Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yuk Sobek Karcis KRL Kita!

9 Desember 2010   16:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:52 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini sering ada seruan dari petugas PT Kereta Api Indonesia (KAI) di beberapa stasiun pemberhentian agar setiap karcis yang sudah dipakai oleh para penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) disobek terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada petugas jaga pintu keluar stasiun.

[caption id="attachment_77219" align="alignleft" width="300" caption="Sobek karcis kita"][/caption] Saya termasuk orang yang bergembira kalau akhirnya pihak PT KAI agak “ngeh” dalam masalah penanganan karcis bekas pakai ini. Saya sendiri beberapa kali punya pengalaman membeli karcis bekas yang dijual kembali. Mulanya saya bersangka baik bahwa karcis itu agak lecek karena penanganan yang kurang baik. Tetapi setelah saya amati dengan teliti ternyata karcis tersebut adalah karcis yang pernah dipakai. Ada beberapa kecurigaan yang membuat saya berkesimpulan seperti itu, selain lecek seperti pernah terlipat di saku pakaian, karcis itu dijual di stasiun yang berbeda dengan yang tertera di karcis.

Karcis bekas termasuk salah satu titik rawan kebocoran di KRL. Banyak titik rawan lainnya yang sangat berpotensi merugikan KRL, misalnya penumpang gelap, baik penumpang yang benar-benar gelap yang tidak membeli karcis, atau penumpang gelap yang membeli karcis ekonomi tetapi naik ekonomi AC. Untuk KRL ekspres sekarang agak ketat, saya tidak tahu apakah penumpang yang dulu membayar arisan di atas masih ada atau tidak.

Untuk KRL AC ekonomi sekarang ini keadaannya hampir sama saja dengan KRL ekonomi biasa. Di pagi hari, saat orang berangkat kerja, penumpangnya sangat penuh, pintu KRL ekonomi AC saat ini hampir tidak pernah bisa ditutup karena padatnya penumpang tersebut. Dalam keadaan demikian, sangat susah untuk melakukan pemeriksaan satu per satu terhadap para penumpang, masuk saja tidak bisa, apalagi memeriksa.

[caption id="attachment_77220" align="alignleft" width="360" caption="KRL Ekonomi (hadinisme.blogspot.com)"]

12919102571979733964
12919102571979733964
[/caption] KRL ekonomi non-AC apalagi, karena tidak kebagian tempat di dalam gerbong, banyak penumpang yang nekat naik di atap KRL. Spanduk-spanduk dari PT KAI yang berisi ancaman bahaya dan sanksi bagi para penumpang yang naik di atap KRL sama sekali tak bergigi.Beberapa kali kejadian penumpang tersengat dan terbakar aliran listrik tegangan tinggi juga tidak membuat nyali mereka menjadi ciut.

Inilah beberapa masalah yang sampai saat ini belum bisa diatasi oleh PT KAI. Padahal, andaikata PT KAI bisa menangani masalah karcis ini saja dahulu dengan baik, saya yakin PT KAI, khususnya PT Commuter Jabodetabek, yang mengelola KRL jurusan Bogor-Depok-Jakarta, Bekasi-Jakarta, Tangerang-Jakarta dan Serpong-Jakarta, akan dapat diandalkan sebagai salah satu pundi-pundi yang akan memberikan kontribusi pendapatan sangat besar bagi PT KAI.

Tetapi jika masalah karcis belum bisa ditangani dengan baik, dari waktu ke waktu pendapatan yang akan diperoleh PT KAI ya tidak akan bisa beranjak jauh dari sekarang. Wacana kenaikan tairf yang seharusnya diberlakukan mulai tanggal 1 Desember 2010 ini, juga tidak akan banyak membantu. Dari segi pelayanan juga sangat sulit kita harapkan akan ada peningkatan kualitas yang lebih baik.

Tapi soal himbauan untuk menyobek karcis di atas nampaknya ada baiknya kita dukung. Ya hitung-hitung untuk membantu meminimalisir hilangnya pendapatan PT KAI. Kita tentu berharap, kalau PT KAI pendapatannya besar, untungnya gede, mudah-mudahan juga akan kembali ke kita juga dalam bentuk pelayanan yang lebih baik.

“Ayo kita sobek karcis KRL kita, sebelum kita keluar stasiun!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun