannya.

Kami sangat menikmati berbagai aktifitas yang dilaksanakan. Jam 03.00 biasanya kami sudah bangun, setelah itu melaksanakan shalat tahajud, tafakur, berdzikir dan membaca Alquran hingga waktu subuh tiba. Sehabis shalat subuh, salah seorang diantara kami biasanya diminta untuk memberikan sedikit tausiah kepada jamaah masjid.

Setelah itu, dari pagi sampai sore, kami terus melakukan kajian agama, diselingi waktu makan dan istirahat. Sore dan malam hari kami biasanya kami berkunjung ke rumah-rumah penduduk di sekitar tempat kami tinggal dan para tokoh masyarakat lainnya.

Yang unik, meskipun berpasang-pasangan, selama kegiatan tersebut kami justru tidak pernah bertemu dengan istri kami. Mereka juga sibuk dengan berbagai kegiatan yang khusus diselenggarakan untuk ibu-ibu.

Setiap hari, biasanya di pagi hari, kami hanya diberi waktu sekitar lima menit untuk bertemu dengan istri, itu pun hanya untuk membicarakan masalah yang berkaitan dengan kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan, semacam evaluasi lah. Jadi jangan pernah membayangkan kami bisa menikmati suasana berdua-duaan dengan istri.

Liburan yang Mencerahkan

Banyak pelajaran yang bisa saya dapat selama liburan kali ini. Antara lain, saya punya banyak waktu untuk menginstropeksi diri sendiri, apakah selama ini saya dapat menjalani hidup sebagai seorang ayah, karyawan kantor, anak, saudara dan sebagai anggota masyarakat  dengan baik atau malah justru sebaliknya.

Saya juga punya kesempatan untuk mengupdate pengetahuan keagamaan saya melalui ustad-ustad yang selalu mendampingi rombongan. Saya juga bisa belajar kearifan dari penduduk setempat yang sangat ikhlas dan terbuka menerima kedatangan kami.

Istri saya kelihatannya juga menikmati acara tersebut. Sesekali boleh lah dia terbebas dari berbagai pekerjaan rutin rumah tangga yang melelahkan dan tak pernah ada habisnya. Dia juga bisa suntuk beribadah tanpa diganggu siapapun, bahkan oleh suaminya sendiri. Selama itu pula dia punya banyak waktu untuk belajar menambah ilmu agama yang selama ini kurang didalaminya.

Setelah dua hari di Malaraman, kami pindah ke desa Tambakbaya,  dua hari kemudian pindah ke desa Sukadana, terus ke Palutungan dan terakhir ke desa Kadugedeh. Praktis kami menghabiskan waktu sembilan hari di wilayah Kuningan.

[caption id="attachment_154788" align="aligncenter" width="640" caption="Gunung Ciremai yang indah dan damai (gambar : http://id.wikipedia.org)"]

1326089785637962465
1326089785637962465
[/caption] Di antara beberapa tempat di atas, desa Palutungan adalah tempat yang paling berkesan. Desa ini terletak persis di lereng gunung Ciremai, hawanya yang sangat sejuk dan kontur tanahnya yang berundak-undak mengingatkan pada desa saya di Temanggung. Di desa ini kami juga bertemu dengan beberapa rombongan pencinta alam yang berniat mendaki gunung Ciremai.

[caption id="attachment_154792" align="aligncenter" width="637" caption="Suasana desa Palutungan di pagi hari"]

1326090500761454635
1326090500761454635
[/caption] Tuan rumah yang menerima kami adalah pasangan orang tua yang hidup dalam keadaan sangat sederhana. Mereka sangat hangat dan tulus menerima kedatangan kami. Mereka menyuguhi kami dengan berbagai sayuran dan buah yang langsung dipetik dari ladang sendiri. Di pagi hari, kami juga disuguhi dengan susu murni yang langsung diperas dari sapi peliharaannya.

Sungguh liburan kali ini adalah liburan yang mencerahkan bagi kami. Ketika pulang, kami memang tidak banyak membawa oleh-oleh untuk anak-anak di rumah. Oleh-oleh yang kami bawa adalah oleh-oleh ruhani, yaitu cerita tentang kebaikan, kesederhanaan, dan ketulusan hidup orang-orang yang kami jumpai.

Kami sangat bersyukur dengan liburan kali ini, karena itu secara khusus kami ingin mengucapkan terima kasih untuk anak-anak yang telah merelakan waktu mereka untuk kami.

“Terima kasih ya nak, kalian telah memberikan kesempatan kepada kami, orang tua kalian, untuk terus belajar dan belajar. Mudah-mudahan kalian juga akan mendapat manfaat dari liburan kali ini. Kami berjanji untuk dapat menjadi orang tua yang lebih baik lagi ! ”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun